Gembira Dengan Datangnya Ramadhan
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Kaum mukminin kaum muslimin, rahimani wa rahimakumullah.
Seorang mukmin, dia pasti gembira dengan datangnya bulan Ramadhan. Bagaimana dia tidak bergembira? Sedangkan datangnya Ramadhan membawa keuntungan yang berlipat-lipat, karena datangnya Ramadhan adalah karunia Allah, bahkan karunia yang spesial. Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memerintahkan kita bergembira dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala?
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah, dengan karunia dan rahmat Allah silakan kalian bergembira, karena sesungguhnya karunia Allah lebih utama, lebih baik dibandingkan dengan dunia dan seisinya“. (QS. Yunus[10]: 58)
Seandainya manusia diberikan bertriliun-triliun kekayaan, lalu dia kehilangan kesempatan menikmati Ramadhan, maka tidak ada harganya triliunan kekayaan dibandingkan dengan hilangnya kesempatan dia untuk menikmati Ramadhan.
Keagungan Ramadhan cukuplah kita menyebutkan dua hadits yang shahih. Yang pertama hadits yang diriwayatkan oleh Imam An Nasa’i yang di shahihkan oleh syaikh Al-Albani Rahimahullahu Ta’ala. Rasul kita yang mulia Shallallahu wa Sallam bersabda:
ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ
Lihat juga: Kumpulan Ceramah Singkat dan Praktis
“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1.000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. An-Nasa’i)
Telah datang pada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan kalian di bulan itu berpuasa. Yakni bulan yang Allah katakan semua pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di dalamnya ada sebuah malam yang lebih baik dari 1000 Bulan. Di dalamnya para setan dibelenggu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, barangsiapa yang diharamkan dari kebaikan malam Lailatul Qadar, maka sungguh dia telah diharamkan kebaikan yang sangat banyak.
Dalam hadits ini paling tidak ada 8 poin Rasulullah memberikan kabar gembira kepada kita sekalian.
Yang pertama, yaitu kabar tentang datangnya Ramadhan. “Telah datang kepada kalian Ramadhan”. Pengkabaran ini agar setiap mukmin gembira, karena dia bertemu dengan bulan yang spesial dan istimewa. Agar setiap mukmin dia memiliki persiapan khusus, untuk dia benar-benar memakmurkan dengan puasa di siang hari, dan sholat di malam hari, dan dengan amal-amal shalih yang dia siapkan.
Yang kedua, bulan ini adalah bulan yang sangat barokah. Keberkahannya melimpah, kebaikannya melimpah, diantara kebaikannya yaitu dilipat-gandakan pahala-pahala di bulan Ramadhan, dan tentu bagi pedagang akhirat itu sesuatu yang sangat menjanjikan, sangat membuat tertarik jiwanya, karena pedagang akhirat adalah mereka yang orientasi keuntungannya adalah kampung akhirat.
Yang ketiga, Allah muliakan bulan ini dengan kewajiban puasa di bulan Ramadhan. Puasa yang memiliki sekian banyak faedah, keutamaan, dan keuntungan.
Yang keempat, Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka pintu-pintu surga, agar hamba-hamba Allah memiliki harapan yang besar untuk menjadi penghuni surga, agar hamba-hamba Allah mereka berlomba-lomba di bulan Ramadhan untuk beribadah.
Yang kelima, ditutup oleh Allah pintu neraka, agar hamba Allah mereka menghentikan maksiat, agar hamba Allah mereka bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Yang keenam, dan setan dibelenggu, sehingga Allah membantu mengurangi keberadaan para penjahat yang akan menghantarkan pada kejahatan, diantaranya setan, sehingga setan tidak akan leluasa di bulan Ramadhan.
Yang ketujuh, bulan ini ada kebaikan malam yang lebih baik dari seribu malam, yang senilai dengan 83 tahun 4 bulan.
Dan penegasan yang kedelapan, penegasan Nabi yang mulia Shallallahu wa Sallam, barangsiapa dihalangi oleh Allah, diharamkan dan terhalang dari kebaikan Lailatul Qadar secara khusus, dan kebaikan Ramadhan secara umum, maka sungguh dia telah terhalang dari kebaikan yang banyak.
Hadits yang kedua, hadits yang shahih, dishahihkan syaikh Al-Albani Rahimahullahu Ta’ala, yang diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi, Nabi kita yang mulia menyatakan:
إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam”
Semenjak awal malam pertama dari bulan Ramadhan:
Pertama, gembong-gembong setan dibelenggu oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kedua, semua pintu neraka (yang jumlahnya tujuh), semuanya ditutup oleh Allah Ta’ala dan tidak satupun pintu yang dibuka.
Ketiga, pintu surga yang jumlahnya delapan, semuanya dibuka, tidak ada satu pun yang ditutup oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keempat, wahai orang yang berambisi dengan kebaikan, wahai para penggemar kebaikan, sambutlah datangnya Ramadhan, berlombalah kalian di bulan ramadhan, meraih kebaikan Ramadhan. Wahai para penggemar keburukan, pencari keburukan, hentikanlah, berhentilah, bertobatlah, dan jadikan Ramadhan titik balik anda untuk menjadi orang-orang yang baik.
Kelima, dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, dan itu Allah adakan setiap malam.
Dua hadits ini tentu memberikan janji-janji yang sangat luar biasa, kepada orang-orang yang beriman, bagaimana dia tidak akan bergembira? Surga dibuka seluas-luasnya dan tidak ada yang ditutup oleh Allah Ta’ala. Neraka ditutup pintunya oleh Allah Ta’ala, dan tidak dibuka oleh Allah Ta’ala. Setan mereka dibelenggu Allah Ta’ala sehingga akan kebebasan mereka. Kemudian Allah membuka pintu rahmat seluas-luasnya, Allah mengadakan pembebasan dari neraka semenjak awal Ramadhan, sehingga setiap mukmin dia akan berharap besar dia termasuk di antara daftar orang-orang yang dibebaskan dari neraka jahanam.
Ini semuanya merupakan kabar gembira, sehingga seorang mukmin pasti gembira dengan datangnya bulan Ramadhan. Dan kegembiraan awal kebaikan kita, dan kemudian kita melangsungkan segala amaliah di bulan ramadhan.
Wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ala alihi wa Sallam.
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Keistimewaan Bulan Ramadhan
Bapak dan Ibu kaum Muslimin dan Muslimah rahimani wa rahimakumullah..
Satu hal yang tidak kita ragukan bahwasannya berjumpa dengan bulan Ramadhan adalah nikmat yang besar, nikmat yang sangat mulia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Dan kita tidak tahu, boleh jadi Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir kita.
Oleh karena itu maka menjadi keharusan kita, menjadi kewajiban kita seorang Muslim yang menyadari hal ini untuk meningkatkan kesungguhan kita dalam mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai macam ibadah dan amal shalih.
Dan diantara hal yang menunjukkan istimewanya bulan Ramadhan dan bahwasannya dia adalah tamu yang agung, tamu yang mulia dan nikmat yang besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah mengisi Ramadhan dengan baik, dengan puasa yang berkualitas, itu bisa menyebabkan seseorang mendapatkan pahala yang bisa menyaingi pahala yang didapatkan oleh orang yang mati syahid.
Tentu satu hal yang tidaklah kita ragukan bahwasannya orang yang gugur di medan jihad adalah orang yang sangat besar ganjarannya, seorang yang sangat mulia kedudukannya disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun orang yang matinya tidak mati syahid bisa mendapatkan pahala yang menyayangi atau bahkan lebih unggul daripada pahalanya orang yang mati syahid dan diantara sebabnya adalah ketika dia mengisi Ramadhan dengan baik. Ramadhannya adalah Ramadhan yang berkualitas.
Sebagaimana dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan hadits ini dinilai shahih oleh Al-Albani, di riwayat tersebut diceritakan bahwa dimasa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terdapat tiga orang yang berkawan. Dua diantaranya gugur sebagai syahid di medan jihad. Kemudian setahun setelah itu yang ketiga meninggal dunia.
Ternyata setelah kemudian tiga orang tadi meninggal dunia, ada salah satu Sahabat yang melihat dalam mimpi bahwasanya orang yang ketiga, yang matinya di atas kasur, tidak mati sebagai syahid, kedudukannya di akhirat malah lebih dulu masuk surga dibandingkan dua kawannya yang gugur sebagai syahid. Satu hal yang mengherankan. Dan ini pun juga telah mengharamkan para Sahabat. Maka para Sahabat pun datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan menceritakan hal ini. Maka lihat apa komentar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi katakan:
أَلَيْسَ قَدْ مَكَثَ هَذَا بَعْدَهُ سَنَةً
“Bukankah orang yang ketiga itu umurnya lebih panjang satu tahun?”
وَأَدْرَكَ رَمَضَانَ
“dengan tambahan umur satu tahun itu dia berjumpa Ramadhan tahun selanjutnya”
فَصَامَهُ
“dan dia berpuasa dengan baik dengan puasa yang berkualitas di Ramadhan tersebut,”
وَصَلَّى كَذَا وَكَذَا مِنْ سَجْدَةٍ فِى السَّنَةِ
“dan dia telah selama satu tahun mengerjakan shalat sekian ribu rakaat jumlahnya”
فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ
“Maka diantara keduanya (antara yang mati belakangan yang meninggal belakang dengan yang duluan) terdapat jarak yang lebih jauh daripada antara langit dan bumi.”
Allahu Akbar.. Satu fadhilah yang sangat luar biasa..
Ada satu Sahabat yang meninggal dunia di atas kasur, di atas tempat tidurnya, namun dia mendapatkan kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada dua kawannya yang mati sebagai syahid dengan jarak antara langit dan bumi.
Apa sebabnya?
Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena dia umurnya lebih panjang satu tahun. Pada saat itu dia berpuasa Ramadhan dan puasanya adalah puasa yang berkualitas dan tentu selama satu tahun tersebut dan mengerjakan sekian banyak shalat fardu dan shalat-shalat sunnah. Karena itulah jarak antara dia dengan dua kawannya adalah jarak antara langit dan bumi.
Hal ini menunjukkan betapa mulianya tamu Ramadhan. Betapa dia adalah nikmat besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita. Dan sungguh celaka, dan sungguh siallah orang yang ceroboh ketika dia berjumpa dengan Ramadhan dan tidak bisa mengisi Ramadhan secara baik, tidak bisa mengisi Ramadhan dengan maksimal. Sungguh ini adalah keteledoran yang sangat memalukan. Sungguh ini adalah keteledoran yang sangat tragis dan menyedihkan.
Maka mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan kepada kita hidayahNya dan menuntun langkah-langkah kaki kita sehingga kita menjadi orang-orang yang sukses di bulan Ramadhan dan kita keluar dari bulan Ramadhan dalam keadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita.
Motivasi Membaca Al-Qur’an: Efek Dahsyat Al-Qur’an Terhadap Rumah
Al-Qur’an bukan hanya memberikan efek kepada kita manusia sebagai makhluk hidup. Tapi Al-Qur’an juga memberikan efek kepada rumah kita yang merupakan benda mati. Ini yang kadang-kadang sering dilupakan. Dipikir hanya ngefek kepada makhluk-makhluk yang punya hati dan akal.
Hal itu diisyaratkan dalam wejangan yang disampaikan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Darimi, dan atsar ini dinilai shahih oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah, Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
إِنَّ الْبَيْتَ لَيَتَّسِعُ عَلَى أَهْلِهِ وَتَحْضُرُهُ الْمَلَائِكَةُ وَتَهْجُرُهُ الشَّيَاطِينُ وَيَكْثُرُ خَيْرُهُ أَنْ يُقْرَأَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Rumah yang dibacakan Al-Qur’an, (1) akan terasa luas bagi penghuninya, (2) dan akan dihadiri/dipenuhi oleh para malaikat, (3) setan akan pergi meninggalkan rumah tersebut, (4) dan akan banyak kebaikan dalam rumah tersebut.”
Sebaliknya:
وَإِنَّ الْبَيْتَ لَيَضِيقُ عَلَى أَهْلِهِ وَتَهْجُرُهُ الْمَلَائِكَةُ وَتَحْضُرُهُ الشَّيَاطِينُ وَيَقِلُّ خَيْرُهُ أَنْ لَا يُقْرَأَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“Rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an, (1) akan terasa sempit bagi penghuninya, (2) akan ditinggalkan oleh malaikat, (3) akan dihadiri oleh setan, (4) akan sedikit kebaikannya.”
Lihat bagaimana efek Al-Qur’an kepada rumah kita. Banyak orang merasa tidak nyaman tinggal di rumah, tidak betah di rumah, padahal rumahnya bagus, mewah, dan megah.
Al-Qur’an membuat efek rumah terasa luas walaupun mungkin rumahnya itu kecil. Salah satu faktor yang mempengaruhi luas atau sempit adalah perasaan. Ketika orang merasa nyaman, walaupun sempit akan terasa luas.
Perasaan ada di hati, dan hati dikuasai oleh Allah. Sehingga orang-orang yang hidupnya berada di rumah-rumah yang mungkin sangat sederhana, ketika dia rajin membaca Al-Qur’an, maka rumah akan terasa luas, tidak terasa sumpek.
Apalagi rumah-rumah itu didatangi oleh malaikat. Dan malaikat itu rata-rata membawa kebaikan. Apalagi malaikat pembawa rahmat.
Asyiknya lagi, setan-setannya pada menyingkir.
Lihat ya, dibacakan Al-Qur’an, bukan ditempeli Al-Qur’an. Ada sebagian orang mengganggap bahwa untuk mengusir setan maka ditempeli ayat kursi di setiap kamar. Padahal tergantung Anda membaca atau tidak Ayat Kursi di rumah?
Ditempeli Ayat Kursi tapi yang disetel dangdut? Ini tidak nyambung. Harusnya yang dibacakan adalah Al-Qur’an. Sehingga betul-betul setannya akan pergi.
Lalu kata Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu: “Dan kebaikan yang ada di rumah itu akan banyak.” Di sini tidak disebutkan kebaikan dalam hal apa, berarti semuanya. Kebaikan anak-anaknya, kebaikan istrinya, kebaikan suaminya, kebaikan pembantunya, kebaikan rezekinya, kebaikan hubungan yang ada di dalamnya antara suami dengan istri, antara anak dengan orang tua, antara orang tua dengan anak, akan banyak kebaikannya.
Di sini Abu Hurairah tidak mengatakan “Akan baik kebaikan dalam bidang A,” bukan. Hanya dikatakan bahwa kebaikannya akan banyak, dalam segala hal.
Sebaliknya, rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an di dalamnya, orang-orang kalau disuruh baca Al-Qur’an males, kebanyakan alasan, didatangi setan, malaikatnya pergi. Maka di dalam rumah itu bawaannya marah, gelisah, tidak nyaman, itu indikator suatu rumah dipenuhi oleh setan.
Cuma kesenggol dikit marah, istri bikin kopi agak pahit sedikit marah-marah, gampang banget terpancing emosinya. Bisa jadi memang rumahnya banyak setannya. Sudah banyak setannya malah mengundang dukun, bukan itu solusinya. Kalau rumah banyak setannya, maka solusinya dibacakan Al-Qur’an.
“Dan akan sedikit kebaikan di rumah itu.” Makna sedikit di sini tidak mesti dalam bentuk materi. Mungkin materi/uangnya banyak, tapi manfaat kebaikan dari uang itu sedikit. Duitnya banyak tapi tidak pernah sedekah, duitnya banyak tapi tidak pernah kurban, duitnya banyak tapi tidak pernah haji, tidak pernah umrah, duitnya banyak tetapi ternyata digunakan anaknya untuk narkoba, duitnya banyak tapi dihabiskan istrinya untuk membeli hal-hal yang tidak bermanfaat. Na’udzubillahi min dzalik
Ramadhan: Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Alhamdulillah..
Bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita semuanya untuk senantiasa memakmurkan bulan Ramadhan dengan berbagai macam bentuk ibadah.
Diantara ibadah tersebut adalah dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Al-Qur’an adalah sebagai petunjuk bagi manusia dan petunjuk tersebut akan bisa kita dapatkan dengan kita memperbanyak membaca Al-Qur’an, memahami Al-Qur’an, mempelajari Al-Qur’an dan kemudian mengamalkan Al-Qur’an.
Di bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita semuanya dan memerintahkan kepada kita semuanya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Oleh karenanya kita bisa melihat di banyak hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kepada kita semuanya untuk membaca Al-Qur’an. Di antara hadits-hadits tersebut adalah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu dalam Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ
“Seorang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an maka bersama dengan malaikat yang sangat mulia dan sangat baik.”
وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ ، لَهُ أَجْرَانِ
“Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an tetapi terbata-bata, kesulitan dan merasakan berat dalam membaca, maka mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dua pahala yang didapatkan orang yang membaca Al-Qur’an dibarengi dengan kesulitan, susah payah didalam membacanya, itu adalah pahala karena dia mau membaca Al-Qur’an dan yang kedua adalah pahala karena merasakan sulitnya membaca Al-Qur’an. Akan tetapi kita lihat di sini bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan penghargaan kepada orang yang mau membaca Al-Qur’an walaupun merasa berat, merasa sulit, ketika membaca Al-Qur’an.
Di dalam hadits yang lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
“Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada orang-orang yang membacanya.” (Hadits Shahih riwayat Muslim)
Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat yang besar dan pada hari kiamat akan memberikan syafaat, akan mendo’akan kepada orang-orang yang mencintainya, orang-orang yang membacanya, mempelajarinya, mengamalkannya, akan dimintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, akan dido’akan untuk naik derajatnya disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka sungguh ini adalah kemuliaan yang besar atas orang-orang yang mau membaca Al-Qur’an.
Kemudian hadits yang lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan keutamaan orang-orang yang mempelajari Al-Qur’an di salah satu rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan balasan mereka adalah:
إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ
“Kecuali akan turun ketenangan atas mereka,”
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ
“Akan turun rahmat Allah dan kasih sayang Allah kepada mereka,”
وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
“Para Malaikat akan membentangkan sayapnya ridha dengan perbuatan mereka dan mendo’akan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ampunan atas mereka, kasih sayang untuk mereka,”
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebutkan mereka-mereka yang mau membaca Al-Qur’an di penduduk yang ada di langit, di hadapan para Malaikat. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memuliakan dan menyanjung mereka-mereka yang mau membaca Al-Qur’an.”
Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala, terlebih lagi kita sedang berada di bulan Ramadhan. Dimana Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan, di malam Lailatul Qadar. Dan itu ada pada bulan Ramadhan. Sehingga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita, beliau bersemangat dalam membaca Al-Qur’an.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disetiap malamnya membaca Al-Qur’an dan dihadiri oleh malaikat Jibril. Beliau mudarosah bersama dengan Malaikat Jibril sampai beliau menyelesaikan 30 juz dalam Ramadhan tersebut. Dan demikian setiap kali Ramadhan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu membaca Al-Qur’an di hadapan Malaikat Jibril ‘Alaihissalam. Bahkan di akhir dari Ramadhan yang beliau jalankan, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghatamkan Al-Qur’an dua kali di hadapan Malaikat Jibril ‘Alaihissalam.
Kita juga tahu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam begitu cintanya dengan Al-Qur’an, terlebih di bulan Ramadhan. Tatkala beliau shalatmalam, shalat tarawih, beliau pernah sekali shalat bersama dengan seorang Sahabatnya. Dan ternyata Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca dengan bacaan yang sangat panjang. Dalam satu rakaat, beliau membaca surat Al-Baqarah, masih dilanjutkan lagi membaca surat Ali-Imron, masih ditambah lagi membaca surat An-Nisa, itu dalam satu rakaat. Dan ternyata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di malam tersebut shalat empat rakaat dan itu sampai mendekati waktu subuh.
Demikian cintanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap Al-Qur’an. Bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita semuanya untuk menghidupkan malam-malam dengan membaca Al-Qur’an. Demikian juga di siang harinya untuk bersungguh-sungguh membaca Al-Qur’an.
Kita lihat contoh dari para pendahulu kita, para Salafush Shalih, para ulama pendahulu kita, diantaranya adalah Al-Imam Az-Zuhri Rahimahullahu Ta’ala. Beliau pernah mengatakan:
إنما هو تلاوة القرآن وإطعام الطعام
“Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah bulan untuk membaca Al-Qur’an dan bulan untuk memberikan makanan dan bersedekah.”
Al-Imam Malik bin Anas Rahimahullahu Ta’ala, beliau juga karena ketika beliau masuk di bulan Ramadhan beliau selalu menyembuhkan diri dengan banyak membaca Al-Qur’an dari mushaf, dari Al-Qur’an. Dan beliau meninggalkan untuk membaca hadits, untuk membuat satu majelis ilmu. Dan itu beliau tinggalkan dalam rangka untuk membaca Al-Qur’an dan memberikan perhatian yang besar terhadap Al-Qur’an.
Demikian pula Salaf yang lain, diantaranya adalah Qatadah bin Di’amah As Sadusi Rahimahullahu Ta’ala, beliau di bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur’an dan demikian ketika sampai dimalam 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan,beliau menghatamkan Al-Qur’an di setiap malamnya. Dihari-hari sebelumnya, di setiap 3 malam beliau khatamkan Al-Qur’an, diluar bulan Ramadhan beliau menghatamkan Al-Qur’an dalam 7 hari sekali.
Kita lihat yang lain, yaitu Ibrahim An-Nakha’iy Rahimahullahu Ta’ala. Beliau juga demikian di dalam membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Di setiap 3 malam, beliau selalu menghatamkan Al-Qur’an. Bahkan di akhir-akhir dari bulan Ramadhan, yaitu 10 terakhir dari bulan Ramadhan, beliau mampu menyelesaikan di setiap 2 malam sekali khatam Al-Qur’an.
Yang lain pula adalah Al-Aswad Rahimahullaahu Ta’ala. Beliau bahkan membaca Al-Qur’an di setiap 2 malam selesai khatam baik itu di dalam Ramadhan atau pun bahkan di luar Ramadhan.
Demikian contoh-contoh yang kita dapatkan dari Salafush Shalih (Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para Sahabat dan para ulama pendahulu kita). Mereka bersungguh-sungguh di dalam menghidupkan bulan Ramadhan di antaranya dengan banyak-banyak membaca Al-Qur’an.
Mudah-mudahan kita semuanya termasuk dari orang-orang yang mencintai Al-Qur’an, orang-orang yang mau mempelajari, Al-Qur’an, orang-orang yang mau membaca Al-Qur’an dan kemudian mengamalkannya sehingga mendapatkan banyak keutamaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rahasia Kebahagiaan Bersama Al-Qur’an
Al-Qur’anul Karim kitab suci yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan sebagai petunjuk, rahmat, kabar gembira dan berbagai macam kemuliaan-kemuliaan dan keutamaan-keutamaan yang Allah jadikan padanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى
“Dan jika datang kepadamu (wahai manusia) petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku dalam Al-Qur’an, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara/celaka di akhirat nanti.” (QS. Tha Ha[20]: 123)
Sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma berkata:
تكفل الله لمن قرأ القرآن وعمل بما فيه أن لا يَضِلَّ في الدنيا ولا يشقى في الآخرة
“Allah menjamin bagi orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya, dia tidak akan tersesat di dunia ini dan tidak akan sengsara di akhirat nanti.”
Al-Qur’anul Karim yang mulia.
Akan tetapi kenyataannya kaum muslimin Rahimakumullah, banyak di antara kita yang membaca Al-Qur’an, rajin membolak-balikan lembarannya, akan tetapi rasanya fungsi dan manfaat Al-Qur’an kurang kita dapati.
Al-Qur’an sebagai sebab yang menenangkan hati manusia, mendamaikan jiwa manusia.
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan mengingat Allah hati manusia menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)
Banyak orang yang membaca Al-Qur’an tapi hatinya selalu diliputi dengan kegundah-gulanahan, diliputi keresahan, bahkan stress menghinggapi jiwanya. Bagaimana fungsi Al-Qur’an pada diri orang ini tidak terlihat nyata padahal dia rajin membaca Al-Qur’an?
Inilah satu kenyataan yang harusnya kita renungkan sebabnya, kita pelajari apa yang menjadi permasalahan dalam hal ini dengan merujuk kepada petunjuk Allah dan keterangan para ulama Ahlus Sunnah.
Al-Qur’an diturunkan bukan cuma sekedar dibaca huruf-hurufnya, dibolak-balik lembaran-lembarannya, bukan cuma sekedar dikejar untuk bisa ditamatkan, membaca sekian dalam sehari, sekian dalam sehari, tamat sampai sekian hari. Kalau targetnya cuma sekedar menghabiskan, sebagian orang bisa satu malam menghabiskannya sekedar dibaca saja.
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu melarang hal ini dalam sebuah atsar ucapan beliau, beliau mengatakan:
ولا يكن هم أحدكم آخر السورة
“Jangan yang menjadi perhatian salah seorang di antara kamu sekedar menghabiskan surat.”
Sekedar menghabiskan surat untuk mempercepat bacaannya, tidak. Al-Qur’an tujuan utamanya bukan diturunkan untuk itu, tapi tujuannya adalah untuk bisa diamalkan kandungannya yang berarti harus dipahami isinya, dimengerti makna yang terkandung di dalamnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Kitab Al-Qur’an yang Kami turunkan kepadamu Ya Rasulallah, agar manusia merenungkan isinya, menghayati maknanya. Kitab Al-Qur’an yang kami turunkan kepadamu Ya Rasulallah yang penuh dengan keberkahan, penuh dengan kebaikan, agar manusia menghayati isinya, merenungkan maknanya, dan agar orang-orang yang berakal bisa mengambil pelajaran darinya.” (QS. Shad[38]: 29)
Fungsi Al-Qur’an akan didapatkan secara sempurna oleh manusia tergantung dari bagaimana mereka memahami isinya, meresapi kandungannya, menghayati keindahannya. Makanya Al-Qur’an memang merupakan petunjuk, obat bagi penyakit hati, kabar gembira bagi orang-orang yang muslim (berserah diri), penjaga dari segala keburukan, sebab untuk memotivasi dalam kebaikan, hidayah kepada jalan yang lurus, dan sekian banyak fungsinya. Tetapi kalau kita tidak paham isinya, tidak mengerti kandungannya, apakah kita akan dapatkan fungsi tersebut dengan sempurna? Tentu tidak.
Makanya Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala ketika menjelaskan hal ini menyatakan satu pernyataan pentin, beliau berkata:
ولكن ذلك موقوف على فهمه ومعرفة المراد منه
“Akan tetapi fungsi dan manfaat dari Al-Qur’an ini tergantung sejauh mana kita memahaminya dan mengerti kandungan yang terdapat di dalamnya.”
Makanya ada orang yang membaca Al-Qur’an, bahkan menghafalnya, rajin menelaahnya, tapi dia tersesat dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, jawabannya ada bahkan banyak.
Orang-orang khawarij, mereka adalah al-Qurra’ (القراء), bukan cuma rajin membaca, mereka penghafal Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an tidak mempengaruhi hati mereka, tidak merubah jiwa mereka menjadi lebih baik. Mereka bahkan meyakini keyakinan yang menyimpang karena mereka tidak memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar, sesuai dengan yang dipahamkan atau yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di hadapan para sahabatnya.
Makanya dalam hadits riwayat Imam Muslim, ketika menjelaskan tentang orang-orang khawarij, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang mereka:
يَقرَؤون القُرآنَ، لا يُجاوِزُ حَناجِرَهم
“Mereka membaca Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an tidak melampaui tenggorokan mereka.” (HR. Muslim)
Al-Qur’an tidak merasuk ke dalam hati mereka. Makanya Al-Qur’an tidak bermanfaat untuk membersihkan/memperbaiki akidah/keyakinan mereka, tidak bermanfaat untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan, karena mereka tidak memahami kandungannya dengan benar.
Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
“Al-Qur’an itu adalah argumentasi untuk membelamu atau justru untuk membantahmu.” (HR. Muslim)
Maksudnya kalau kamu pahami dan amalkan, maka dia akan membelamu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi kalau kamu tidak paham, bagaimana kalau bisa mengamalkannya? Justru apa yang kamu baca itu akan menjadi argumentasi untuk menjatuhkanmu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillahi min dzalik.
Inilah pentingnya untuk kita mengusahakan pemahaman Al-Qur’an. Sebagian daripada ulama mengatakan:
رب قارئ للقرآن والقرآن يلعنه
“Berapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an tapi Al-Qur’an justru melaknat dirinya.”
Makanya terget ketika membaca Al-Qur’an jangan sekedar banyak-banyakan kuantitasnya, tapi manfaat yang kita ambil darinya. Para ulama Salaf yang terdahulu tidak menjadikan ukuran kebaikan dengan cepatnya dihafal Al-Qur’an, tapi ukuran kebaikan menurut mereka adalah meskipun sedikit yang dibaca, bisa dipahami artinya, berusaha direnungkan maknanya, itulah cara belajar mereka sehingga meraih keutamaan yang sempurna, meraih manfaat yang maksimal dari bacaan Al-Qur’an yang disertai perenungan yang mereka lakukan.
Oleh karena itu salah seorang tabi’in yang mulia, Abu ‘Abdirrahman As-Sulami menceritakan bagaimana waktu mereka belajar Al-Qur’an dari para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum Ajma’in, sebagaimana ini merupakan metode yang ditempuh oleh para sahabat ketika mereka belajar Al-Qur’an dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Alihi wa Sallam. Abu ‘Abdirrahman As-Sulami berkata:
أخذنا القرآن عن قوم أخبرونا أنهم كانوا إذا تعلموا عشر آيات لم يجاوزوهن إلى العشر الأخر حتى يعلموا ما فيهن
“Kami belajar Al-Qur’an dari satu kaum (para sahabat) yang mereka menceritakan kepada kami bahwa jika mereka mempelajari 10 ayat dari Al-Qur’an, mereka tidak akan melampaui ke 10 ayat berikutnya sampai mereka memahami, merenungkan dan mengamalkannya.”
Ini adalah cara belajar yang benar yang dengan ini mereka dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bisa mengambil manfaat dan fungsi yang sempurna dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan untuk kebaikan dan keberkahan bagi hidup manusia.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai ahlul Qur’an yang sesungguhnya, yang rajin membacanya, berusaha memahami artinya, minimal membaca terjemahannya, dan berusaha mengambil faedah, menyembuhkan penyakit hati, meluruskan keimanan kita dari petunjuk Al-Qur’an yang sempurna.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai imam yang membimbing kita untuk menempuh jalan yang lurus sampai di akhir hayat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar