Minggu, 07 Maret 2021

Mencari Ilmu.

 

Mukadimah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ؛ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ

Segala puji bagi Allah yang hanya kepada-Nya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan.

Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya.



، أَمَّا بَعْدُ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُونَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ammaa b’adu, ittaquullaha haqqo tuqotihi walatamuutuunna illa wa antum muslimun

Isi Ceramah Singkat Tentang Ilmu

Wajibnya Menuntut Ilmu

Selama ini kita menganggap ilmu agama adalah sesuatu yang tidak penting, karena kebanyakan kita tidak mengetahui bahwa menuntut ilmu dalam agama Islam adalah suatu kewajiban, dalam salah satu sabdanya Rasullullah sallallahu alaihi wassalam menjelaskan,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Latinnya: “Tholibul ilmi faridhotan a’la kulli muslimin”

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” [HR. Ibnu Majah no. 224].

Hadits ini adalah dalil wajibnya setiap muslim untuk menuntut Ilmu agama.

Ingat, yang perlu di perhatikan disini adalah Ilmu Agama atau Ilmu syar’i bukan Ilmu dunia, maknanya kita di wajibkan untuk mempelajari ilmu agama, terutama ilmu yang berkenaan dengan amalan yang fardhu a’in.

Karena suatu amalan yang mengikuti atau mengharuskan adanya amalan tersebut maka hukumnya mengikuti amalan yang di tuju.

Misal, puasa adalah kewajiban setiap muslim, maka mempelajari ilmu tentang puasa adalah wajib.

Dalam perkara ibadah, misal sholat maka berwudhu sebelum sholat adalah wajib, disini wudhu yang awalnya sunnah bisa menjadi wajib karena wudhu adalah salah satu syarat sahnya sholat.

Begitu juga dengan ibadah yang wajib, maka mempelajarinya adalah suatu kewajiban juga, karena mustahil kita tahu rukun puasa dan pembatal puasa kalau tidak tahu ilmunya.

Keutamaan Menuntut Ilmu

Sesuatu yang Allah wajibkan maka akan diikuti dengan keutamaan atau fadhilah, perhatikan hadits berikut,

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Bacaan Latinnya: “Man salaka thoriqon yaltamisu fihi i’lman sahhallahu bihi thoriqon ilal jannah”

Artinya: Barang siapa yang berjalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan dirinya jalan menuju surga. hadist dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu [HR. Muslim].

Sebagian ulama memandang hadits ini sebagaimana teks nya yaitu usaha kita dalam mendatangi majelis ilmu sudah di hitung sebagai pahala yang dengannya akan Allah mudahkan jalan menuju surga.

Sebagian ulama lagi mengatakan bahwa dengan mendatangi majelis ilmu maka kita akan mengetahui berbagaimacam hukum islam, yang dengan pengetahuan tersebut maka kita akan berjalan sesuai dengan ilmu syariat.

Sehingga amalan yang kita jalankan sesuai dengan ajaran islam atau sesuai dengan sunnah, maka dengannya Allah akan mudahkan jalan kita menuju surga.

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

Bacaan Latin:

“Man yuridillahi khaoyron yufaqihhu fiddiin”

Artinya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang ilmu agama.” [HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037].

Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata,

شَكَوْت إلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفْظِي فَأَرْشَدَنِي إلَى تَرْكِ الْمَعَاصِي وَأَخْبَرَنِي بِأَنَّ الْعِلْمَ نُورٌ وَنُورُ اللَّهِ لَا يُهْدَى لِعَاصِي

Aku pernah mengadukan kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku. Lalu beliau menunjukiku untuk meninggalkan maksiat. Beliau memberitahukan padaku bahwa  ilmu adalah cahaya dan cahaya Allah tidaklah mungkin diberikan pada ahli maksiat.” (I’anatuth Tholibin, 2: 190).

kalimat “al ‘ilmu nuurun wal jahlu dlaarun”, yang berarti ilmu adalah cahaya, dan kebodohan adalah bahaya. Sebuah ungkapan dari Imam Syafi’i yang juga berbunyi “Al ilmu nurun, wa nuurullahi la yuhda lil ‘ashy” (Ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang bermaksiat). Adapula kalimat “tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina”, menandakan bahwa ilmu sangatlah penting bagi kita, meskipun jauh, sebisa mungkin kita cari walau sampai ke negeri lain. 

(QS. Al Mujadilah : 11).

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ 

”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah

مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi).

ilmu akan menjadi senter (penerang), sebagai cahaya manusia di kala sedang mengalami kegelapan (kesulitan), dan segalanya akan terasa mudah kalau memiliki ilmunya. Ilmu juga dapat menyelamatkan kita bukan hanya saat masih di dunia, bahkan ketika ilmu yang kita punya bermanfaat bagi orang lain, maka akan menjadi amal jariyah yang  terus mengalir pahalanya meski kita berada di liang lahat (alam kubur).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

hadis Rasulullah yang berbunyi;

إِذَا وُسِدَ الأَمْرُ إلى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya” (HR. Muslim.)


بلِّغُوا عَنِّي ولَوْ آيَةً، وحَدِّثُوا عنْ بَنِي إسْرَائيل وَلا حَرجَ، ومنْ كَذَب علَيَّ مُتَعمِّداً فَلْيتبَوَّأْ مَقْعَدهُ مِنَ النَّار

Sampaikanlah petunjuk dariku meskipun satu ayat dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak mengapa. Dan barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya dia menempatkan tempat duduknya dari api neraka.” (HR. Bukhari Muslim).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran.” (Ad Daa’ wad Dawaa’,107.)

Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata,

بقدر ما يصغر الذنب عندك يعظم عند الله وبقدر ما يعظم عندك يصغر عند الله

“Jika engkau menganggap dosa itu kecil, maka itu sudah dianggap besar di sisi Allah. Sebaliknya, jika engkau mengganggap dosa itu begitu besar, maka itu akan menjadi ringan di sisi Allah.”

Imam Ahmad berkata bahwa beliau pernah mendengar Bilal bin Sa’id menuturkan,

لا تنظر إلى صغر الخطيئة ولكن انظر إلى عظم من عصيت

“Janganlah engkau melihat pada kecilnya dosa. Akan tetapi lihatlah pada agungnya siapa yang engkau maksiati (yaitu Allah Ta’ala).”[2]

Ya Allah, berilah taufik pada kami untuk mudah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat serta berilah hidayah pada kami untuk giat bertaubat.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ

Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot, wa tarkal munkaroot. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan berbagai kemungkaran.


Allah tidak berkata akan memberikan harta tapi Allah berkata akan memberikan pemahaman ilmu Agama kepada orang yang Allah hendaki kebaikan.

Selama ini kita hanya berkutat dengan masalah dunia, sehingga punya pemikiran harta adalah tanda kebaikan yang Allah berikan.

Ternyata hal itu salah besar, kepahaman akan ilmu agama lah yang menjadi patokan, maka alangkah meruginya orang yang tidak mau belajar ilmu Agama.

Dalam salah satu hadits nabi menyebutkan, bahwa Allah murka kepada seseorang yang mempunyai ilmu dunia bahkan mahir dalam perkara dunia tapi jahil atau bodoh dalam perkara agama.

Kalau kita lihat dalam realita kehidupan sekarang ini, betapa banyak seseorang yang mempunyai titel berderet dari DR, Profesor, sarjana dan sebagainya, tapi ketika di tanya perkara dasar terkait rukun sholat, mereka tidak mengetahuinya.

Padahal kalau mau kita merenung sejenak, kehidupan dunia ini adalah kehidupan yang fana dan hanya sebentar saja, sedangkan akhirat adalah kehidupan yang abadi dan tidak ada akhirnya.

Apakah pantas kita berusaha sekuat tenaga untuk perkara dunia sedangkan lalai dan santai untuk perkara Akhirat, sungguh ini adalah perbuatan yang tercela.

Penutup

Setelah kami uraikan perkara wajibnya menuntut ilmu bagi seorang muslim lalu keutamaan menuntut ilmu, sekarang apa yang harus kita lakukan?.

Keputusan ini penting untuk kita, karena yang kita lakukan sekarang akan berdampak kepada kehidupan kekal kita di akhirat.

Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah dengan mengevaluasi diri kita dengan jujur, di antaranya adalah dengan melihat amalan wajib apa yang masih sering kita tinggalkan, lalu tanyakan lagi apakah amalan amalan wajib tersebut sudah benar dengan apa yang di ajarkan oleh nabi dan para sahabatnya?.

Langkah kedua adalah bertaubat kepada Allah atas kelalaian kita selama ini terkait tidak menunaikan kewajiban menuntut ilmu.

Langkah ketiga, kita mulai datangi Majelis ilmu dan bertanya tentang berbagai permasalahan agama yang tidak kita ketahui.

Langkah ke empat,berdoa kepada Allah agar kita di jadikan orang yang bertakwa dan istiqomah dalam menuntut ilmu juga berdoa agar kita diberikan kepahaman akan ilmu agama.

Langkah kelima, amalkan ilmu yang kita dapatkan, ini perkara penting yang sering tidak diindahkan oleh para penuntut ilmu.

Ingat hadits tentang menuntut ilmuterkait keutamaan-nya, yang di katakan akan memudahkan jalan menuju surga, dengan mengamalkan ilmu yang kita pelajarilah kita akan mudah untuk memasuki surga.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

“Baarokalloohu li walakum fiqur’anil kariim. Wanafa’ani waiyyakum  bima fiihi minal aayaati wadzdzikril hakim. Aqulu qouli hadza wastagfirullohal adhim lii walakum walisairil muslimiina walmuslimat walmukminina wal mukminat. Fastagfirullohal ’adhim li walakum  innahu huwal ghofururrohiim”

 

firman Allah SWT yang diriwayatkan oleh Nabi SAW yang artinya: “…… Hai Hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu…..”

Rasulullah SAW. bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ

Artinya : Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat (1)

Kenapa Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk selalu bertaubat dan berbuat baik? Karena Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna diantara semua makhluk ciptaan-Nya untuk menjadi khalifah di bumi, sedang iblis tidak menerimanya dan bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan Allah sampai datangnya hari kiamat. Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً

Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna dibandingkan kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (2)

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Artinya: Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, maka saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. (3)

 إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
        Artinya: Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah dia musuh. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala(4)

Selain balasan dari dosa yang kita perbuat adalah masuk neraka bersama iblis, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan beberapa poin betapa pentingnya meninggalkan perbuatan dosa, diantaranya :

  1. Setiap dosa pasti di dalamnya terdapat keburukan. Jadi setiap orang yang tidak siap meninggalkan dosa, maka pada dasarnya dia telah membuka pintu kehidupannya untuk mendapatkan keburukan yang akan berujung pada kebinasaan.
  2. Menghilangkan kenikmatan ibadah, siapapun yang sudah mencicipi dosa, maka kenikmatan yang halal akan dicabut dan ditransfer kepada sesuatu yang haram, kecuali dia dirahmati Allah sehingga bertobat.
  3. Meninggalkan dosa menjadi sebab dikabulkannya doa. Dosa menghalangi doa sebagaimana kabut menghalangi sinar mentari.


Mukadimah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا ؛ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،

Innalhamdalillahi nahmaduhu wanasta’iinuhu wanastaghfiruhu Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa Manyahdihillah falah mudhillalah Wa man yudhlil falaa haadiyalah Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

، أَمَّا بَعْدُ, إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُونَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ammaa b’adu, ittaquullaha haqqo tuqotihi walatamuutuunna illa wa antum muslimun

Pentingnya Ikhlas

Ikhlas adalah perkara penting bagi setiap muslim, Mengapa?

Karena dengan ikhlas sajalah ibadah yang kita lakukan akan bernilai pahala, dan kebalikannya, jika tidak maka malah akan mendatangkan dosa.

Seperti kita ketahui bahwa ikhlas adalah beribadah dengan niat hanya mengharap pahala dari Allah saja, dan sebaliknya jika kita beribadah dengan mengharap selain Allah, misal karena mengharap pujian manusia, maka ini di namakan riya, dan riya termasuk kedalam dosa.

Otomatis ibadah yang kita lakukan tidak akan di terima oleh Allah bahkan mendapatkan dosa riya.

Lihat, hanya dengan salah niat, perbuatan ibadah yang seharusnya mendatangkan pahala malah mendatangkan dosa.

Seorang Ulama yang bernama Ibnul Mubarak berkata,

“Betapa banyak perbuatan kecil bernilai besar karena bagusnya niat”
“Dan betapa banyak ibadah yang besar menjadi rusak karena rusaknya niat”

Maksudnya, amalan yang ringan seperti menyingkirkan kayu atau paku di jalan, dengan di dasari niat ikhlas mengharapkan pahala dari Allah, maka amalan ringan ini akan mendapatkan ganjaran yang besar disisi-Nya.

Dan amalan yang besar seperti Ibadah Haji tapi dengan niat agar di panggil pak haji, maka amalan besar tersebut rusak dan tidak mendapatkan pahala disisi-Nya.

Apakah Ikhlas Sesuatu Yang Mudah?

Mungkin kita sering berkata, “Saya ikhlas kok menolong kamu”, atau “Saya ikhlas memberikan uang ini untuk kamu”, dan kalimat yang semisal.

Dari kalimat tersebut terlihat ikhlas seperti hal yang mudah, apakah benar demikian?, simak perkataan Imam Ahmad yang merupakan Imam mazhab dan hafal ribuan hadits, ketika di tanya, apakah semua yang engkau lakukan selama ini ikhlas karena Allah.

Jawab Beliau:

“Perkara Ikhlas adalah perkara berat dan sulit, adapun saya, saya berusaha sekuat tenaga agar apa yang saya lakukan ikhlas”.

Lihat bagaimana seorang Alim Ulama sekalibaer beliau, masih mengatakan ikhlas adalah perkara yang sulit, dan tidak mengklaim bahwa dirinya ikhlas, sungguh ini berbanding terbalik dengan kita, yang mudah mengklaim ikhlas.

Perkataan Imam Ahmad tersebut mengindikasikan bahwa ikhlas adalah perkara yang sulit yang harus mendapatkan prioritas dari kita dalam setiap amalan.

Cara Menggapai Keikhlasan

Perkara sulit bukan berarti tidak bisa kita lakukan, lalu bagaimana kiat kiat untuk mendatangkan keikhlasan kepada hati kita?. Berikut tips agar amalan kita bisa ikhlas.

1. Berdoa kepada Allah

Berdoa adalah senjata seorang muslim, maka gunakan senjata ini dengan maksimal, karena pada hakikatnya kita bisa ikhlas dan tidak adalah karena karunia Allah Subhana Hu wataala semata.

Berdoalah dengan doa agar kita di berikan keikhlasan, seperti doa berikut:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

Artinya: “Wahai Robb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

2. Jauhi ketenaran dan rasa ingin di puji

Inilah penyakit manusia dan keinginan ingin di puji adalah suatu hal yang melekat pada setiap insan, tapi ada rambu rambu yang harus di patuhi agar perasaan ini tidak menghantarkan kita ke dalam dosa.

Seperti dalam hal Ibadah,sangat terlarang kita meniatkan ibadah agar mendapatkan pujian manusia, maka sekuat tenaga hilangkan perasaan tersebut ketika beribadah.

3. Sembunyikan Amal

Inilah cara jitu agar bisa ikhlas, karena dengan menyembunyikan amalan, maka tertutup celah kita untuk mengharapkan pujian orang, dan inilah yang di lakukan oleh para ulama terdahulu.

Sekuat tenaga kita sembunyikan amalan sunnah kita, ingat hanya amalan sunnah saja, berbeda jika amalan itu adalah amalan wajib yang di syariatkan untuk di lakukan di tempat umum.

Seperti sholat wajib di masjid, sholat jum’at, sholat idhul fitri dan idhul adha.

Kisah Menyembunyikan Amal

Kita simak bagaimana kisah Ali Bin Husain yang merupakan cucu dari Sahabat Ali Radiallahuanhu dalam menyembunyikan amalan sedekah yang di lakukannya.

Setiap malam, Beliau menaruh sekarung gandum di depan rumah orang tidak mampu dengan niat sedekah ikhlas karena Allah.

Kejadian ini tidak diketahui oleh semua penduduk setempat dan berlangsung untuk beberapa lama sampai akhirnya Beliau Wafat.

Setelah beliau wafat maka tidak ada lagi kiriman gandum didepan rumah orang miskin, dan ketika beliau di mandikan di temukan ada tanda hitam bekas tumpuan benda berat di pundaknya.

Maka tahulah penduduk setempat bahwa yang selama ini menaruh gandum di depan rumah orang miskin adalah Ali bin Husain Rahimahullah.

Lihat bagaimana usaha para Ulama dan orang salih terdahulu dalam menyembunyikan amalan, niat mereka adalah agar amalan yang di lakukan tersebut bisa Ikhlas Lilahi ta’ala.

“Sembunyikanlah amalan seperti kita menyembunyikan aib kita”

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

“Baarokalloohu li walakum fiqur’anil kariim. Wanafa’ani waiyyakum  bima fiihi minal aayaati wadzdzikril hakim. Aqulu qouli hadza wastagfirullohal adhim lii walakum walisairil muslimiina walmuslimat walmukminina wal mukminat. Fastagfirullohal ’adhim li walakum  innahu huwal ghofururrohiim”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

   Pengertian Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan sesama, tidak dapat hidup sendi...