Selasa, 13 April 2021

Kumpulan Muqoddimah singkat

 

Kumpulan Mukadimah

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal  kita. Barang siapa mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk hingga hari kiamat.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan  Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, yang diutus dengan kebenaran, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dengan izin-Nya, dan cahaya penerang bagi umatnya. Ya Allah, curahkan sholawat dan salam bagi nya dan keluarganya, yaitu doa dan keselamatan yang berlimpah.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الْعَزِيْزِ الْغَفُوْرِ، اَلَّذِيْ جَعَلَ فِي اْلإِسْلاَمِ الْحَنِيْفِ الْهُدَي وَالنُّوْرِ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, yang menjadikan petunjuk dan cahaya dalam Islam yang lurus, Ya Allah sampaikanlah doa keselamatan atas pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan juga atas keluarganya yang mulia dan para sahabat pilihan semuanya.

اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ:

Segala puji bagi Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama, walaupun orang musyrik  menyebar kebencian. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah Ya Allah … smoga keselamatan terlimpah atas Muhammad, keluarganya, dan para sahabat semua.

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ:

Segala puji bagi Allah, teriring doa dan keselamatan semoga terlimpah atas nabi dan rasul termulia, juga  atas keluarga dan para sahabat, serta kepada yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat.

الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan anugerah iman dan Islam kepada kita.  Kita panjatkan doa dan keselamatan atas makhluk terbaik, pemimpin kita nabi Muhammad dan kepada keluarganya dan para sahabat semuanya.

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ:

Segala puji bagi Allah, kepada-Nya kita meminta pertolongan atas urusan-urusan duniawi dan agama, teriring doa serta keselamatan semoga tercurah atas Rasul yang termulia, ialah Nabi kita – shallallahu ‘alaihi wa salam-  dan keluarganya, para sahabat, para tabi’in, dan yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، فَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى عَنْهُ وَحَذَّرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ اَلْوَاحِدُ الْقَهَّاُر، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلأَبْرَارِ. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak sebagaimana Ia perintahkan,  maka berhentilah kalian semua dari apa-apa yang telah  Dia larang dan peringatkan.  Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa lagi Perkasa,  dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya, pemimpin orang-orang sholih. Semoga shalawat Allah dan salam-Nya tercurah atasnya, dan keluarganya, juga para  sahabat dan siapasaja yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah, yang memerintahkan kita untuk berpegang teguh dengan tali Allah, Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah saja tiada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, tidak ada nabi setelah dia. Ya Allah, berkahilah  Muhammad dan keluarganya, para sahabat dan yang mengikuti petunjuknya

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah, yang memerintahkan kita untuk bersatu dan berpegang teguh kepada tali agama Allah yang kokoh.. Ya Allah, limpahkan doa dan keselamatan atas  Muhammad dan keluarganya, serta para sahabatnya semua.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ بِالتَّوْحِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ الْمَوْعُوْدِ. . أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah yang telah menerangi hati orang-orang yang beriman dengan ma’rifah, lalu hati mereka menjadi tenang dengan tauhid. Ya Allah, semoga berkah dan keselamatan tercurah pada Muhammad dan para sahabatnya  yang beriman dan mengerjakan amal saleh, hingga  hari yang dijanjikan kelak.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah saja tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, limpahkanlah doa, keselamatan dan berkah atas Muhammad hamba-Mu dan Rasul-Mu, seorang Nabi yang ummi, juga kepada  keluarganya dan sahabat semuanya.

 

اَلْحَمْدُ لله  الَّذِيْ أَعَزَّنَا باِلْإِيمَانِ بِهِ، وَهَدَاناَ إِلَى عَظِيمِ شَرِيْعَتِهِ، وَأَسْعَدَنَا بِاتِّبَاعِ أَفْضَلِ رُسُلِهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، فيِ أُلُوهِيَّتِهِ وَرُبُوْبِيَّتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَصَحْبِهِ أَجْمَعِين وَبَعْد،

Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kita dengan iman, dan memberi petunjuk pada kita menuju keagungan syariat-Nya, memberikah kebahagiaan kepada kita dengan mengikuti rasul-Nya yang termulia.  Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sendirian tanpa sekutu bagi-Nya, baik dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya, maupun nama dan sifat-Nya, begitu pula kepada keluarganya, dan para sahabat seluruhnya.

الحمد لله الذي تَخْضَعُ لعَظَمَتِهِ السَماواتُ والأَرْضُوْنَ ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah yang langit dan bumi-bumi tunduk karena keagungan-Nya, Ya Allah limpahkanlah berkah dan keselamatan atas  Nabi Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan juga atas keluarga belia dan para sahabat yang terbaik  dan kepada yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat.

الحمد لله المحمودِ في كل أوان، المعبودِ بحقٍّ في كل الزمان، الذي يَخْضَعُ لعَظَمَتِهِ الأملاكُ والإنسُ والجانُّ، اللهم صلي علي سيدنا محمّدِنِ المختار وعلي آله وأصحابه الأخيار، ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين مَا شَعَّتِ الأنوارُ ، وَمَا غَرَّدَتِ الأطْيار. أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah yang terpuji dalam setiap waktu,  yang berhak disembah segala zaman, yang malaikat, manusia dan jin tunduk pada keagungan-Nya. Ya Allah  limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami Muhammad nabi yang terpilih, dan pada keluarga dan para sahabatnya yang terbaik, dan kepada siapa saja yang mengikuti mereka dalam kebenaran sampai hari kiamat , dimana tidak ada lagi sinar cahaya dan kicauan burung-burung

الحمد لله الذي أَنْعَمَ عَلَيْنَا وَهَدَانَا إِلَى دِينِ الأِ سْلاَمِ وَ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا وَرَحْمَةً لِلنَّاسِ وَاشْكُرُونِعْمَةَ اللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُون وَ لَعَلّكُمْ تَتَّقُون. الَلّهُمّ صَلّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِْدِ المُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita, dan menuntun kita pada agama Islam,  dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang penuh barokah dan rahmah bagi manusia. Dan bersyukurlah atas nikmat Allah seandainya kepada-Nya lah engkau beribadah dan supaya engkau beruntung. Ya Allah, semoga doa, keselamatan dan keberkahan tercurah pada pemimpin para utusan, dan juga kepada keluarga dan sahabat sekalian.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلا ابْتِدَاءَ لوجوده ولا انتهاءَ، يستوي بعلمه السرُّ والخفاءُ، اَللَّهُمَّ صَلِّيْ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمَرْسَلِيْنَ وَعَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah, Tuhan segala tempat dan segala zaman, tidak ada awal dari wujud-Nya ataupun akhir keberadaan-Nya, dengan ilmu-Nya sama baginya hal yang rahasia dan tersembunyi. Ya Allah limpahkan berkah dan keselamatan pada junjungan kami, Muhammad penutup para Nabi dan rasul, dan kepada keluarga dan sahabat yang terbaik seluruhnya

 Mukadimah Pertama.

إِنَّ الـحَمْدَ للهِ ، نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 


يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَـمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللهُ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا



يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا


أَمَّا بَعْدُ


Innal-hamda lillahi nahmaduhu wa nasta’iinuhu wa nastaghfiruhu, wa na’uudzu billahi min syuruuri anfusinaa wa sayyi-aati a’maalinaa, man yahdihillahu falaa mudhilla lahu, wa man yudhlil falaa haadiya lahu, wa asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, 

...

...

...

amma ba’du


Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami, barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk, aku bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)


“Hal sekalian manusia, bertakwalah kepada Rab-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjadi dan mengawasimu.” (QS. An-Nisa: 1)


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 71-72)


amma ba’du.


Mukadimah Kedua

الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ ، فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِـمِيْنَ ؛ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ أَرْسَلَهُ اللهُ رَحْـمَةً لِلْعَالَمِيْنَ ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ الطَّاهِرَاتِ أُمَّهَاتِ الـمُؤْمِنِيْنَ ، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الغُرِّ الـمَيَامِيْنِ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ


Alhamdulillaahi rabbil-‘aalamiina, wal-‘aaqibatu lil-muttaqiina, falaa 'udwaana illaa 'alazh-zhaalimiina; wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa asyrafil-anbiyaa-i wal-mursaliina, nabiyyinaa wa habiibinaa muhammadin arsalahullahu rahmatan lil-‘aalamiina, wa ‘alaa azwaajihith-thaahiraati ummahaatil-mu`miniina, wa ‘alaa aalihith-thayyibiina wa ash-haabihil-ghurril-mayaamiini, wa man tabi’ahum bi-ihsaanin ilaa yawmid-diini, amma ba’du


Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam, kesudahan yang baik hanya milik orang-orang bertakwa, dan tidak ada permusuhan melainkan hanya kepada orang-orang zalim; Shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi dan utusan paling mulia, nabi dan kekasih kita Muhammad yang Allah utus menjadi rahmat bagi semesta alam, kepada istri-istrinya yang suci, ibu-ibu kaum mukminin, keluarganya yang baik, sahabat-sahabatnya yang mulia dan diberkahi, dan kepada siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan, amma ba’du


Versi Singkatnya:



الـحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَـمِيْنَ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِيْنَ ، نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُـحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَعِيْنَ ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ


Alhamdulillaahi rabbil-‘aalamiina, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa asyrafil-anbiyaa-i wal-mursaliina, nabiyyinaa wa habiibinaa muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi ajma’iina, wa man tabi’ahum bi-ihsaanin ilaa yawmid-diini, amma ba’du



Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam tercurahkan kepada nabi dan utusan paling mulia, nabi dan kekasih kita Muhammad, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, dan kepada siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan, amma ba’du

Mukadimah Ketiga

الـحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهَ ، أَمَّا بَعْدُ


Alhamdulillahi wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa rasuulillahi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man waalaahu, amma ba’du


Segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam selalu tercurahkan atas utusan Allah, keluarga, sahabat, dan yang mencintainya, amma ba’du

Mukadimah Keempat

الـحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ ، وَأَشْهَدَ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَإِخْوَانِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ


Alhamdulillaahi ‘alaa ihsaanihi, wasy-syukru lahu ‘alaa tawfiiqihi wam-tinaanihi, wa asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu ta’zhiiman lisya`nihi, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhud-daa’ii ilaa ridhwaanihi, shallallaahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ikhwaanihi wa sallama tasliiman katsiiran, amma ba’du


Segala puji hanya milik Allah atas kebaikan-Nya, segala syukur hanya kepada Allah atas taufiq dan karunia-Nya, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya segala puji bagi-Nya, aku bersaksi pula bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang menyeru kepada keridhaan-Nya, semoga Allah mencurahkan shalawat dan salam yang melimpah kepadanya, keluarga, sahabat, dan pengikutnya, amma ba’du.


Mukadimah Kelima

الـحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مَنْ لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُوْلَ بَعْدَهُ ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ بِـهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ ، أَمَا بَعْدُ


Alhamdulillahi wahdahu, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa man laa nabiyya wa laa rasuula ba’dahu, wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa man tabi’a bihudaahu ilaa yawmil-qiyaamati, amma ba’du


Segala puji hanya milik Allah semata, shalawat dan salam selalu tercurah kepada yang tidak ada nabi dan rasul setelahnya, kepada keluarga, sahabat, dan yang mengikuti petunjuknya hingga hari Kiamat, amma ba’du.


Mukadimah Keenam


الحمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ سَيِّدَ الأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ ، وَضَاعَفَ فِيْهِ الحَسَنَاتِ وَالأُجُوْرَ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَهُوَ العَزِيْزُ الغَفُوْرُ ، وَأَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُوْرُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، بَعَثَهُ اللهَ تَعَالَى بِالهَدُى وَالنُّوْرِ ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اقْتَفَى أَثَرَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ البَعْثِ وَالنُّشُوْرِ ، أَمَّا بَعْدُ


Senin, 12 April 2021

CONTOH TEKS PIDATO

1. Menyempurnakan separuh agama,

kitab Lubbabul Hadis bab ke dua puluh lima, imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan sepuluh hadis tentang fadhilah atau keutamaan menikah yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.


رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

“Ya Rabb-ku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a.” [Ali ‘Imran/3: 38].
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Zakariya, tatkala ia menyeru Rabb-nya: ‘Ya Rabb-ku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkau-lah Waris Yang Paling Baik.’” [Al-Anbiyaa’/21: 89].

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ أَزْوَاجًا وَذُرِّيَّةً

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum-mu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan…” [Ar-Ra’d/13: 38]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya…” [An-Nuur/24: 32].

Dan hadits-hadits mengenai hal itu sangatlah banyak.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ، فَقَدِ اسْـتَكْمَلَ نِصْفَ الدِّيْـنِ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِيْمَـا بَقِيَ.

“Jika seorang hamba menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya; oleh karena itu hendaklah ia bertakwa kepada Allah untuk separuh yang tersisa.”[1]

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ اثْنَيْنِ وَلَجَ الْجَنَّةَ: مَـا بَيْنَ لَحْيَيْهِ، وَمَـا بَيْـنَ رِجْلَيْهِ.

“Barangsiapa yang dipelihara oleh Allah dari keburukan dua perkara, niscaya ia masuk Surga: Apa yang terdapat di antara kedua tulang dagunya (mulutnya) dan apa yang berada di antara kedua kakinya (kemaluannya).”#Syekh AlBani#

Hadis Pertama:

قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {التَّزْوِيْجُ بَرَكَةٌ وَالْوَلَدُ رَحْمَةٌ فَأَكْرِمُوْا أَوْلَادَكُمْ فَإِنَّ كَرَامَةَ الْأوْلَادِ عِبَادَةٌ}.

Nabi saw. bersabda, “Pernikahan itu keberkahan dan anak itu rahmat, maka muliakanlah anak-anak kalian, maka sesungguhnya memuliakan anak-anak itu ibadah.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya.

Hadis Kedua:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {النِّكَاحُ سُنَّتِيْ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ}.

Nabi saw. bersabda, “Nikah itu sunnahku, siapa yang tidak suka dengan sunnahku maka ia tidak mengikuti jalanku.” Berdasarkan penelusuran kami, kami belum menemukan periwayat hadis ini. Begitu pula dengan imam An-Nawawi Al-Bantani ketika mensyarah

hadis riwayat imam Ibnu Majah dengan riwayat imam Al-Bukhari dan imam Muslim sebagai berikut.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِيْ فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي وَتَزَوَّجُوا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ وَمَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ” رواه ابن ماجه

Dari Aisyah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Menikah itu termasuk dari sunahku, siapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku. Menikahlah, karena sungguh aku membanggakan kalian atas umat-umat yang lainnya, siapa yang mempunyai kekayaan, maka menikahlah, dan siapa yang tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa, karena sungguh puasa itu tameng baginya.” HR. Ibnu Majah.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم حَمِدَ اَللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ لَكِنِّي أَنَا أُصَلِّي وَأَنَامُ وَأَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأَتَزَوَّجُ اَلنِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Anas bin Malik ra., bahwasannya Nabi saw. memuji dan menyanjung-Nya, beliau bersabda, “Tetapi aku pun shalat, tidur, puasa, berbuka, dan menikahi wanita-wanita, siapa yang tidak suka dengan sunnahku, maka ia tidak mengikuti jalanku.” Muttafaqun ‘Alaih.

Hadis Ketiga:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {الحَرَائِرُ صَلَاحُ الْبَيْتِ وَالْإِمَاءُ فَسَادُ البَيْتِ}.

Nabi saw. bersabda, “Perempuan-perempuan merdeka itu baiknya rumah, sedangkan budak-budak perempuan itu rusaknya rumah.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ad-Dailami dan Ats-Tsa’labi dari sahabat Abu Hurairah r.a.

Hadis Keempat:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ أرَادَ أنْ يَلْقَى اللهَ طَاهِرًا مُطَهَّرا فَلْيَتَزَوَّجِ الحَرائِرَ}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang ingin bertemu Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka menikahlah dengan perempuan-perempuan merdeka.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Majah dari sahabat Anas bin Malik r.a. Imam An-Nawawi Al-Bantani menerangkan bahwa maksud suci dalam hadis tersebut adalah selamat dari dosa-dosa yang berhubungan dengan kemaluan.

Hadis Kelima:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {اِلْتَمِسُوا الرِّزْقَ بِالنِّكَاحِ}.

Nabi saw. bersabda, “Carilah rezeki dengan menikah.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ad-Dailami dari sahabat Ibnu ‘Abbas r.a. Imam An-Nawawi Al-Bantani menerangkan bahwa pernikahan itu menarik keberkahan dan dekat kepada rezeki jika niatnya benar. Di mana pada kenyataannya pernikahan menjadi suntikan semangat bagi pasangan suami istri untuk mencari rezeki demi menghidupi kehidupan mereka.

Hadis Keenam:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَنْ تَزَوَّجَ فَقَدْ أُعْطِيَ نِصْفَ الْعِبَادَةِ}.

Nabi saw. bersabda, “Siapa yang menikah maka sungguh ia telah diberi setengahnya ibadah.” Hadis matruk ini diriwayatkan oleh imam Abu Ya’la dari sahabat Anas bin Malik r.a.

Hadis Ketujuh:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {شِرَارُكُمْ عُزَّابُكُم}.

Nabi saw. bersabda, “Seburuk-buruknya kalian adalah orang-orang jomblonya kalian.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Abu Ya’la, imam Ath-Thabarani, dan imam Ibnu ‘Adi dari sahabat Abu Hurairah r.a.

Hadis Kedelapan:

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {شِرَارُكُمْ عُزَّابُكُمْ وَأَرَاذِلُ مَوْتَاكُمْ عُزَّابُكُمْ}.

Nabi saw. bersabda, “Seburuk-buruknya kalian adalah orang-orang jomblonya kalian dan sehina-hinanya orang-orang matinya kalian adalah orang-orang jomblonya kalian.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hanbal r.a. dari sahabat Athiyyah r.a.

Hadis Kesembilan:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {شِرَارُكُمْ عُزَّابُكُمْ رَكْعَتَانِ مِنْ مُتَأَهِّلٍ خَيْرٌ مِنْ سَبْعِيْنَ رَكْعَةً مِنْ غَيْر مُتَأَهِّلٍ}.

Nabi saw. bersabda, “Seburuk-buruknya kalian adalah orang-orang jomblonya kalian. Dua rakaat dari orang yang bersuami/beristri itu lebih baik dari pada tujuh puluh rakaatnya orang yang tidak bersuami/beristri.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu ‘Adi dari sahabat Abu Hurairah r.a. Imam An-Nawawi Al-Bantani menerangkan bahwa maksud hadis ini adalah anjuran untuk menikah bukan makna sebenarnya.

Hadis Kesepuluh:

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {مَا أطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ}.

Nabi saw. bersabda, “Apa yang kamu nafkahkan kepada istrimu, maka bagimu hal itu adalah shadaqah.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad dan imam Ath-Thabarani dari sahabat Al-Miqdam bin Ma’di Kariba.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

 

إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

Artinya: “Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi)


Dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَرْبَعٌ مِنْ سُـنَنِ الْمُرْسَلِيْنَ: اَلْحَيَـاءُ، وَالتَّعَطُّرُ، وَالسِّوَاكُ، وَالنِّكَاحُ

Artinya: “Ada empat perkara yang termasuk Sunnah para Rasul: rasa-malu, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah.” (HR. At-Tirmidzi no. 1086)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Artinya: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari no. 5065 dan Muslim no. 1400)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّ الْمَرْأَةَ تُقْبِلُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، وَتُدْبِرُ فِي صُورَةِ شَيْطَانٍ، فَإِذَا أَبْصَرَ أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ، فَإِنَّ ذَلِكَ يَرُدُّ مَا فِي نَفْسِهِ

 Artinya: ”Sesungguhnya wanita itu maju dalam rupa setan dan membelakang dalam rupa setan. Jika salah seorang dari kalian melihat wanita yang mengagumkannya, maka datangilah istrinya. Karena hal itu menghilangkan apa yang terdapat dalam dirinya.” (HR. Muslim no. 1403).

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

ثَلَاثٌ كُلُّهُمْ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُ: الْمُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالنَّاكِحُ الْمُسْتَعْفِفُ، وَالْمُكَاتَبُ يُرِيدُ الْأَدَاءَ

Artinya: ”Ada tiga kelompok manusia yang pasti ditolong oleh Allah: 

(1) mujahid di jalan Allah; 

(2) pemuda yang menikah untuk menjaga kehormatan diri; dan 

(3) budak yang berusaha memerdekakan diri (agar lebih leluasa beribadah).” (HR. Ahmad no. 7416.)

Diriwayatkan oleh Abu Umamah Radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَزَوَّجُوْا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَـامَةِ، وَلاَ تَكُوْنُوْا كَرَهْبَانِيَّةِ النَّصَارَى

Artinya: “Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari kiamat, dan janganlah kalian seperti para pendeta Nasrani.” (HR. Al-Baihaqi no. VII/78)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

Artinya: “Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Al-Bukhari no. 5090 dan Muslim no. 1466)

Ibnu Majah meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

عَلَيْكُمْ بِاْلأَبْكَارِ فَإِنَّهُنَّ أَعْذَبُ أَفْوَاهًا وَأَنْتَقُ أَرْحَامًا وَأَرْضَى بِالْيَسِيْرِ

Artinya: “Nikahlah dengan gadis perawan, sebab mereka itu lebih manis bibirnya, lebih subur rahimnya, dan lebih ridha dengan yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah no. 1861)

 CONTOH TEKS PIDATO,

Nikahartinya adalah terkumpul dan menyatu. Salah satu proses menuju pernikahan ialah khitbah/meminang. Meminang  merupakan suatu ikatan janji pihak laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari yang dipersetujui oleh kedua pihak.


Bismillahirrahmannirrohim,
Assalamu’alaaikum Warrahmatulahi Wabarrakaatuh,
Alhamdulillahirobbil ‘aalamin. Washolatu was salaamu ‘alaa asyrofil; anbiyaa-i wal mursalin, wa’alaa aalihi washobhihi ajma’iin. Ammaa Ba’du.

Bapak Haji Susanto dan Ibu Hajjah Susiati (contoh nama orang tua wanita yang dilamar)  dan Keluarga Besarnya yang saya hormati,
Bapak dan Ibu Keluarga Besar Bapak rombongan kami dari Bogor (contoh) serta para tamu yang saya hormati,

Pertama kali marilah kita panjatkan puji dan syukur ke Hadirath Allah  SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan inayahNya kepada kita semua, sehingga dapat berkumpul di rumah yang berbahagia ini.

Selanjutnya sholawat dan salam semoga selalu tercurah untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya. Dan semoga kita semua tetap menjadi pengikutnya yang setia, sehingga kelak di hari yaumil akhir mendapat syafaat dari beliau. Amin Ya Robbal Alamin!

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang dirahmati Allah SWT,

Izinkanlah saya menyampaikan maksud dan tujuan datang ke rumah ini. Namun sebelumnya saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas sambutan ramah yang diberikan terhadap kedatangan saya dan rombongan keluarga dari Bogor (contoh). Semoga Allah Swt membalas budi baik dan memberkahi keluarga besar di rumah ini. Amin Ya Allah!

Ucapan terimakasih saya sampaikan juga terhadap keluarga besar saya yang telah berkenan meluangkan waktu dan meringankan langkah bersama saya datang ke rumah Bapak Haji Susanto, semoga Allah Swt, membalas budi baik Bapak dan Ibu semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Mungkin saya mundur ke belakang sedikit, menyampaikan saat pertama kali berkenalan dengan putri Bapak Haji Susanto dan Ibu Hajjah Susiati yang bernama Dinda Ayu Wulandari. Dinda kebetulan bekerja di salah satu perusahaan yang berkantor di gedung yang sama dengan perusahaan tempat saya bekerja.

Pada pertemuan pertama di kantin gedung kantor saat makan siang, saya sudah merasa tertarik dengan kelembutan dan kecantikan Dinda, namun saat itu belum memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Ada sekitar enam bulan melakukan pendekatan, barulah saya tahu pribadi Dinda yang sebenarnya. Keseharian Dinda yang rajin salat, hormat kepada orang tua, karakternya yang lembut dan menyenangkan membuat saya memutuskan untuk memohon kepada Allah Swt, melalui salat istikharah agar ditunjukkan siapa jodoh saya. Akhirnya saya mendapat ketetapan hati memilih Dinda untuk menjadi belahan hidup saya.

Kepada Bapak Haji Susanto dan Ibu Hajjah Susianti, (berhenti sejenak sambi memandang kepada Bapak Haji Susanto dan Ibu Hajjah Susianti) dengan mengucap Bismillahirrahmaannirahim pada hari ini saya melamar putri Bapak dan Ibu yang bernama Dinda Ayu Wulandari untuk menjadi istri saya. Semoga Bapak dan Ibu berkenan memberikan izin dan restu kepada saya atas lamaran yang saya ajukan ini.

Kepada Dinda Ayu Wulandari, inilah permintaan saya, (berhenti sejenak dan menarik napas, sambil memandang ke arah Dinda) “Maukah Dinda menjadi pendamping hidup saya dalam suka dan duka sampai maut memisahkan kita? Menjadi ibu dari calon anak-anak kita? Menjadi ratu dalam rumah tangga kita? Saat ini saya tidak bisa menjanjikan istana dan kekayaan berlimpah untuk Dinda, tapi saya berjanji dengan sekuat tenaga berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan rumah tangga kita.

Saya berusaha menjadi Imam yang baik untuk Dinda dan calon anak-anak kita. Dan saya berjanji untuk setia selamanya serta tidak akan pernah menyakiti perasaan atau melakukan KDRT terhadap Dinda. Terakhir, saya akan menghormati Bapak, Ibu dan Keluarga Besar Dinda sebagaimana saya menghormati dan menghargai Bapak, Ibu dan Keluarga Besar saya sendiri. Itulah janji- janji saya! Semoga Allah Swt meridhoi saya, agar bisa menepati janji-janji yang telah saya ucapkan. Amin Ya Robbal Alamin!

Dinda Ayu Wulandari binti Haji Susanto, bila lamaran ini Dinda terima, mohonlah kiranya  agar bisa menerima saya apa adanya dengan segala kekurangannya. Semoga dalam perjalanan waktu ke depan kekurangan-kekurangan itu bisa saya tutupi dan perbaiki.

Bapak dan Ibu yang disayangi Allah Swt.,

Sebelum datang ke rumah ini, saya telah memohon izin dan restu dari orang tua saya untuk melamar Dinda Ayu Wulandari yang sebelumnya telah diperkenalkan kepada mereka. Alhamdulillah, orang tua saya telah memberikan izin dan restu untuk melamar Dinda sebagai calon istri saya, itulah sebenarnya tujuan saya dan keluarga besar datang ke rumah ini.

Dengan segala kerendahan hati saya menunggu jawaban dari Bapak Haji Susanto dan Ibu Hajjah Susiati, serta dari Dinda Ayu Wulandari, atas lamaran yang saya ajukan. Semoga permohonan saya dikabulkan dan direstui.

Akhirnya dengan memohon ampun kepada Allah Swt, saya menyampaikan permohonan maaf kepada Bapak dan Ibu semua, bila ada perkataan dan sikap saya yang kurang pada tempatnya.  Mohonlah kiranya dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.

Wabillahit Taufiq Walhidayat Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.


 

Tentang Sedekah di Bulan Ramadhan

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan Salam mudah-mudahan terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kepada keluarganya, para Sahabatnya, dan seluruh pengikutnya.

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kesempatan kepada kita semuanya untuk memperbanyak ibadah, memperbanyak amal, karenanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita semua berbagai macam bentuk ibadah, di antara ibadah tersebut adalah memperbanyak bersedekah, memperbanyak berinfak di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sedekah itu memiliki makna yang luas, makna sedekah yang luas itu dicakup dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ

“Engkau membantu seseorang dalam hal kendaraanya, engkau membantu orang tersebut naik ke atas kendaraanya atau mengangkatkan barang-barangnya ke atasnya adalah sedekah. Perkataan yang baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari-Muslim)

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR. At-Tirmidzi)

Maka sedekah memiliki makna yang luas, makna yang umum, dimana seluruh kebaikan yang kita berikan kepada orang lain itu masuk ke dalam makna sedekah. Sedangkan makna sedekah yang kedua, adalah sedekah dalam makna yang khusus, yaitu memberikan apa yang kita miliki untuk orang lain, memberikan harta yang kita miliki untuk saudara-saudara kita, maka itu masuk ke dalam makna sedekah yang lebih khusus.

Lihat juga: Ceramah Singkat Kedudukan Dan Manfaat Sedekah Dalam Islam

Di mana makna sedekah yang khusus ini lebih ditekankan kepada perkara, yang mana kita diperintahkan, untuk menjauhkan diri dari sifat bakhil. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat al-Hasyr ayat 96:

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Allah mengingatkan kaitannya sedekah dengan sifat bakhil, bahwa seseorang harus menjauhkan diri dari sifat bakhil, dari sifat kikir, sifat pelit. Yang mana itu adalah sifat yang sangat mengotori jiwa kita. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa orang yang dijauhkan dari sifat bakhil tersebut, maka sungguh orang tersebut adalah orang yang beruntung.

Oleh karenanya Begitu pentingnya kita untuk melihat kepada diri kita, apakah kita termasuk dari orang-orang yang bakhil. Terkadang seseorang tidak merasa bahwa dia termasuk dari orang-orang yang bakhil, dia sudah merasa berinfak, bersedekah, padahal ia tergolong kedalam orang-orang yang bakhil. Tentunya bakhil di dalam bersedekah, itu masuk dalam perkara-perkara yang wajib untuk dikeluarkan, zakat fitr, kemudian zakat mal, yang itu wajib bagi seseorang untuk dikeluarkan, kemudian juga memberikan nafkah kepada keluarga dan semua wajib ditanggung, maka itu termasuk kedalam kewajiban harta. Ketika seseorang kemudian tidak melaksanakan perkara-perkara tersebut, maka di dalam Islam disebut sebagai orang yang bakhil, orang yang pelit dan kikir.

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan dalam sebuah hadits:

فَإِنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِيْنِهِ ثُمَّ يُرَبِّيْهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُرَبِّيْ أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ

“Sesungguhnya Allah akan menerima sedekahnya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya seperti seorang di antara kalian membesarkan kuda kecilnya hingga sedekah tersebut menjadi besar seperti gunung.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Inilah perumpamaan yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atas orang yang bersedekah, seorang yang bersedekah dengan sesuatu yang kecil, ternyata dibesarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dirawat dan dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga akan didapati pada hari kiamat menjadi sesuatu yang besar, bahkan bisa jadi seorang yang bersedekah dengan 1 biji kurma ternyata didapatkan pada hari kiamat sebesar gunung, dan yang demikian akan banyak didapati oleh hamba-hamba yang pandai bersedekah, yang gemar bersedekah, tidak merasa bahwa dia sudah bersedekah karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, ternyata didapati pada hari kiamat pahala yang begitu besar, pahala yang sangat dinanti-nanti, yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan contoh kepada kita tentang sedekah, terlebih di bulan Ramadhan. ‘Aisyah Radhiyallahu anha menyifati Nabi Shallallahu wa Sallam, demikian juga ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma, menyifati Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ فِى كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan, tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau adalah manusia yang paling baik dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam semakin baik lagi tatkala berada di bulan Ramadhan, dan sungguh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat banyak memberikan kebaikan seperti angin yang berhembus dengan kencang.

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Inilah keutamaan bersedekah yang langsung dicontohkan oleh Nabi kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, di mana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika memasuki bulan Ramadhan, beliau sangat bersemangat untuk bersedekah, dan diumpamakan seperti angin yang berhembus dengan begitu kencang, tanpa ada rintangan, tanpa terhalangi. Begitu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan sedekah, mengeluarkan sedekah, berinfak dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Pentingnya sedekah yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sedekah yang baik, di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan di dalam Al-Qur’an:

أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ

“Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usaha kalian yang baik-baik.” (QS. Al-Baqarah: 267)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada kita semuanya untuk berinfak dengan harta yang baik, dengan harta yang halal, yang demikian juga dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah haditsnya:

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu maha baik dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim)

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Demikian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita semuanya untuk bersedekah dengan harta yang halal, dengan harta yang baik, yang kita dapatkan dengan cara yang benar, maka itu akan mendapatkan pahala yang besar disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terlebih lagi di bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan kebaikan, bulan dimana pahala dilipatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka salah satu jalan beribadah tersebut adalah dengan memperbanyak bersedekah.

Kita menyaksikan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam begitu kuatnya bersedekah di bulan Ramadhan, kita dapatkan pula para Sahabat mereka bersedekah, mereka berinfak dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ

“Kalian tidak akan sampai kepada kebaikan sampai kalian berinfak dengan sesuatu yang kalian cintai.” (QS. Ali Imron: 92)

Maka kita dapatkan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu beliau menginfakkan seluruh hartanya, kita dapati kembali Umar bin Khattab Radiallahu anhu beliau berinfak dengan setengah dari hartanya, kita dapatkan Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu beliau menyiapkan pasukan perang yang lengkap semuanya dari hartanya, dari infaknya, dari sedekahnya.

Saudara-saudara yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Ketika mendengar ayat tadi seorang sahabat memiliki harta yang banyak, dan tatkala mendengar ayat tersebut bahwa tidaklah sampai seseorang kepada kebaikan kecuali menginfakkan apa yang dia cintai, maka dia mendapatkan harta yang paling dia cintai adalah harta yang ada di depan masjid, harta kebun yang ada di depan masjid, dan kemudian menghadap kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menginfakkan kebun tersebut. Subhanallah, bagaimana contoh dari para sahabat, mereka berinfak dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala,  Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu ‘Anhu tatkala datang dengan membawa barang dagangan yang begitu banyak, sampai di jalan-jalan Madinah semua terpenuhi dengan barang dagangan beliau, Radhiyallahu anhu, maka tatkala itu ditawar oleh para pedagang Madinah, maka Abdurrahman bin Auf mengatakan, ada yang lebih berani dari itu semuanya, dan terus demikian jawabannya. Ternyata beliau akhirnya mengatakan, bahwa harta ini semuanya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikianlah sedekah yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan juga para sahabatnya, yang mudah-mudahan kita semuanya bersemangat dan termotifasi dengan hal tersebut, sehingga kita lebih semangat tuk bersedekah, terlebih lagi di bulan yang sangat mulia, bulan yang dilipatkan pahala-pahala kita semuanya.

Waallahu Ta’ala a’lam.

Menyambut 10 Malam Terakhir

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Tanpa terasa kita sudah ada di gerbang hari-hari terakhir di bulan suci Ramadhan. Tanpa terasa kita sudah berada di depan pintu masuk hari-hari terbaik di bulan suci Ramadhan, 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan. Jarak antar kita dengan 10 hari tersebut hanya selisih beberapa jam saja. Ini adalah grand finalnya Ramadhan, ini puncak-puncaknya Ramadhan.

Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits Bukhari:

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal ibadah tersebut tergantung detik-detik terakhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Amal ibadah itu tergantung bagaimana kita menutup kehidupan atau yang lebih spesifik bagaimana kita menuntaskannya di dalam kehidupan kita. Seseorang yang semangat beribadah di hari pertama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat, lalu tersungkur dihari ke 21, hari ke-28, hari ke-29, maka dikhawatirkan dia tidak mendapatkan keberkahan dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala di bulan suci Ramadhan. Ini adalah hari-hari terbaik, ini adalah hari-hari yang dimuliakan para Sahabat, para Tabi’in, para ulama, para wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Abu ‘Utsmaan An-Nahdiy Rahimahullah berkata;

كَانُوا يُعَظِّمُوْنَ ثَلاَثَ عَشَرَاتٍ الْعَشْرِ الأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ وَالْعَشْرِ الأَوَّلِ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَالْعَشْرِ الأَوَّلِ مِنْ مُحَرَّم

“Mereka (para Sahabat, para Tabi’in, para ulama-ulama kita terdahulu) mengagungkan tiga puluhan hari, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, 10 hari awal bulan Dzulhijjah, dan 10 hari awal bulan Muharrom” (Lathooif al-Ma’aarif hal 36)

Para Sahabat, para Tabi’in, para ulama-ulama kita terdahulu itu memuliakan tiga fase yang sefase berisi 10 hari, dan yang pertama adalah 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan.

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Oleh karena itu, ada beberapa tips agar kita bisa sukses di 10 hari ini, ada beberapa kiat yang dijelaskan oleh para ulama agar kita benar-benar bisa memaksimalkan hari-hari terakhir kita dengan Ramadhan.

Perbanyak Istighfar

Yang pertama saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di hari-hari ini atau di jam-jam ini, sebelum kita memasuki 10 hari terakhir perbanyaklah istighfar, perbanyak istighfar. Saya yakin anda sudah mengiringi setiap hari di Ramadhan dengan memperbanyak istighfar. Di detik-detik ini, di waktu-waktu ini, tambah lagi, minta ampun dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, minta agar Allah Subhana Allah menggugurkan dosa-dosa kita. Kenapa demikian?? Karena yang membuat kita terjatuh di 10 hari terakhir, yang membuat kita gagal, yang membuat kita malas baca Al-Qur’an di hari-hari terakhir, yang membuat kita tidak semangat dalam melakukan tarawih atau Qiyamul Lail, salah satunya adalah dosa, salah satunya adalah dosa.

Allah berfirman dalam surat Asy-Syura’ ayat 40:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا

dan hukuman dari keburukan keburukan yang semisalnya” (QS. Asy-Syura'[42]: 40)

Sudaraku yang dirahmati oleh Allah,

Taukah jika kita bermaksiat, jika kita melakukan dosa di 20 hari pertama di bulan Ramadhan, maka itu akan mempengaruhi semangat ibadah kita di hari-hari terakhir. Salah satu penyebab kita ghibah di hari-hari terakhir adalah ghibah di 20 hari sebelumnya. Salah satu yang membuat kita malas shalat di hari-hari terakhir adalah karena kita malas shalat di 20 hari sebelumnya.

Oleh karena itu putus mata rantai keburukan tersebut. Putus dengan apa? Putus dengan istighfar dan taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. karena kita tahu bersama yang membuat kita berat untuk melangkah, yang membuat kita berat untuk membaca Al-Qur’an, yang membuat kita ngantuk ketika shalat lail atau shalat tarawih, lagi-lagi adalah dosa. Maka dosa tersebut akan menghambat kinerja kita. Dosa itu ibarat beban yang ada di pundak-pundak kita, maka singkirkan beban dosa tersebut dari pundak kita. Perbanyak istighfar dan bertobat kepada Allah. Maka rasakan sendiri bagaimana kita akan lebih nyaman dalam beribadah, kita akan lebih ringan dalam membaca Al-Qur’an atau Qiyamul Lail dan Berdzikir di 10 hari terakhir ini, karena Allah menghapuskan dosa-dosa kita.

Bertawakal kepada Allah

Kiat yang kedua, saudaraku yang dirahmati oleh Allah, bertawakal kepada Allah

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan cukupkan (Allah akan wujudkan keinginan kita)” (QS. Ath-Thalaq[65]: 3)

Ketika kita memasuki 10 hari terakhir ini, dengan mengharapkan pertolongan dari Allah, dengan bersandar pada kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita menginginkan mendapatkan khusnul khotimah, mendapatkan Lailatul Qadar, maka Allah akan wujudkan hal tersebut.

وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّـهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertawakal bersandar meminta pertolongan kepada Allah maka Allah akan mewujudkan keinginannya”

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, di detik-detik terakhir menjelang 10 hari terakhir, di dalam shalat kita hendaknya kita sisipkan sebelum kita salam membaca:

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah tolonglah aku sehingga aku bisa berdzikir kepadaMu, aku bisa bersyukur kepadaMu dan aku bisa memperbaiki ibadah-ibadahku” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Khususnya di 10 hari terakhir, kita ingin ibadah-ibadah kita di 10 hari terakhir adalah klimaks dari ibadah kita di 20 hari sebelumnya. Maka minta pertolongan kepada Allah.

وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Agar aku memperbaiki amal ibadahku.”

Saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, salah satu syiar kita memasuki 10 hari terakhir adalah:

لا حول ولا قوة إلا بالله

Tidak ada daya dan kekuatan, kita nggak akan bisa shalat, kita nggak akan bisa istiqomah sampai hari terakhir, kita nggak akan bisa mudah membaca Al-Qur’an, kita nggak punya kekuatan untuk itikaf, kekuatan untuk berdzikir, illa billah. Kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kecuali dengan hidayah dan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan sampai kita memasuki 10 hari terakhir hanya berbekal pengalaman kita, hanya berbekal ilmu kita, hanya berbekal kepedean kita, jangan sampai kita meremehkan ketawakalan, karena kita lemah.

وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا

Allah ciptakan manusia dalam kondisi lemah” (QS. An-Nisa'[4]: 28)

Dan yang lemah tidak akan mampu bertahan di 10 hari terakhir kecuali dengan pertolongan Al-Qowii, Al-Matin, Al-Jabbar, Ar-Rahman, Ar-Rahim.

Husnudzon kepada Allah

Kiat yang ketiga saudaraku yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, marilah kita memasuki 10 hari terakhir dengan husnudzon (berbaik sangka) kepada Allah. Bahwa Allah akan memberikan taufiq kepada kita jika kita meminta, Allah akan membuat kita mendapatkan Lailatul Qadar dan sukses menutup Ramadhan tahun ini dengan khusnul khotimah jika kita benar-benar berusaha dan berdo’a, husnudzan kepada Allah.

Allah berfirman dalam hadits yang dikeluarkan oleh Al-Imam Thabrani:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Aku tergantung prasangka hambaKu terhadapKu (Aku tergantung keyakinan hambaKu terhadapKu)”

إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ

“Kalau prasangka itu baik maka hasilnya akan baik, tapi kalau prasangka itu buruk maka hasilnya pun akan buruk” (HR. Thabrani)

Maka berbaik sangkalah kepada Allah, jika kita masuk di 10 hari terakhir dengan beristighfar, maka Allah tidak akan membuat kita lemah ketika beribadah. Ketika kita masuki 10 hari terakhir dengan bertawakal, Allah akan memudahkan kita. Apabila kita semangat, maka Allah akan berikan kemudahan.

Dan bagi kita yang merasa banyak dosa di 20 hari sebelumnya, bagi kita yang merasa tidak maksimal di 20 hari yang sebelumnya, bagi kita yang merasa banyak lalai di 20 hari sebelumnya, husnudzan kepada Allah, berbaik sangka kepada Allah. Kalau kita bertekad untuk memperbaiki, kita beristighfar dan kita bangkit, maka Allah akan memberikan kesempatan untuk menutup Ramadhan ini dengan Khusnul Khotimah. Kesempatan itu masih terbuka, pintu itu belum tertutup, masih ada 10 hari lagi.

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Aku tergantung prasangka hambaKu terhadapKu”

Jangan down, jangan kalah sebelum berperang, jangan menyerah sebelum peluit tanda berakhirnya pertandingan ditiupkan. Kita meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, masih ada kesempatan untuk bangkit, masih ada kesempatan untuk berubah, masih ada kesempatan untuk mendapatkan Lailatul Qadar yang lebih baik daripada 1000 bulan. Husnudzan kepada Allah, jangan down! Jangan merasa kayaknya saya sudah nggak mungkin lagi mendapatkan Lailatul Qadar. Padahal 10 hari terakhir belum menyapa kehidupan kita. Husnudzan kepada Allahu Jalla wa Ala.

Saudaraku yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Kita akan memasuki puncak-puncaknya Ramadhan, kita akan memasuki klimaksnya Ramadhan, kita akan memasuki partai finalnya Ramadhan, keluarkan seluruh potensi kita, keluarkan seluruh tenaga kita, keluarkan seluruh kemampuan kita, waktu-waktu kita, raihlah Lailatul Qadar yang lebih baik daripada 1000 bulan, raihlah khusnul khotimah di bulan suci Ramadhan. Ingat kesalahan, kekurangan, kehilafan, kemaksiatan yang kita lakukan selama 20 hari ini, masih bisa berakhir manis, karena Nabi bersabda:

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amal ibadah tersebut tergantung hasil akhirnya” (HR. Bukhari)

Begitu juga dengan amal ibadah kita di bulan suci Ramadhan. Dan yang terakhir, ini adalah partai final. Dan kekalahan yang paling menyakitkan adalah kekalahan di partai final.

Meraih Malam Lailatul Qadar

Semoga anda tidak kehilangan keistimewaan bulan Ramadhan, terlebih kita akan memasuki sepuluh akhir bulan ramadhan. Dalam kaidah kehidupan kita dalam beragama, Nabi kita mengatakan:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيم

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Sehingga akhir Ramadhan menentukan baik-buruknya Ramadhanyang kita lalui. Sudah menjadi kebiasaan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau setiap memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan:

شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Beliau mengencangkan sarungnya dijelaskan para ulama inayah menjauhi para istrinya, dalam rangka untuk konsen beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memaksimalkan dalam memperbanyak taqorrub kepada Allah Ta’ala.

Menghidupkan malamnya yakni lebih banyak begadang, dalam rangka untuk menghidupkan malam dengan berbagai macam amal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, qiyamul lail, membaca Al-Qur’an, dzikrullah, istighfar dan semisalnya dari amal sholeh, menjadikan kebanyakan malamnya dihidupkan, tidak di posisi mati/tidur, tapi menghidupkan malamnya yaitu dengan memperbanyaj amal-amal sholeh.

Dan membangunkan keluarganya, yang menunjukkan perhatian Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kepada keluarganya, agar tidak terluput dari keistimewaan, kebaikan yang banyak di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.

Karena terlewatkan saat-saat spesial di akhir bulan Ramadhan, sungguh merupakan kerugian yang sangat besar:

مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Barangsiapa yang dia terhalang dari kebaikan di malam-malam bulan Ramadhan -terlebih lailatul qadar-, sungguh dia telah terhalang dari kebaikan yang banyak”.

Para pemirsa yang di rahmati Allah.

Kebiasaan kita justru akhir Ramadhan, ibaratnya sudah buyar konsentrasi kita berkaitan dengan Ramadhan. Makanan kemudian baju baru dan semua hal yang baru, dalam rangka menyambuth Ramadhan, bahkan membuyarkan konsentrasi di akhir Ramadhan. Ini tentu sangat disayangkan, kesempatan istimewa bisa terlewatkan karena kesibukkan kita seputar masalah itu.

Para pemirsa yang di rahmati Allah.

Tentu ini membutuhkan persiapan yang lebih ekstra lagi, seandainya ketika kita memasuki Ramadhan, kita siap-siap masuk Ramadhan dengan segala macam yang harus kita siapkan, ilmu kita, hati kita, konsentrasi kita. Bagaimana kita bisa betul memasuki Ramadhan, sehingga tinggal tancap gas. Maka memasuki era sepuluh terakhir Ramadhan, kita bersiap untuk kedua kali. Karena kita ini akan menanjak lagi, akan masuk wilayah tanjakkan yang mesti lebib ekstra lagi kita siapkan.

Ada beberapa hal yang mesti kita lakukan.

1. Pancangkan niat, tancapkan niat, ‘saya mesti dapat lailatul qadar’, ‘saya harus berusaha keras mendapatkannya!’.

Sehingga apapun yang mesti dilakukan, dia siapkan. Siapkan niat baik-baik, tancapkan niat dalam hati kita.

2. Hendaknya kita semakin membersihkan hati kita. Lambatnya kita beramal, beratnya kita beramal, itu adalah merupakan dampak dari kemaksiatan, maksiat itu akan memberikan noktah hitam, mengotori hati, melambatkan semangat kita beramal sholeh. Maka semakin kita banyak beristigfar, banyak bertaubat, agar Allah Subhanahu wa ta’ala membersihkan hati kita, karena bersihnya hati itu modal yang paling pokok, lincahnya kita mendekat kepada Allah Ta’ala. Ibnu qoyyim berkata:

“Ketauhilah bahwa seorang hamba dalam meniti tangga-tangga menuju Allah Ta’ala dengan hati dan cita-cita kuatnya”.

Niat yang kuat, kemauan yang kuat, cita-cita yang tinggi, kemudian hati kita yang bersih, maka ini merupakan penentu kita, mendapatkan apa yang kita harapkan, kemuliaan yang besar di sisi Allah Ta’ala.

3. Segala kebaikan itu ada di tangan Allah Ta’ala, seandainya bukan karena pertolongan Allah, kita tidak akan bisa berbuat apapun. Maka berdo’alah kepada Allah Ta’ala, hendaklah kita berdo’a Allah Subhanahu wa Ta’ala, mintalah kepada Allah, dengan tangisan hati kita, dengan merendah, dengan penuh harap, dengan merengek, dijauhkan dari yang diharamkan, agar Allah memberikan kepada kita lailatul qadar, memberikan kepada kita maksimal amal di sepuluh malam yang terakhir, memberikan kepada kita yang terbaik pada penutupan Ramadhan.

4. Hendaknya kita benar-benar bersangka baik kepada Allah Ta’ala, kata Allah dalam sebuah hadits qudsi:

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي

“Saya bersama dengan sangkaan hambaku”. (HR. Bukhari)

Bagaimana sangkaan hambaku, aku akan berbuat seperti itu kata Allah. Bersangkalah baik kepada Allah, bahwa Allah akan memberikan dari apa yang kita inginkan, dari seribu bulan, amalan yang lebih baik dari seribu bulan, amalan yang istimewa. Barangsiapa, dia dengan jujur hatinya, bersangka baik kepada Allah, insya Allah Allah pun akan berikan apa yang kita inginkan.

Dan ingatlah:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيم

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Bahwa amal kita selama Ramadhan, akan ditentukan nasibnya pada yang terakhir. Jadikan husnul khotimah Ramadhan anda, jadikan penutupan yang terbaik Ramadhan anda.

Semoga Allah mewujudkan cita-cita anda, dan cita-cita kita semuanya. Hanya Allah kita berharap, dan Allah yang bisa mewujudkan semua harapan kita.

Semoga bermanfa’at.

Tentang Malam Lailatul Qadar

Para pemirsa yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Malam seribu bulan, itulah yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar. Malam yang super istimewa, yang diburu oleh setiap Muslim, khususnya mereka yang sangat mencari keuntungan akhirat.

Tahukah kita apa itu malam Lailatul Qadar?

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam sebuah surat yang sangat mulia, surat Al-Qodar yang menjelaskan sekaligus tentang kemuliaan malam tersebut.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾

Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an pada malam Al-Qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam yang penuh dengan kesejahteraan hingga terbit fajar.” (QS. Al-Qadr[97]: 5)

Dalam satu surat ini, penjelasan yang sangat ringkas tentang Lailatul Qadar yang diawali oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’anul Karim.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menggunakan dzomir (kata ganti) “Kami” bukan menunjukkan bahwasanya Allah banyak sebagaimana sebagian orang memberikan syubhat, khususnya orang Nasrani. Penggunaan kalimat “نحن (nahnu)”, mereka katakan bahwasanya ini menunjukkan bahwasannya Allah banyak dan bukan satu. Maka para ulama menjelaskan penggunaan kalimat “نحن (nahnu)”, yakni penggunaan dalam bentuk jamak seperti ini memiliki faidah dalam rangka untuk mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga Allah yang Maha Agung yang menurunkan Al-Qur’an yang sangat Agung.

Lailatul Qadar adalah dua kalimat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya pada malam hari dan menunjukkan ada keutamaan secara khusus tentang malam tersebut. Sebagaimana Allah terangkan dalam beberapa ayat:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ ﴿٤٠﴾

Dan diantara malam, maka bertasbihlah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pada setiap ini selesai shalat.” (QS. Qaf[50]: 40)

Demikian pula ketika Allah meng-isyra’kan NabiNya pada malam hari:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلً

Demikian pula Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir, malam hari. Sehingga malam memiliki keutamaan.

Adapun Qadar, para ulama menjelaskan bahwa memiliki dua makna yang penting. Yang pertama bermakna kemuliaan, dan yang kedua bermakna penetapan. Dikatakan kemuliaan karena memang malam itu adalah malam kemuliaan. Diantara kemuliaan malam itu adalah Allah turunkan Al-Qur’anul Karim. Dan diantara kemuliaan malam itu adalah Allah menetapkan takdir-takdir. Para Malaikat sibuk mencatat takdir-takdir setahun yang akan datang. Dan malam itu sangat mulia sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala mengulangi dalam bentuk pertanyaan:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾

Tahukah Anda apa itu Lailatul Qadar?

Disampaikan dalam bentuk pertanyaan, diantaranya memiliki faidah untuk menunjukkan tentang agung dan dahsyatnya malam tersebut dan istimewanya malam tersebut. Hal ini sebagaimana ketika Allah mengatakan:

الْقَارِعَةُ ﴿١﴾ مَا الْقَارِعَةُ ﴿٢﴾

Maka diantaranya memiliki faidah untuk menunjukkan dahsyatnya, luar biasanya Al-Qoriah (hari kiamat).

Demikian pula Ketika datang dalam bentuk pertanyaan:

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾

Tahukah Anda apa itu Lailatul Qadar?

Maka pertanyaan yang datang tersebut untuk menunjukkan tentang agungnya malam tersebut. Dan keagungan malam ini pula ditunjukkan dengan:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا

Para Malaikat dan Jibril turun ke bumi sehingga bumi dipenuhi oleh Malaikat-Malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan turunnya para Malaikat ke bumi menunjukkan banyaknya keberkahan-keberkahan, banyaknya Rahmat yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena turunnya Malaikat Allah Subhanahu wa Ta’ala datang dengan membawa barokah dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan malam itu menunjukkan kemuliaannya, dikatakan:

سَلَامٌ هِيَ

Malam yang penuh dengan kesejahteraan, malam yang penuh dengan keselamatan, malam yang penuh dengan kesejahteraan, karena di malam itulah banyak kaum Muslimin yang berbuat baik, banyak dari para hamba-hamba Allah yang berbuat baik. Dan juga dikatakan malam keselamatan yakni para setan kesulitan untuk melakukan keburukan, untuk melangsungkan kejahatan, sehingga malam itu adalah malam keselamatan. Selamat dari kejahatan para setan dan selamat dari berbagai macam kesulitan karena para hamba Allah banyak yang melakukan kebaikan-kebaikan, banyak yang dibebaskan Allah Subhanahu wa Ta’ala di malam tersebut.

Ini adalah malam kemuliaan dan malam ini berlangsung:

حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Sampai terbitnya fajar.

Lebih Baik daripada Seribu Bulan

Malam ini dikatakan Allah:

خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam yang kemuliaannya lebih baik daripada seribu bulan. Apabila kita hitung dengan hitungan bulan kehidupan kita, maka sekitar 83 tahun lebih. Sehingga orang yang beramal pada malam Lailatul Qadar, dia akan mendapatkan kebaikan senilai dengan beramal 83 tahun lebih. Alangkah sangat luar biasanya.

Dibawakan sebuah riwayat bahwa diantara sebab turunnya surat Al-Qadr adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan kisah seorang Bani Israil yang beribadah dan berjihad selama seribu bulan. Maka kaum Muslimin terkagum-kagum. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala turunkan surat tersebut yang diantaranya keterangan tentang malam yang sangat luar biasa. Yang satu malam nilai ibadahnya bisa lebih baik daripada seribu bulan. Maka ini merupakan keutamaan yang Allah berikan kepada umat Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sehingga ini merupakan kemuliaan yang sangat.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Kapan Malam Lailatul Qadar itu?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan sebagaimana juga penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang jelas. Malam Lailatul Qadar ada pada bulan Ramadhan. Karena malam Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur’an. Sedangkan turunnya Al-Qur’an ada pada bulan Ramadhan.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan petunjuk yang lebih khusus lagi. Apa kata Nabi?

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada 10 akhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan keterangan yang lebih khusus lagi:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil pada 10 malam yang terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Ini adalah merupakan petunjuk Nabi bagi orang yang mereka menginginkan menggapai malam Lailatul Qadar.

Para pemirsa yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,

Para ulama memberikan pembahasan pula diantaranya, “Apakah malam ini menetap pada tanggal tertentu? Ataukah malam ini berpindah-pindah pada malam-malam yang berlainan tanggal?”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin diantaranya memberikan jawaban bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang berpindah-pindah, bukan pada tanggal tertentu, akan tapi malam yang berpindah-pindah.

Sehingga boleh jadi malam tahun ini tanggal 25, boleh jadi malam tahun depan tahun 27, boleh jadi tahun depannya lagi 29, demikian Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin memberikan penjelasan tentang berpindah-pindahnya malam Lailatul Qadar.

Hikmah Dirahasiakannya Malam Lailatul Qadar

Malam Lailatul Qadar termasuk sesuatu yang dirahasiakan. Tanggal berapa pastinya? Maka para ulama pula menjelaskan kepada kita bahwa ada dua faidah besar dengan dirahasiakannya keberadaan malam Lailatul Qadar:

Pertama, faidahnya adalah dalam rangka untuk memperbanyak kebaikan kaum Muslimin. Karena orang yang mereka mencari malam Lailatul Qadar dan dia tidak tahu kapan jatuhnya malam Lailatul Qadar, maka dia akan bersungguh-sungguh. Bahkan dia anggap setiap malam itulah malam Lailatul Qadar. Khususnya pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan. Sehingga setiap malam dia selalu berusaha untuk benar-benar serius, benar-benar mencari dan menghidupkan malam tersebut.

Kedua, sebagai ujian, siapa diantara para hamba yang mereka yang bersungguh-sungguh mencari Lailatul Qadar dan siapa yang mereka pemalas?

Bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menghidupkan 10 malam yang terakhir?

Diriwayatkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih sangat bersungguh-sungguh dalam menghidupkan 10 malam yang terakhir dibandingkan dengan malam-malam sebelumnya.” (HR. Muslim)

Nabi sudah bersungguh-sungguh pada malam-malam yang ada di bulan Ramadhan. Akan tetapi kesungguhan beliau di 10 malam yang terakhir lebih besar lagi.

Dan juga dikatakan:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berada di 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya (kiasan Nabi mulai menjauhi para istrinya), Nabi menghidupkan malam-malamnya (dengan shalat, dengan dzikir, dengan membaca Al-Qur’an, dengan wirid-wirid, dengan do’a-do’a), dan Nabi membangunkan keluarganya.” (HR. Muslim)

Nabi memiliki perhatian kepada para keluarganya. Jangan sampai mereka terlewatkan malam yang sangat mulia tersebut. Dan selayaknya kita pula demikian.

Bagaimana Seandainya Seorang Wanita Muslimah Haid?

Seandainya seorang wanita Muslimah haid, apakah dia bisa mencari kebaikan Lailatul Qadar? Para ulama menjelaskan, tetap bisa. Yaitu dengan cara dia memperbanyak dzikir, memperbanyak do’a, memperbanyak wirid-wirid, tasbih, tahlil. Dan sebagian ulama mengatakan boleh membaca Al-Qur’an akan tetapi tanpa menyentuh mushaf. Bisa dengan hafalannya atau bisa dengan membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh mushaf, intinya adalah membaca Al-Qur’an diperbolehkan dengan tidak menyentuh mushaf Al-Qur’anul Karim.

Para pemirsa yang dirahmati Allah,

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita dan memberikan taufik kepada kita untuk mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan yang apabila seorang diharamkan mendapatkan malam ini sungguh dia telah celaka dan telah rugi besar.

مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Barangsiapa yang dia diharamkan mendapatkan kebaikan malam itu, maka sungguh dia telah diharamkan dari kebaikan yang sangat banyak.” (HR. An-Nasa’i, Ahmad dan dishahikan oleh al-Albani di dalam Shahih Ibnu Majah, 2/456)

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik kepada kita untuk meringankan menghidupkan malam-malam dalam rangka untuk mendapatkan kebaikan Lailatul Qadar. Dan mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi umum-umur kita, sehingga umur yang barakah penuh untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ramadhan: Apa Itu I’tikaf?

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan mempelajari tentang apa itu i’tikaf dan apa hukum-hukum yang ada di dalam i’tikaf tersebut. Kata Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Rahimahullah,

1. Definisi i’tikaf

I’tikaf secara definisi syar’i yaitu tinggal di masjid dan duduk di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itu definisi i’tikaf secara istilah syar’i.

2. Hukum i’tikaf

Kemudian yang kedua kata beliau bahwa ulama sepakat bahwasannya i’tikaf disyariatkan. Kenapa? Karena Rasul pernah i’tikaf di 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan sampai beliau meninggal dunia. Setelah Rasul meninggal dunia, para istri-istri Rasul melanjutkan i’tikaf beliau.

3. Macam-macam i’tikaf

Ada dua macam i’tikaf. Yaitu i’tikaf yang wajib dan i’tikaf yang sunnah. Adapun i’tikaf yang wajib adalah i’tikaf yang diwajibkan oleh seorang hamba atas dirinya sendiri. Yaitu dengan dia bernazar. Misalnya ada orang mengatakan, “kalau proyek saya sukses atau kalau saya sukses lulus ujian, saya mau i’tikaf di masjid selama dua hari” Maka ini adalah i’tikaf yang wajib bagi orang tersebut karena dia sudah bernadzar.

Adapun i’tikaf yang sunnah yaitu i’tikaf yang dilakukan seorang Muslim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sukarela dan dia mengikuti jejak Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan itu ditekankan dikala 10 hari terakhir di bulan suci Ramadhan.

4. Waktu i’tikaf

Kapan i’tikaf itu dilaksanakan?

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ مُعْتَكَفَهُ

“Rasul dahulu Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam apabila ingin beri’tikaf, beliau shalat subuh terlebih dahulu kemudian baru beliau masuk ke tempat i’tikafnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau orang itu mau mengikuti jejak Rasul dalam i’tikaf, dia mulai masuk ke tempat i’tikafnya di masjid yang dia mau beri’tikaf pada pagi hari setelah shalat subuh tanggal 20 Ramadhan.

menit-4:28

“Dahulu Rasul pernah i’tikaf di 10 hari di bulan Syawal.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Syarat i’tikaf

  • Orang itu harus sudah mumayyiz(bisa membedakan mana haq mana batil, mana maslahat mana mafsadah).
  • Suci dari junub dan haid serta nifas. Artinya tidak boleh bagi yang belum mandi janabah untuk i’tikaf atau bagi wanita haid dan nifas tidak dibolehkan untuk i’tikaf.

6. Rukun i’tikaf

Tinggal di masjid. Allah mengatakan:

وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

Jangan kalian menggauli istri-istri kalian sedangkan kalian i’tikaf di Masjid.” (QS. Al-Baqarah[2]: 187)

I’tikaf itu di masjid, bukan di rumah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .

7. Hal yang diperbolehkan ketika i’tikaf

Apa saja yang dibolehkan bagi orang yang i’tikaf? Kata beliau bahwa dibolehkan bagi yang beri’tikaf hal-hal berikut ini:

  • Boleh ketika di mesjid membangun sebuah kemah. Kemudian ketika ada keluarganya menemuinya, boleh dia keluar dari tempat kemahnya tersebut untuk mengantarkannya sampai ke depan pintu masjid.
  • Dibolehkan bagi yang beri’tikaf untuk menyisir rambut ataupun mencukur rambutnya atau untuk memotong kukunya, membersihkan badannya, memakai wangi-wangian dan memakai pakaian yang paling bagus. Namun dalam masalah mencukur rambut, tentunya harus tempat yang tidak sampai mengotori masjid tersebut.
  • Boleh keluar dari masjid karena suatu keperluan yang harus dia lakukan. Contohnya kancing, misalnya di dalam Masjid tidak ada kamar mandinya. Maka boleh dia keluar dari masjid untuk buang hajat. Atau dia keluar untuk membeli makan dan minum. Misalnya ketika berbuka puasa, ketika makan sahur, karena tidak ada yang menghantarkan makan, boleh dia keluar. Namun sewajarnya, sesuai dengan kebutuhannya.
  • Dibolehkan bagi yang beri’tikaf untuk makan dan minum serta tidur di dalam masjid namun dengan syarat harus yang menjaga kebersihan masjid dan adab-adab masjid.

8. Adab-Adab orang yang beri’tikaf

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau pernah berkata:

menit-8:38

“Yang disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf untuk dia tidak keluar kecuali karena kebutuhan yang mendesak yang harus dia betul-betul lakukan.”

Seperti tadi, makan dan minum karena tidak ada yang mengantarnya ke masjid. Atau mungkin membeli obat karena dia sakit. Namun tidak boleh dia menjenguk orang sakit. Atau untuk menggauli istrinya. Atau bercumbu dengannya. Tidak ada i’tikaf kecuali di masjid yang di situ di dirikan shalat berjamaah. Dan disunnahkan bagi yang beri’tikaf untuk berpuasa. Artinya boleh kalau misalnya dia tidak berpuasa untuk i’tikaf.

9. Apa yang bisa membatalkan i’tikaf?

  • Bersetubuh dengan istri.
  • keluar dari masjid tanpa ada kebutuhan yang mendesak. Dengan sengaja dia keluar tanpa ada kebutuhan yang mendesak. Misalnya seperti tadi, menjenguk orang sakit, atau mungkin ingin untuk tamasya, untuk jalan-jalan, maka ini membatalkan niat i’tikafnya.
  • Hilang akalnya karena terkena penyakit gila atau karena mabuk.
  • Haid dan nifas.

11. Usaha apa saja yang disunnahkan bagi orang yang beri’tikaf?

  • Memperbanyak ibadah-ibadah sunnah seperti shalat-shalat sunnah.
  • Membaca Al-Qur’an.
  • Berdzikir.
  • Membaca buku-buku agama.

Ini adalah yang disunnahkan bagi yang beri’tikaf. Jangan i’tikaf hanya untuk pindah tidur saja. Terkadang ada sebagai orang yang i’tikaf, namun dia memperbanyak tidur di masjid dan tidak beribadah. Nauzubillahmindzalik..

12. Apa yang dimakruhkan bagi yang beritikaf?

  • Menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Baik memperbanyak ucapan atau perbuatan yang tidak ada manfaat atau tidak ada faedahnya.
  • Diam, tidak mau bicara, namun dengan niat bahwa dia kira itu adalah bentuk ibadah kepada Allah dikala i’tikaf.

Wallahu Ta’ala A’lam


Doa Akhir Ramadhan

Di bulan yang mulia ini, ada manusia yang peduli dengan kemuliaan yang dimiliki oleh bulan ini dan ada manusia yang tidak peduli. Manusia yang tidak peduli ini cukup banyak. Sehingga di bulan suci ini dia tidak tergerak untuk menunaikan shalat lima waktu, tidak malu untuk menampakan bahwa dirinya tidak berpuasa di depan umum, dan masih banyak hal-hal lain yang menunjukkan ketidakpedulian dia dengan bulan Ramadhan.

Namun di tengah-tengah manusia yang tidak peduli itu, masih ada manusia-manusia yang peduli, yang tahu bahwasanya bulan Ramadhan adalah kesempatan emas untuk mengumpulkan pundi-pundi pahala. Kesempatan emas untuk meraih ampunan Allah ‘Azza wa Jalla. Dan mudah-mudahan kita termasuk golongan tersebut.

Tapi, semaksimal apapun usaha kita, sekuat apapun kita menjaga ibadah kita di bulan suci ini, pasti di sana-sini ada kekurangan. Kadang mata kita terlepas untuk melihat hal-hal yang diharamkan Allah, kadang telinga kita terlewat untuk mendengar hal-hal yang diharamkan oleh Allah, kadang lisan kita mengucapkan kata-kata yang diharamkan oleh Allah atau minimal mengucapkan kata-kata yang tidak ada manfaatnya, kadang sebagian dari waktu kita digunakan untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya; main game, nonton hal-hal yang tidak bermanfaat, kadang kaki kita mengeluh, ‘kenapa bacaan imam panjang sekali?’ Dan masih banyak hal-hal lain yang merupakan perbuatan-perbuatan yang bisa mengurangi usaha maksimal kita dalam meraih pahala di bulan suci ini.

Ada sebuah nasehat yang disampaikan oleh seorang ulama yang bernama Imam Al-Fudhail bin Iyadh Rahimahullah. Sebagaimana dinukil dalam kitab Hilyatul Auliya, beliau pernah mengatakan:

تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ ، يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ

“Seandainya di hari-hari terakhir yang tersisa ini, engkau berbuat baik, memanfaatkan secara maksimal hari-hari yang tersisa ini, maka kekuranganmu yang telah lampau dan yang akan datang akan diampuni oleh Allah.”

Kata beliau, andaikan di hari yang tersisa ini, jika beberapa hari ini kita maksimalkan ibadah kita, kita minimalkan kekurangan-kekurangan tadi, maka kesalahan-kesalahan kita, kekurangan-kekurangan kita yang telah lampau dan yang akan datang bakal diampuni oleh Allah.

Tapi kata beliau:

فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ

“Tapi seandainya di hari-hari yang terakhir ini justru engkau tutup dengan keburukan, semakin parah engkau tidak peduli dengan bulan Ramadhan, maka engkau akan diadzab atas dosa-dosa yang telah lampu dan yang akan datang.”

Maka nasihat ini yang disampaikan oleh Imam Al-Fudhail ini memberikan hiburan kepada kita. Andaikan memang kemarin-kemarin ada kekurangan dalam diri kita, maka ini kesempatan. Untuk mengejar ketertinggalan yang sudah kita lakukan pada hari-hari yang lalu. Apalagi malam ini, malam 27 Ramadhan.

Kata sebagian ulama malam 27 adalah malam yang peluangnya paling besar untuk menjadi malam Lailatul Qadar. Dari seluruh malam-malam ganjil yang ada, malam 27 adalah malam yang peluangnya paling besar. Maka malam ini, maksimalkan.

Dari ibadah yang fardhu, jauhi maksiat, tambah dengan ibadah-ibadah yang sunnah, shalat tarawih, qiyamul lail, baca Al-Qur’an, dzikir, do’a yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha Pemaaf dan Pemurah maka maafkanlah diriku.” (HR. Ahmad 25384, At-Turmudzi 3513, Ibn Majah 3850, An-Nasai dalam Amal Al-yaum wa lailah, dan Al-Baihaqi dalam Syua’bul Iman 3426. Hadis ini dinilai shahih oleh Al-Albani)

Terus perbanyak ini. Waspada dari hal-hal yang bisa mengganggu kekhusyukan kita.

Matikan HP! Matikan HP!

Waktunya kita berkomunikasi dengan Allah. Kita sudah terlalu banyak berkomunikasi dengan manusia, bahkan sampai kita terabaikan dengan komunikasi kita terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sungguh kepentingan kita dengan Allah itu lebih besar daripada kepentingan kita dengan manusia, urusan kita dengan Allah lebih besar daripada urusan kita dengan manusia, kebutuhan kita kepada Allah lebih besar daripada kebutuhan kita kepada manusia, dan keperluan kita kepada Allah lebih besar dari kebutuhan kita kepada manusia.

Sangat tragis!

Seandainya malam-malam seperti ini kita habiskan waktu kita untuk nonton, main game, nonton bola, ini tragis! Matikan! Alat-alat komunikasi, televisi, matikan semuanya. Maksimalkan komunikasi kita dengan Allah. Mudah-mudahan seperti yang dikatakan oleh Imam Al-Fudhail tadi, bahwa kekurangan kita yang telah lampau dengan kebaikan dan perbaikan di akhir ini, mudah-mudahan bisa mengampuni apa yang sudah kita kerjakan.

PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

   Pengertian Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan sesama, tidak dapat hidup sendi...