Mendaki Gunung Mendaki Pengalaman…
Bukan tentang sampai ke puncak tapi tentang menaklukan diri sendiri dan Ego diri sendiri…
Mendaki gunung adalah kegiatan yang paling banyak diminati anak muda. Selain bisa merasakan keindahan langka di puncak gunung, mendaki gunung juga bisa melatih fisik dan mental. Tak hanya itu saja, sadarkah kamu bahwa mendaki gunung juga mengajarkan kita tentang filosofi hidup.
ingin berkeliling dan mendapati segala hal keindahan yang dimiliki bumi ini…
Mendaki gunung, sebuah kata yang cukup familiar terdengar belakangan ini. Tak terpungkiri, best sellernya film dan novel 5 cm beberapa waktu lalu, ikut memberikan sumbangan besar bagi populernya kegiatan ini.
Mendaki gunung adalah kegiatan yang paling banyak diminati anak muda. Selain bisa merasakan keindahan langka di puncak gunung, mendaki gunung juga bisa melatih fisik dan mental. Tak hanya itu saja, sadarkah kamu bahwa mendaki gunung juga mengajarkan kita tentang filosofi hidup…
Gunung memang tempat yang menakjubkan. Dibalik perjuangan yang dibutuhkan untuk mencapai puncaknya, nun di atas sana senantiasa tersembunyi kemolekan pemandangan indah goresan sang pencipta. Dan Indonesia, mempunyainya. beragam pesonanya, seperti sering ditampilkan dalam Indonesia Travel, sebuah tentang keindahan Indonesia. Tanah air kita…
Bagi saya, gunung adalah tempat yang baru disebutkan namanya saja membuat hati rasanya sejuk. Setiap mendengar kata gunung, seolah seperti ada angin kerinduan bertiup menelusup. Menerbangkan kembali kenangan-kenangan indah yang pernah terjadi. Perasaan penuh syukur hadir, karna Sang pencipta pernah mengijinkan saya menikmati kemaha besaranNya di atas sana.
Beberapa tahun lalu saat saya masih sekelas SMP, mendaki gunung adalah hal yang bahkan membayangkan pun tidak mungkin saya lakukan karena sibuknya sekolah saya dulu. Tapi saat lulus, sepercik keinginan itu tumbuh menjadi kobaran keinginan kuat dalam hati, yang menuntut realisasi. Dan akhirnya, tahun 2010 menjadi tahun historikal, dimana saya mewujudkan kobaran keinginan itu.
Kali pertama pendakian saya, bukanlah pendakian yang mulus. Tetapi sebuah pendakian yang sangat menantang.
Saya yang tidak tahu apa-apa soal bagaimana itu gunung, nekat saja tanpa persiapan.
Jalan pendakian dari Via BaseCamp2 lain adalah sebuah jalan setapak yang terus menanjak. Meski hanya penerangan senter, bisa terlihat jalan itu menanjak tajam dengan jurang menganga di bawahnya. Saya yang sama sekali tidak tahu apa-apa soal medan, benar-benar shock dibuatnya. Nafas naik turun. Tenaga rasanya sudah habis. Padahal baru sekitar sepuluh menitan berjalan.
“Coba deh, setiap tiga langkah satu tarikan nafas. Ntar lama-lama kamu biasa,” nasihat seorang teman saya.
Saya hanya menggeleng. Untuk berkata-kata rasanya sudah tidak sanggup lagi. Jangankan tiga langkah. Satu langkah saja saya butuh paling tidak dua tarikan nafas. Baru berjalan sebentar, air sudah habis setengah botol. Teman-teman bilang jangan terlalu banyak minum, tapi kerongkongan saya rasanya benar-benar tercekat. Berjalan lima menit berhenti, lima menit berhenti, membuat saya sungkan pada teman-teman rombongan. Dalam hati tumbuh penyesalan kenapa tadi saya harus ikut. Jantung bergemuruh cepat. Tenggorokan makin tercekat.
Tiba-tiba “Byur..”
Perjalanan masih jauh dari Pos Pertama, tapi tenda sudah didirikan. Dan alasannya lebih karena ‘saya’.
“Sebegitu lemahkah saya?” batin dalam hati.
Tenda didirikan, masalah selanjutnya adalah air hujan merembes ke tenda. Kaos kaki dan jaket basah kuyup. Baju ganti lembab. Sarung tangan basah.
Dingin luar biasa merebak. Saat hujan reda, kita membuat kopi panas tapi dingin tetap tak bisa hilang. Mencoba memejamkan mata, tetapi tak bisa. Seumur-umur, saat itu adalah dingin luar biasa yang pernah saya rasakan. Teman saya meminjamkan jaket, tapi itu tidak membantu banyak. Tubuh masih mengigil, gigi terus bergemerutuk. Rasanya kepala seperti tidak ada darah yang mengalir. Melayang. Nafas menjadi sulit. Bicarapun ikutan sulit.
#Kata teman sependakian# Cuma bisa bertanya dalam hati, Tuhan apakah saya akan mati? Dalam tenda ada tiga orang cewek termasuk saya. Tapi teman saya yang satu sudah tertidur duluan, tinggal teman saya, yang mengajak sayalah, yang sadar bahwa saya kedinginan. Dia mencoba memeluk saya tapi percuma. Tidak berefek. Selimut dirapatkan, tapi tetep dingin.
Teman saya akhirnya tertidur semua. Teman cowok di tenda samping juga sudah tidak terdengar suaranya. Akhirnya saya sadari kalau semua sudah tertidur. Hanya suara-suara pendaki lain yang lewat yang terdengar.
Dingin tetap tak bisa terusir. Di luar tenda, hujan deras terbawa angin mengguyur. Merutuki ketenangan malam. Entah itu badai atau bukan, yang jelas suara hujan serta angin begitu kencang menakutkan. Tenda bergoyang, air makin banyak yang merembes
Hanya bisa berdzikir dalam hati. Berdoa, semoga masih dijinkanNya menghirup udara esok pagi.
Sebuah anugrah yang sangat saya syukuri. Meski mungkin Cuma tiga puluh menitan, saya tertidur. Tidur yang begitu nikmat.
Sesudah bangun, petang sudah lumayan tersibak. Hujan tinggal gerimis dan para pendaki sudah semakin ramai lewat. Kabut sangat tebal, sehingga sunrise tak berhasil didapat.
Dingin masih terasa, tetapi saya sudah bisa beradaptasi. Namun, perjalanan menuju puncak dilanjutkan. Kabut tebal di atas sana, dan sepertinya saya masih ‘mengkhawatirkan’.
Itu adalah pengalaman pendakian saya yang sangat buruk. Tapi dari situ saya belajar, mendaki gunung itu bukan hal yang bisa disepelakan. Perlu persiapan fisik dan tenaga yang prima. Perlengkapan dan bekal yang memadai. Perlu pertimbangan cuaca, dan paling tidak sebelum mendaki, cari tahu dulu lah bagaiman medan yang akan dihadapi. Dan kalau saya sendiri, masih memikirkan, “bersama siapa saya mendaki”. Meski semua orang di gunung itu, teman, tapi buat saya, lebih enak kalau ada salah satu yang bener-bener kita kenal.
Banyak teman-teman pendaki yang tidak diragukan lagi keberanian dan staminanya. Sampai-sampai naik hanya membawa sleeping bag dan air minum. Soal makanan dan senter, mengandalkan sesama pendaki lain yang nantinya bakal ditemui. Memang sih, pendaki semacam ini, membuat saya salut karna keberaniannya. Tapi menurut saya, ini terlalu mempertaruhkan nyawa.
Fisik dan keberanian masing-masing orang itu berbeda. Jangan gengsi untuk berolah raga, dan menyiapkan prepare memadai, hanya gara-gara ada temen yang ngomong dia pernah naik gunung tanpa olah raga sama sekali.
Pengalaman buruk pendakian pertama saya, untungnya tidak menyurutkan rasa penasaran saya terhadap gunung. Pendakian kedua, akhirnya membawa saya pada puncak merapi. Alhamdulillah…
Banyak yang bilang mendaki itu bikin kapok lombok. Itupun terjadi pada saya. Saya ketagihan dibuatnya. Sayang, beragam kesibukan dan keterbatasan dana, membuat saya masih harus pikir ulang sebelum mendaki. Tapi bersyukur sekali, beberapa waktu lalu saya berkesempatan menginjakkan kaki
Bahkan surprisenya, saya diajak menapaki, sang gunung wisata dengan gratis. Hahaha, Terima Kasih Ya Allah.
Gunung begitu besar, sementara kita begitu kecil sekali. Hanya dengan KuasaNya, kita mampu mencapainya.
Jelajah Pendaki Indonesia
Mendaki, Pendekatan Diri pada Sang Ilahi Robbi…
“Jangan beri tahu aku seberapa berpendidikannya kamu,beri tahu aku seberapa banyak kau telah melakukan perjalanan”.
Mendaki, Pendekatan Diri pada Sang Ilahi Robbi…
“Jangan beri tahu aku seberapa berpendidikannya kamu,beri tahu aku seberapa banyak kau telah melakukan perjalanan”.
Sampai saat ini, mungkin dunia petualangan tak mengenal siapa yang pertama kali mencetuskan istilah “pendaki” beserta penjabarannya. Namun bisa saja istilah pendaki mulai populer sejak frasa “Pencinta Alam” dicetuskan sekitar tahun 60-an .
Tak ada yang bisa secara tepat mendefinisikan arti dari kata pendaki itu sendiri. Masing-masing orang, apalagi jika dia seorang pencinta alam, terkadang memiliki versinya sendiri-sendiri, sesuai dengan proses petualangan yang dia alami. Mungkin, mencari definisi kata pendaki sama saja seperti kita mencari tahu alasan seseorang hobi naik gunung.
“Mau apa naik gunung? Sudah sampai puncak, turun lagi! Cape-capein saja, belum kedinginan, kehujanan, kepanasan!” Alasan-alasan itu yang kerap kita dengar dari orang-orang yang tak menyukai hobi tergolong ekstrem ini. Tapi coba tanyakan pada orang-orang yang hobi mendaki gunung; beribu alasan kenapa mereka suka mendaki akan terjawab dengan gamblangnya. Namun untuk menjawab secara tepat kenapa seseorang mendaki gunung, jawabannya relatif. Tergantung dari pengalaman apa yang dia dapat saat mendaki pertama kali.
Mencari arti pendaki, pendaki mencari arti
“Legenda-legenda pendaki gunung seperti, Edmund Hillary, Reinhold Messner, George Mallory atau, misalnya, (Alm.) Norman Edwin, Soe Hok Gie, dan lain-lainnya, pasti mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka begitu menyukai naik gunung. Kenapa mereka terus dan terus mendaki gunung hingga akhirnya harus menghembuskan napas dalam pelukan gunung yang dingin. Tak ada jawaban pasti. Semuanya memiliki definisi yang relatif.
“Legenda-legenda pendaki gunung seperti, Edmund Hillary, Reinhold Messner, George Mallory atau, misalnya, (Alm.) Norman Edwin, Soe Hok Gie, dan lain-lainnya, pasti mempunyai alasan tersendiri kenapa mereka begitu menyukai naik gunung. Kenapa mereka terus dan terus mendaki gunung hingga akhirnya harus menghembuskan napas dalam pelukan gunung yang dingin. Tak ada jawaban pasti. Semuanya memiliki definisi yang relatif.
Begitu juga dengan istilah pendaki. Beberapa orang mengartikan pendaki sebagai pencari. Lainnya barangkali menganggap pendaki sebagai penempuh rimba, penjelajah, orang yang melakukan penelitian bersifat ilmiah. Bahkan ada juga yang mengartikan lebih nyeleneh, bahwa pendaki itu adalah singkatan dari “pejalan banyak daki.” Tapi, bagi saya, semua itu sah-sah saja, karena semua orang bebas dalam mendefiniskan arti dari kata-kata mendaki itu.
Namun jika kita mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pendaki adalah orang yang mendaki. Jika berpijak pada definisi itu, bisa saja terjemahan bebasnya menjadi seperti ini; bahwa pendaki gunung dapat dikatakan sebagai orang yang gemar atau memiliki hobi melakukan kegiatan mendaki gunung. Mereka tidak memiliki motivasi lain selain hanya sekadar melakukan kesenangannya sendiri yakni mendaki gunung, mencari ketenangan, udara segar, kebersamaan, atau hanya sekadar menikmati keindahan alam, baik secara individual maupun secara berkelompok.
Apapun itu, mendaki memiliki filosofi tersendiri yang bebas diterjemahkan oleh masing-masing orang. Pendakian adalah sebuah perjalanan yang kaya akan pelajaran, dan mendaki merupakan jalan untuk mengenali dan memperbaiki diri.
Dan jika bicara mendaki tentu ada objek dari pendakian itu sendiri, yakni gunung. Dalam Sunda, arti kata “gunung” kerap diterjemahkan sebagai GUru Nu AguNG. Pada masa klasik, bagi masyarakat Sunda, gunung menduduki tempat tersendiri pada sistem religinya. Di masa itu, gunung memiliki peranan sendiri dalam sistem masyarakat dan juga agama. Ini artinya keberadaan gunung tak bisa jauh dalam konteks kehidupan masyarakat terdahulu.
Dalam berbagai literatur tentang gunung, banyak disebutkan jika gunung-gunung yang ada di Nusantara ini berabad-abad lampau telah banyak yang didaki. Hal ini diyakini juga oleh Junghuhn, seorang zoologist dari Belanda (sebelumnya berkebangsaan Jerman), yang mengalami hal ini secara langsung. Junghuhn dan para pendaki Eropa lainnya dikejutkan dengan temuan berupa bekas-bekas kegiatan manusia di kawasan sekitar hutan Gede-Pangrango. Di sekitar kawah yang baru ditemuinya itu, mereka menemukan patilasan (jejak) berupa batu-batu yang dipercaya sebagai makam nenek moyang masyarakat setempat.
Gunung sebagai simbol pendakian
Ini artinya, gunung menempati posisi dan peran penting dalam berbagai agama. Ada agama-agama yang percaya bahwa gunung adalah tempat disampaikan atau diungkapkannya ajaran agama, atau tempat turunnya guru atau pendiri agama mereka dari surga. Agama-agama lain menganggap gunung sebagai simbol pendakian spiritual. Oleh karena itu para penganut agama menjadikan gunung sebagai tempat suci dan sebagai tujuan dharma yatra (ziarah). Juga Gunung Kaliasa (Kailash) di India, dipandang sebagai tempat suci oleh empat agama, yaitu Hindu, Buddha, Jain, dan Bon.
Ini artinya, gunung menempati posisi dan peran penting dalam berbagai agama. Ada agama-agama yang percaya bahwa gunung adalah tempat disampaikan atau diungkapkannya ajaran agama, atau tempat turunnya guru atau pendiri agama mereka dari surga. Agama-agama lain menganggap gunung sebagai simbol pendakian spiritual. Oleh karena itu para penganut agama menjadikan gunung sebagai tempat suci dan sebagai tujuan dharma yatra (ziarah). Juga Gunung Kaliasa (Kailash) di India, dipandang sebagai tempat suci oleh empat agama, yaitu Hindu, Buddha, Jain, dan Bon.
Di Indonesia, dikenal juga beberapa gunung yang dianggap sebagai tempat suci, seperti Gunung Agung, Gunung Batur, Gunung Batukaru, Gunung Semeru, Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Salak. Status sebagai tempat suci membuat gunung terlindungi dan terpelihara dari perusakan dan pencemaran. Oleh karena itu, gunung suci juga terjamin sebagai sumber air yang sangat penting bagi pertanian khususnya dan kehidupan umumnya.
Kita ambil contoh Gunung Agung di Bali. Dalam penelitiannya di Bali, Stuart-Fox (2010, dalam Mudana et al., n.d.) menyatakan, mitos tentang asal usul Gunung Agung sering dikaitkan dengan Hinduisasi yang menghubungkan bagaimana gunung tersebut dibawa dari India ke Pulau Jawa dan Bali. Puncak gunung dianggap sebagai kawasan suci dan merupakan tempat bersemayamnya para penjaga kehidupan, bumi, dan roh para leluhur yang telah menganugerahkan kemakmuran bagi umat manusia, atau mengambil kembali dengan kemurkaannya membawa kematian dan kehancuran bagi dunia.
Mendaki gunung sebagai wujud “Iqra’” dalam Islam
Dalam Islam sendiri, kegiatan mendaki gunung jika dilakukan dengan penuh penghayatan adalah sebagai salah satu wujud Iqra’ kita kepada ayat-ayat Allah SWT. Hakikatnya, usaha mencintai alam bermuara pada mengenal dan mencintai sang pemilik alam, yaitu Allah SWT. Agak sulit rasanya ketika kita akan mendapatkan nuansa yang akan membawa perasaan kita pada perenungan tentang alam raya, jika nyatanya melakukan pendakian dalam sorak sorai dan gemuruh hiruk pikuk yang melenakan.
Dalam Islam sendiri, kegiatan mendaki gunung jika dilakukan dengan penuh penghayatan adalah sebagai salah satu wujud Iqra’ kita kepada ayat-ayat Allah SWT. Hakikatnya, usaha mencintai alam bermuara pada mengenal dan mencintai sang pemilik alam, yaitu Allah SWT. Agak sulit rasanya ketika kita akan mendapatkan nuansa yang akan membawa perasaan kita pada perenungan tentang alam raya, jika nyatanya melakukan pendakian dalam sorak sorai dan gemuruh hiruk pikuk yang melenakan.
Sebagaimana Nabi Ibrahim AS, Rasulullah Muhammad SAW pun mendapatkan wahyu pertama melalui Jibril—juga sebelumnya telah melalui perenungan yang dalam tentang konsep penciptaan alam semesta. Baginda Rasulullah ber-tahannuts di Gua Hira’ sekian lama sebelum Allah SWT mengutus malaikat Jibril AS untuk menyampaikan wahyu pertama-Nya.
Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, Dan Tuhan-mulah Yang Maha Mulia
Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam ( pena )
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak di ketahuinya.
( QS Al’alaq: 1 – 5 )
Dan pengertian Iqra’: “Bacalah” pada ayat di atas bukanlah semata-mata membaca seperti pengertian harfiah yang kita pahami, namun membaca yang dimaksud adalah juga mencakup melihat, memperhatikan, mendengar, merasakan, mengamati, memikirkan, dan merenungi jagad raya ciptaan Allah Sang Khalik. Kita diminta oleh Allah SWT untuk merenungi kejadian alam semesta ini, bagaimana bumi dihamparkan, gunung ditegakkan, dan langit ditinggikan, agar kesemuanya ini membawa kita pada bentuk kesadaran tentang betapa Maha Perkasa dan Maha Agungnya Allah. Dengan kesadaran semacam ini, kesombongan dan keangkuhan kita sebagai manusia yang merasa hebat dan merasa kuat akan dapat segera dikikis.
Dan pengertian Iqra’: “Bacalah” pada ayat di atas bukanlah semata-mata membaca seperti pengertian harfiah yang kita pahami, namun membaca yang dimaksud adalah juga mencakup melihat, memperhatikan, mendengar, merasakan, mengamati, memikirkan, dan merenungi jagad raya ciptaan Allah Sang Khalik. Kita diminta oleh Allah SWT untuk merenungi kejadian alam semesta ini, bagaimana bumi dihamparkan, gunung ditegakkan, dan langit ditinggikan, agar kesemuanya ini membawa kita pada bentuk kesadaran tentang betapa Maha Perkasa dan Maha Agungnya Allah. Dengan kesadaran semacam ini, kesombongan dan keangkuhan kita sebagai manusia yang merasa hebat dan merasa kuat akan dapat segera dikikis.
Akhirnya, terlepas apapun itu soal mendaki gunung, baik itu untuk olah raga, hobi, atau pun keilmuan kembali ke hakikatnya masing-masing. Namun yang patut diyakini, dengan mendaki seseorang dapat mendekatkan diri pada Illahi Rabbi, lewat ciptaan-Nya yang terhampar luas. Bukankah dalam kitab sucinya, Al-Quran, Allah SWT menjelaskan soal tujuan penciptaan gunung beserta alam raya ini? Bukalah QS Nuh: 19-20, di mana Allah berfirman, “Allah telah menjadikan bumi terhampar luas untukmu, agar kamu dengan bebas meniti jalan-jalan yang terbentang di bumi.” Atau dalam QS An Naazi’aat: 32, lebih detail lagi Allah bicara soal ini. Katanya, “Gunung-gunung pun Ia pancangkan, untuk kesenanganmu” (QS An Naazi’aat: 32).
Begitulah gunung diciptakan dan untuk tujuan itulah seharusnya para pendaki gunung mendaki. Pada tataran tertentu, para pendaki gunung sebenarnya adalah orang-orang yang telah berguru pada alam. Guru yang langsung diciptakan oleh Tuhan untuk mengajarkan segala sesuatu kepada kita. Jadi, bisa dibilang orang-orang yang berguru pada alam itu sesungguhnya telah berguru pada Sang Maha Guru yang lebih banyak memberi dan tak pernah meminta.
Karena ilmu tanpa batas itu sumbernya dari Tuhan, alam adalah medianya. Nabi Musa saja harus mendaki Gunung Sinai ketika akan mendapatkan Taurat. Nabi Muhammad juga harus mendaki bukit (jabal) dan tinggal di Gua Hira’ yang tidak mudah digapai sebelum akhirnya menerima wahyu yang pertama. Demikian pula para empu yang harus mendaki gunung untuk bertapa sampai pada akhirnya mendapatkan pencerahan berupa ilmu atau kesaktian.
Jadi, kegiatan mendaki gunung harus memiliki tujuan yang jelas agar kegiatan yang kita lakukan tidak sia-sia. Dengan mendaki gunung kita akan merasakan kedekatan dengan alam yang pada akhirnya akan mengantarkan kita kepada kedekatan diri kita dengan Tuhan. Dengan mendaki gunung kita akan belajar ilmu agama yang jauh lebih tinggi, yakni ilmu hakikat diri. Hal-hal seperti ini sesungguhnya sudah dibuktikan oleh para nabi dan kaum petapa yang gemar sekali mendaki gunung untuk sekadar bertapa dan menyendiri guna mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dengan menyendiri di gunung-gunung selama beberapa hari bahkan sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun, mereka merasakan kedekatan dengan Tuhannya, sampai pada akhirnya mereka dikaruniai beberapa ilmu yang tak semua orang bisa mendapatkannya: hakikat.
Jelajah Pendaki Indonesia
Mendaki, Pendekatan Diri pada Sang Ilahi Robbi
“Jangan beri tahu aku seberapa berpendidikannya kamu,beri tahu aku seberapa banyak kau telah melakukan perjalanan”.
Mendaki, Pendekatan Diri pada Sang Ilahi Robbi
“Jangan beri tahu aku seberapa berpendidikannya kamu,beri tahu aku seberapa banyak kau telah melakukan perjalanan”.
Sampai saat ini, mungkin dunia petualangan tak mengenal siapa yang pertama kali mencetuskan istilah “pendaki” beserta penjabarannya. Namun bisa saja istilah pendaki mulai populer sejak frasa “Pencinta Alam” dicetuskan sekitar tahun 60-an seiring berdirinya organisasi .
Tak ada yang bisa secara tepat mendefinisikan arti dari kata pendaki itu sendiri. Masing-masing orang, apalagi jika dia seorang pencinta alam, terkadang memiliki versinya sendiri-sendiri, sesuai dengan proses petualangan yang dia alami. Mungkin, mencari definisi kata pendaki sama saja seperti kita mencari tahu alasan seseorang hobi naik gunung.
“Mau apa naik gunung? Sudah sampai puncak, turun lagi! Cape-capein saja, belum kedinginan, kehujanan, kepanasan!” Alasan-alasan itu yang kerap kita dengar dari orang-orang yang tak menyukai hobi tergolong ekstrem ini. Tapi coba tanyakan pada orang-orang yang hobi mendaki gunung; beribu alasan kenapa mereka suka mendaki akan terjawab dengan gamblangnya. Namun untuk menjawab secara tepat kenapa seseorang mendaki gunung, jawabannya relatif. Tergantung dari pengalaman apa yang dia dapat saat mendaki pertama kali.
Dan ini sesuai dengan ucapan para hukamah atau sufi bahwasanya jika kita mampu mengenali diri sendiri, kita akan memahami betapa ciptaan Allah SWT begitu luas membentang, perkasa dan tak tertandingi. Dengan begitu, perjalanan mendaki akan makin mendekatkan diri pada Ilahi. Semoga!
1. Sebelum mendaki, kamu harus menetapkan tujuan terlebih dahulu, mau sampai puncak gunung atau tidak. Begitu pula dalam hidup.
Tujuan orang mendaki gunung berbeda-beda. Kamu harus mampu menilai kemampuan diri sendiri serta keinginan yang kamu miliki. Mendaki gunung tidak harus sampai puncak, kamu bisa saja nge-camp di separuh jalur pendakian.
“Hidup itu seperti naik gunung. Sebelum melakukan sesuatu, kamu harus menetapkan apa tujuan hidupmu”.
Tidak perlu mencontoh orang lain, tetapkan sesuatu yang kamu yakin bisa capai. Serta kamu harus tahu apa yang benar-benar jadi keinginanmu yang akan membuatmu bahagia.
2. Siapkan rencana. Mulai semua peralatan dan kondisi tubuh demi mampu mencapai target yang ingin kamu gapai.
Mendaki gunung tak sama dengan berwisata ke taman hiburan. Medan dan situasi yang akan kamu lewati sangat sulit dan tak tertebak. Untuk itu kamu perlu perencanaan yang matang. Mulai dari menentukan waktu keberangkatan, jalur pendakian, titik tempat istirahat, persiapan semua perlengkapan dan memastikan kondisi tubuh yang fit. Mendaki tanpa rencana yang matang bisa membunuhmu, jadi ini bukan perkara main-main.
“Dalam menjalani hidup pun begitu. Kita harus selalu memulai langkah dengan perencanaan matang agar semua berjalan dengan baik-baik saja”.
3. Kamu bisa mendaki sendirian, namun akan lebih baik jika kamu berjalan bersama teman.
Mendaki gunung adalah kegiatan yang paling banyak diminati anak muda. Selain bisa merasakan keindahan langka di puncak gunung, mendaki gunung juga bisa melatih fisik dan mental. Tak hanya itu saja, sadarkah kamu bahwa mendaki gunung juga mengajarkan kita tentang filosofi hidup, lho.
1. Sebelum mendaki, kamu harus menetapkan tujuan terlebih dahulu, mau sampai puncak gunung atau tidak. Begitu pula dalam hidup.
Tujuan orang mendaki gunung berbeda-beda. Kamu harus mampu menilai kemampuan diri sendiri serta keinginan yang kamu miliki. Mendaki gunung tidak harus sampai puncak, kamu bisa saja nge-camp di separuh jalur pendakian.

Hidup itu seperti naik gunung. Sebelum melakukan sesuatu, kamu harus menetapkan apa tujuan hidupmu. Tidak perlu mencontoh orang lain, tetapkan sesuatu yang kamu yakin bisa capai. Serta kamu harus tahu apa yang benar-benar jadi keinginanmu yang akan membuatmu bahagia.
2. Siapkan rencana. Mulai semua peralatan dan kondisi tubuh demi mampu mencapai target yang ingin kamu gapai.

Mendaki gunung tak sama dengan berwisata ke taman hiburan. Medan dan situasi yang akan kamu lewati sangat sulit dan tak tertebak. Untuk itu kamu perlu perencanaan yang matang. Mulai dari menentukan waktu keberangkatan, jalur pendakian, titik tempat istirahat, persiapan semua perlengkapan dan memastikan kondisi tubuh yang fit. Mendaki tanpa rencana yang matang bisa membunuhmu, jadi ini bukan perkara main-main.
Dalam menjalani hidup pun begitu. Kita harus selalu memulai langkah dengan perencanaan matang agar semua berjalan dengan baik-baik saja.
3. Kamu bisa mendaki sendirian, namun akan lebih baik jika kamu berjalan bersama teman.

Medan dan situasi yang berat akan terasa lebih ringan kalau kamu memiliki teman seperjalanan. Alangkah baiknya kamu mencari teman yang mau mendaki bersamamu. Sendiri memang membuatmu melangkah lebih cepat, namun bersama teman akan membuatmu melangkah lebih jauh.
Begitu pula dengan hidup. Meski kamu merasa bisa jalan sendirian, percayalah kamu tetap butuh teman atau pendamping untuk menjalani hidup.
4. Kamu akan menyadari bahwa ini bukan tentang menaklukan gunung, tapi menaklukan diri sendiri.
Tujuan orang mendaki gunung berbeda-beda. Kamu harus mampu menilai kemampuan diri sendiri serta keinginan yang kamu miliki. Mendaki gunung tidak harus sampai puncak, kamu bisa saja nge-camp di separuh jalur pendakian.

Hidup itu seperti naik gunung. Sebelum melakukan sesuatu, kamu harus menetapkan apa tujuan hidupmu. Tidak perlu mencontoh orang lain, tetapkan sesuatu yang kamu yakin bisa capai. Serta kamu harus tahu apa yang benar-benar jadi keinginanmu yang akan membuatmu bahagia.
2. Siapkan rencana. Mulai semua peralatan dan kondisi tubuh demi mampu mencapai target yang ingin kamu gapai.

Mendaki gunung tak sama dengan berwisata ke taman hiburan. Medan dan situasi yang akan kamu lewati sangat sulit dan tak tertebak. Untuk itu kamu perlu perencanaan yang matang. Mulai dari menentukan waktu keberangkatan, jalur pendakian, titik tempat istirahat, persiapan semua perlengkapan dan memastikan kondisi tubuh yang fit. Mendaki tanpa rencana yang matang bisa membunuhmu, jadi ini bukan perkara main-main.
Dalam menjalani hidup pun begitu. Kita harus selalu memulai langkah dengan perencanaan matang agar semua berjalan dengan baik-baik saja.
3. Kamu bisa mendaki sendirian, namun akan lebih baik jika kamu berjalan bersama teman.

Medan dan situasi yang berat akan terasa lebih ringan kalau kamu memiliki teman seperjalanan. Alangkah baiknya kamu mencari teman yang mau mendaki bersamamu. Sendiri memang membuatmu melangkah lebih cepat, namun bersama teman akan membuatmu melangkah lebih jauh.
Begitu pula dengan hidup. Meski kamu merasa bisa jalan sendirian, percayalah kamu tetap butuh teman atau pendamping untuk menjalani hidup.
4. Kamu akan menyadari bahwa ini bukan tentang menaklukan gunung, tapi menaklukan diri sendiri.
Tantangan dan situasi yang berat akan membuatmu berpikir untuk menyerah. Kelelahan, oksigen yang menipis dan hawa yang dingin, alasan yang cukup bagimu untuk menyerah. Kamu akan sadar, bahwa mendaki bukan tentang menaklukan alam, tapi menaklukan diri sendiri.
Begitu pula dengan hidup. Menjadi hebat bukan tentang menaklukkan dunia dan seisinya, tapi menaklukan ego diri sendiri dan menguasai diri.
5. Mencapai puncak tujuan butuh perjuangan dan pengorbanan. Bukankah perjalanan hidup juga begitu?

Puncak gunung yang jadi tujuanmu mendaki membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Setiap pendaki pasti merasakan hal ini. Tak ada pesawat atau kendaraan yang memudahkan perjalanan.
Sama dengan perjalanan hidup. Tidak ada yang instan di dunia ini. Jika kamu ingin mencapai tujuanmu, kamu harus berusaha dan berjuang untuk ke sana. Akan selalu ada banyak halangan dan rintangan yang harus kamu lewati untuk mencapai puncak kesuksesan.
6. Jika kamu ingin mendapatkan atau melihat sesuatu yang mengagumkan, keluarlah dari zona nyaman.

Gunung bukan merupakan zona nyaman bagi setiap orang. Perjalanan ke puncak gunung dan mendapatkan pemandangan indah itu butuh proses yang tak gampang. Mendaki gunung menunjukkan kamu berani keluar dari zona nyaman dan meninggalkan kemudahan hidup saat di perkotaan.
Sama dengan menjalani hidup. Kesuksesan selalu datang bagi orang yang berani keluar dari zona nyaman. Kesuksesan adalah milik orang yang menerima dan melewati tantangan.
7. Ketahuilah, tubuh kita bukan mesin. Sesekali kita butuh istirahat sejenak.
Saat mendaki gunung kamu akan tahu ada batasan bagi tubuh manusia untuk beraktivitas. Agar perjalananmu bisa sampai puncak, kamu butuh istirahat untuk mengisi ulang energimu.
Begitu pula dalam hidup, di sela-sela kesibukanmu bekerja atau kuliah, kamu butuh mengistirahatkan tubuhmu. Bisa juga liburan, main sama teman-teman atau bercengkrama dengan keluarga. Karena memang, tanpa “istirahat” hidupmu justru tak akan bahagia.
8. Naik gunung membuatmu sadar, ada banyak orang baik di dunia ini yang masih mau menolong.

Saat mendaki gunung, kamu akan menemui dan berpapasan dengan beragam karakter manusia. Namun begitu, satu hal yang pasti bahwa ketika kamu dalam situasi sulit, akan ada orang yang menolong dan membantumu. Entah menawarkan minuman atau hanya memberikan support padamu.
Sama halnya dengan hidup. Dunia ini masih banyak orang baik yang akan menemani perjalanan hidupmu. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang baik dan peduli. Apalagi, jika kamu juga baik pada orang lain.
9. Kamu akan merasa kecil dan tak berdaya setelah sampai di puncak gunung.

Ketika sampai di puncak, ada rasa bahagia di hati. Kamu berhasil melewati semua rintangan untuk sampai di sini. Rasa puas ini hanya akan berlangsung beberapa menit, berikutnya kamu akan sadar bahwa kamu hanyalah titik kecil di dunia yang begitu besar dan luas. Ada rasa syukur atas semua nikmat yang diberikan Tuhan.
10. Kamu memahami makna pulang ke rumah. Keluarga adalah segalanya.

Tujuan mendaki gunung bukanlah mencapai puncak, namun pulang ke rumah dengan selamat. Selama di gunung kamu akan sadar, bahwa rumah adalah tempat terbaik yang memberimu perlindungan dan kehangatan, hal yang tidak kamu dapat selama di gunung. Ini akan membuatmu lebih menghargai arti rumah, selalu berusaha untuk pulang ke rumah, tempatmu berasal. Jadi apapun kamu nanti, keluarga adalah tempat kembali.
Mendaki gunung sama dengan menjalani hidup. Kamu butuh kerendahan hati, konsistensi, strategi dan keteguhan niat untuk sampai pada apa yang kamu inginkan.
Kita Suudzon kepada makhluk kepada Allah Swt Suudzon
Kita Usnudzon kepada Makhluk kepada Allah Swt Usnudzon dan kelezatan ibadah tergantung dari Prasangka Baik atau Buruk kita kepada Allah Swt.
Aku sesuai dengan persangkaan hamba ku kepada-Ku”
Kita Usnudzon kepada Makhluk kepada Allah Swt Usnudzon dan kelezatan ibadah tergantung dari Prasangka Baik atau Buruk kita kepada Allah Swt.
Aku sesuai dengan persangkaan hamba ku kepada-Ku”
Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).” (Muttafaqun ‘alaih)
[HR. Bukhari dan H.R Muslim]
[HR. Bukhari dan H.R Muslim]
Bahagia itu bisa tumbuh bila engkau sederhana, rendah hati, berhati tulus, dan bersahaja#…
Sukses adalah mendapatkan apa yang Anda inginkan, kebahagiaan adalah menginginkan apa yang Anda dapatkan#…
Aku tak pernah memiliki kebijakan, saya hanya melakukan yang terbaik setiap kali dan setiap hari
Apapun yg telah kamu lakukan, apapun kesalahanmu, kamu akan selalu menemukan kata maaf dalam hati seorang Ibu.
Bahagia bukan milik dia yg hebat dalam segalanya, namun dia yg mampu temukan hal sederhana dlm hidupnya dan tetap bersyukur.
Berhenti berusaha tuk jadi yg sempurna. Temukan dia yg tahu semua kelemahanmu tapi tetap ingin menjadi bagian hidupmu.
Bersedih dengan orang yg tepat lebih baik daripada berbahagia dengan orang yg salah. Bijaklah dlm memilih sahabat.
Cinta adalah ketika kamu yakin bahwa dirimu telah melupakannya, kamu masih menemukan dirimu peduli padanya.
Dalam hidup ini, mungkin kamu tak cukup baik bagi semua orang, namun kamu akan selalu jadi yg terbaik dimata sahabatmu.
Dibalik setiap kesedihan, terdapat kebahagiaan. Serahkan segala urusan kepada Tuhan. Biarkan waktu dan kehidupan berjalan.
Fokus pada masalahmu, km tak akan mendapat solusi. Fokus pada Tuhan, Dia akan memberimu solusi.
Hal yang paling sulit adalah mengalahkan diri sendiri. Tapi itu bisa kamu mulai dengan memaafkan diri sendiri.
Apapun yg telah kamu lakukan, apapun kesalahanmu, kamu akan selalu menemukan kata maaf dalam hati seorang Ibu.
Bahagia bukan milik dia yg hebat dalam segalanya, namun dia yg mampu temukan hal sederhana dlm hidupnya dan tetap bersyukur.
Berhenti berusaha tuk jadi yg sempurna. Temukan dia yg tahu semua kelemahanmu tapi tetap ingin menjadi bagian hidupmu.
Bersedih dengan orang yg tepat lebih baik daripada berbahagia dengan orang yg salah. Bijaklah dlm memilih sahabat.
Cinta adalah ketika kamu yakin bahwa dirimu telah melupakannya, kamu masih menemukan dirimu peduli padanya.
Dalam hidup ini, mungkin kamu tak cukup baik bagi semua orang, namun kamu akan selalu jadi yg terbaik dimata sahabatmu.
Dibalik setiap kesedihan, terdapat kebahagiaan. Serahkan segala urusan kepada Tuhan. Biarkan waktu dan kehidupan berjalan.
Fokus pada masalahmu, km tak akan mendapat solusi. Fokus pada Tuhan, Dia akan memberimu solusi.
Hal yang paling sulit adalah mengalahkan diri sendiri. Tapi itu bisa kamu mulai dengan memaafkan diri sendiri.
Habiskan waktumu dgn mereka yg buatmu tersenyum. Mereka yg membuat hidupmu lebih baik hanya dengan menjadi bagian di dalamnya#.
Jagalah alam maka alam akan MenjagaMu#.
Kebahagiaan tak selalu dgn Pacar…
Sahabat adalah saudara kandung yang pernah diberikan Tuhan kepada kita#Hikmah
Sahabat memang ibarat saudara kandung yang dilahirkan dari orang tua berbeda. Meskipun tak ada hubungan darah, bukan tidak mungkin persahabatan kalian lebih kental dibandingkan dengan saudara yang sebenarnya#.
“Keluarlah dgn Sahabat SahabatMu pasti kau akan Menemui Arti dan Maknanya”
Genggamlah erat erat Sahabat SahabatMu jgn pernah kau Lepaskan”
Genggamlah erat erat Sahabat SahabatMu jgn pernah kau Lepaskan”
Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl :53]
Lihatlah kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”( HR. Bukhari dan HR. Muslim )
Bersahabat dgn Trik Matahari, disinie kita berjemur ditempat ini kita melangkah membakar semangat…
Jagalah alam maka alam akan MenjagaMu…
Habiskan waktumu dgn mereka yg buatmu tersenyum. Mereka yg membuat hidupmu lebih baik hanya dengan menjadi bagian di dalamnya…
Rasa Lelah Perjalanan yang kita rasakan akan sebanding dengan inspirasi yang kita dapatkan#…
Puncak hanyalah bonus, kembali kerumah dengan selamat adalah tujuan utama” . Sejauh kaki melangkah, perjalanan kembali kerumahlah yang sebenarnya adalah perjalanan terberat, dirumah tercinta masih menunggu kehadiran kita untuk pulang#…
Bersahabat dgn Trik Matahari, disinie kita berjemur ditempat ini kita melangkah membakar semangat…
Perjuangan yg KERAS terbayar dengan RASA sangat PUAS#….
Berlaku Berucap, Berfikir untuk sesuatu yg Pantas kita Berjuang….
Ada satu Hal yg Pasti dan telah dibuktikan oleh Sejarah, bahwa Manusia adalah Makhluk yg sampai kapanpun tidak akan bisa saling Memahami.
Tiga Hal yang tidak pernah kembali, jangan sampai hilang, dan yang paling berharga
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Ada tiga hal yang tidak akan pernah kembali ;
- Waktu.
- Ucapan.
- Kesempatan.
Ada tiga hal yang jangan sampai hilang ;
- Kehormatan.
- Kejujuran.
- Harapan.
Ada tiga hal yang paling berharga ;
- Cinta.
- Percaya.
- Sahabat.
Jagalah dan ingatlah !!!
Sumber : sebuah tulisan lama berbentuk sms dan tersimpan di dalam catatan yang rapi.
Simpan rahasiamu berdua saja:
- Dirimu
- Allah swt
Jagalah di dunia ini dua keridhoan: - Ibumu
- Bapakmu
Mohonlah bantuan ketika susah/senang dengan dua hal: - Sabar
- Sholat Sunnah dan Sholat Fardhu
Jangan risau dua hal ini: - Rezeki
- Ajal
Kerana keduanya berada di bawah kekuasaan Allah swt.
Dua hal yg tak perlu diingati selamanya: - Kebaikanmu terhadap orang lain.
- Kesalahan orang lain terhadapmu.
Dua hal yang jangan dilupakan selamanya: - Allah swt
- Alam Akhirat
Selalu dekat dengan 6 orang ini: - Ibumu.
- Ayahmu.
- Gurumu
- Saudara lelakimu.
- Saudara perempuanmu.
- Sahabat dan tetanggamu
Empat orang ini janganlah kamu kasar kepada mereka: - Yatim
- Miskin
- Fakir
- Orang Sakit
Empat hal yang memperindah dirimu : - Sabar
- Tabah
- Tinggi ilmu
- Dermawan
Empat orang yang hendaknya kamu dekati: - Orang yg Ikhlas
- Orang yg setia
- Orang yg dermawan
- Orang yg jujur
Empat orang yg hendaknya jangan kamu jadikan teman: - Tukang bohong
- Tukang curi/rasuah
- Tukang hasut
- Tukang adu domba
7 orang ini jangan sampai kamu tahan kedermawananmu terhadap mereka: - Orang tuamu
- Mertuamu
- Isterimu
- anak2 mu
- Keluargamu
- Gurumu
- Sahabatmu
Empat hal yang hendaknya kamu kurangi: - Makan
- Tidur
- Malas
- Bergunjing
5 hal yang jangan kamu putus : - Sholat.
- Al – Qur’an.
- Zikir.
- Silaturrahimi.
- Shodaqoh.
NASIHAT YANG INDAH
Nasehat Al ‘Allamah Al Sheikh Al Shinqithi kepada anaknya:
“Anakku, Ulangi baca selalu Al Quran. Jangan pernah kau lupa! Karena di depanmu haflah pemberian penghargaan di hari kiamat, tidak sama dengan haflah apapun di dunia. Awas jangan sampai kamu salah, telah dikatakan kepadamu: bacalah, naiklah, dan bacalah dengan tartil…
Bersamai ulama dengan akalmu, pemimpin dengan ilmumu, sahabat dengan budi pekertimu, keluargamu dengan kasih sayangmu, orang bodoh dengan santunmu.
Bersamai Allah dengan dzikirmu, dirimu dengan nasehatmu.
Jangan sekalipun bersedih atas kebaikanmu; jika tidak ada yang menghargainya di bumi, maka yakinilah bahwa yang di langit akan memberkahinya.
Hidup kita seperti bunga, memiliki keindahan yang membahagiakan, tapi juga memiliki duri yang menyakitkan.
Apapun yang menjadi hakmu akan datang menghampirimu, walau kau lemah
Apapun yang tidak menjadi hakmu, tidak akan kmu raih, walau terkerah segenap upayamu.
Tidak seorangpun memiliki kesempurnaan kecuali Allah; maka hindari menelisik aib orang lain.
Kesadaran itu dalam akal, bukan pada usia. Usia hanya bilangan harimu, sedang akalmu adalah hasil dari pemahaman, dan qana’ahmu dalam hidup!!
Bersikaplah lemah lembut terhadap orang lain. Semua mengalami perihnya hidup, tapi kau tidak mengetahuinya!!
Semua hal akan berkurang ketika dibagi dua, kecuali BAHAGIA, sesungguhnya ia akan bertambah jika kita bagi dengan orang lain.”
Nasehat Al ‘Allamah Al Sheikh Al Shinqithi kepada anaknya:
“Anakku, Ulangi baca selalu Al Quran. Jangan pernah kau lupa! Karena di depanmu haflah pemberian penghargaan di hari kiamat, tidak sama dengan haflah apapun di dunia. Awas jangan sampai kamu salah, telah dikatakan kepadamu: bacalah, naiklah, dan bacalah dengan tartil…
Bersamai ulama dengan akalmu, pemimpin dengan ilmumu, sahabat dengan budi pekertimu, keluargamu dengan kasih sayangmu, orang bodoh dengan santunmu.
Bersamai Allah dengan dzikirmu, dirimu dengan nasehatmu.
Jangan sekalipun bersedih atas kebaikanmu; jika tidak ada yang menghargainya di bumi, maka yakinilah bahwa yang di langit akan memberkahinya.
Hidup kita seperti bunga, memiliki keindahan yang membahagiakan, tapi juga memiliki duri yang menyakitkan.
Apapun yang menjadi hakmu akan datang menghampirimu, walau kau lemah
Apapun yang tidak menjadi hakmu, tidak akan kmu raih, walau terkerah segenap upayamu.
Tidak seorangpun memiliki kesempurnaan kecuali Allah; maka hindari menelisik aib orang lain.
Kesadaran itu dalam akal, bukan pada usia. Usia hanya bilangan harimu, sedang akalmu adalah hasil dari pemahaman, dan qana’ahmu dalam hidup!!
Bersikaplah lemah lembut terhadap orang lain. Semua mengalami perihnya hidup, tapi kau tidak mengetahuinya!!
Semua hal akan berkurang ketika dibagi dua, kecuali BAHAGIA, sesungguhnya ia akan bertambah jika kita bagi dengan orang lain.”
SelamatMenjemputBahagia.
Nasihat Syaikh Abdul Qodir Al Jaelani Wali Allah#…
“Satu Suap kau masukkan kedalam Perut orang yang lapar lebih baik dari membangun seribu mesjid jamik.
Dan Lebih baik dari memberi kiswah ka’bah dengan kain sutra.
Dan lebih baik dari orang yang qiamulail dan rukuk.
Dan lebih baik dari berjihad melawan kekafiran dengan pedang yang terhunus.
Dan lebih baik dari pada puasa sepanjang tahun waktu panas.
Jika Tepung Itu masuk kedalam perut orang yang lapar, maka ia mempunyai cahaya matahari yang terang benderang.
Sungguh Beruntung bagi orang yang memberi makan kepada orang lapar.
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUANYA
Dan Lebih baik dari memberi kiswah ka’bah dengan kain sutra.
Dan lebih baik dari orang yang qiamulail dan rukuk.
Dan lebih baik dari berjihad melawan kekafiran dengan pedang yang terhunus.
Dan lebih baik dari pada puasa sepanjang tahun waktu panas.
Jika Tepung Itu masuk kedalam perut orang yang lapar, maka ia mempunyai cahaya matahari yang terang benderang.
Sungguh Beruntung bagi orang yang memberi makan kepada orang lapar.
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUANYA
Harta Ketiga
Imam Muslim merekam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairoh ra. “Suatu hari seorang hamba berkata, ‘Hartaku! Hartaku!” “Padahal” lanjut abu Hurairoh, “harta seorang hamba itu kata Rasulullah saw. adalah pertama, apa yang dia MAKAN lalu HABIS. Kedua, apa yang dia PAKAI lalu LUSUH. Ketiga apa yang dia INFAKKAN lalu TERSIMPAN UNTUK AKHIRAT. selain ketiganya, semua akan lenyap atau diambil orang lain.
Dari Hadits ini, patut kita insyafi bahwa harta yang secara hakiki Allah ridhoi untuk menjadi milik kita adalah HARTA KETIGA, yaitu yang kita infakkan, karena yang pertama habis, yang kedua lusuh, lalu lenyap.
Oleh karena itu, mari berlomba-lomba mengumpulkan harta dengan infak dan sedekah. sebagaimana dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, ” Istanzilu rizqo bishodaqoh…( Carilah rizki dengan bersedekah). Tapi tak lupa dengan tetap mengikuti nasihat para ulama bahwasanya Bersedekah bukanlah soal memberi berapa & mendapat berapa; ia adalah ber-zakah; jiwa yang dicekam rasa tunduk & iba memohon disucikan oleh-Nya.
Kemudian selalu mengingat bahwa Sedekah apa saja menjadi sempurna dengan senyum mencerah; melegakan penerima, menggusur prasangka, mengusir jumawa, menepis bangga-berjasa, dan tak lupa, Bahkan dalam sedekah itu selaiknya ada rasa malu & tergugu; betapa Maha Pemurah Allah memberikan segala; tapi kita hanya infakkan sisa-sisa.
Imam Muslim merekam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairoh ra. “Suatu hari seorang hamba berkata, ‘Hartaku! Hartaku!” “Padahal” lanjut abu Hurairoh, “harta seorang hamba itu kata Rasulullah saw. adalah pertama, apa yang dia MAKAN lalu HABIS. Kedua, apa yang dia PAKAI lalu LUSUH. Ketiga apa yang dia INFAKKAN lalu TERSIMPAN UNTUK AKHIRAT. selain ketiganya, semua akan lenyap atau diambil orang lain.
Dari Hadits ini, patut kita insyafi bahwa harta yang secara hakiki Allah ridhoi untuk menjadi milik kita adalah HARTA KETIGA, yaitu yang kita infakkan, karena yang pertama habis, yang kedua lusuh, lalu lenyap.
Oleh karena itu, mari berlomba-lomba mengumpulkan harta dengan infak dan sedekah. sebagaimana dalam hadits lain Rasulullah saw bersabda, ” Istanzilu rizqo bishodaqoh…( Carilah rizki dengan bersedekah). Tapi tak lupa dengan tetap mengikuti nasihat para ulama bahwasanya Bersedekah bukanlah soal memberi berapa & mendapat berapa; ia adalah ber-zakah; jiwa yang dicekam rasa tunduk & iba memohon disucikan oleh-Nya.
Kemudian selalu mengingat bahwa Sedekah apa saja menjadi sempurna dengan senyum mencerah; melegakan penerima, menggusur prasangka, mengusir jumawa, menepis bangga-berjasa, dan tak lupa, Bahkan dalam sedekah itu selaiknya ada rasa malu & tergugu; betapa Maha Pemurah Allah memberikan segala; tapi kita hanya infakkan sisa-sisa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)
Kalau kita tak punya harta tidak apa-apa, kita punya doa. Kalau kita tampangnya biasa, tidak apa-apa, kita doanya luar biasa. Kalau kita merasa tidak menarik, tidak apa-apa, doa kita itu menarik di sisi Allah. Pokonya kalau kita tidak punya modal apapun dalam hidup kita masih punya Allah Swt, tinggal minta.
BISMILLAHI TURBATA ARDHINA BIRRIIQOTI BA’ DHUNAA YUSYFABIHI SAQIIMUNAA BI IDZNIROBBINAA.
Dengan Nama Allah tanah kami, dgn ludah setengah dari tanah kami, semoga disembuhkan org sakit ini dgn izin tuhan kami.( HR. Buckhori )
Dengan Nama Allah tanah kami, dgn ludah setengah dari tanah kami, semoga disembuhkan org sakit ini dgn izin tuhan kami.( HR. Buckhori )
Allaahumma robbannaasi adzhibilba’ sa isyfi antasy syaafilaasyifaa’ a illaa syifa uka, syifaa an laa yughoodiru saqomaa.
Yaa allah tuhan dari semua manusia, hilangkanlah segala oenyakit, sembuhkanlah, hanya engkau yg dpt menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali daripadamu, sembuh yg tidak dihinggapi penyakit lagi. ( HR .Buchori )
Yaa allah tuhan dari semua manusia, hilangkanlah segala oenyakit, sembuhkanlah, hanya engkau yg dpt menyembuhkan, tiada kesembuhan kecuali daripadamu, sembuh yg tidak dihinggapi penyakit lagi. ( HR .Buchori )
Sisa sisa Kemarin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar