Senin, 27 Januari 2020

#Sejarah#
12 Prinsip Hidup Islami Ala Kiai Semar Badranaya
Dalam sebuah kesempatan, Kiai MbelingEmha Ainun Nadjib pernah menegaskan bahwa tokoh sentral dalam panakawan yakni Semar, sebagaimana yang selama ini terlanjur dikenal banyak orang. Dan karena Semar bukan badut melainkan justru gagasan tentang Nabi Muhammad, maka dia bukanlah sosok yang layak dijadikan bahan tertawaan, melainkan sebaliknya mesti dijadikan panutan, terutama oleh manusia Muslim Jawa.
Jika kita telusuri, baik dari cerita tutur turun-temurun maupun transkrip kuno, manusia Jawa percaya bahwa Semar adalah kakek moyang pertama atau perwujudan dari manusis Jawa yang pertama. Dialah sosok yang mengemban “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi  atau Tuhan Yang Maha Esa, untuk terus hadir dengan keberadaannya pada setiap saat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yang dia kehendaki.
Konon salah satu di antara sekian makna nama Semar adalah haseming samar-samar. Disebut demikian karena Semar dianggap samar wujudnya; dia berwajah laki-laki, tapi perawakannya seperti perempuan dengan perut dan dada besar. Rambutnya putih dengan kerutan di wajah,  menandakan dia sudah lanjut usia, namun sebaliknya, rambutnya juga berbentuk kuncung seperti umumnya ciri khas anak-anak. Bibir Semar tampak tersenyum, tapi matanya menandakan tangis. Pakaiannya sarung kawung khas para abdi, tapi di setiap saat krusial para Ksatria Pandawa, justru dari lisannya ditunggupitutur tingkat tinggi berupa solusi.
Selain samar wujudnya, kadang samar pula pitutur dan piwulang Kiai Semar. Konon hanya manusia berakal atau mereka yang mau berpikir menggunakan akalnya lah yang akan mampu memahami, baik secara tersirat maupun tersurat setiap tuntunan yang disampaikan, baik melalui ucapan maupun tindakannya.
Di satu sisi, para mistikus Jawa menyebut Semar sebagai lambang gelap gulita, lambang misteri, lambang ketidaktahuan mutlak, yakni ketidaktahuan kita mengenai Tuhan. Namun di sisi lain, tokoh yang di kalangan para dalang juga dikenal dengan nama Kiai Lurah Semar Badranaya atau Nur Naya ini, dipercaya sebagai pemilik cahaya tuntunan khas seorang penuntun dan pemimpin, yang berkelayakan menjalankan tugas menuntun manusia dengan cahaya ilmunya, ke jalan yang benar, sesuai kehendak Tuhan.
Di antara sekian banyak tuntunan yang diajarkan Kiai Semar, berikut ini 12 prinsip hidup yang setidaknya dapat kita kaji dan ambil manfaatnya bagi kehidupan kita sebagai manusia Jawa, sekaligus umat Islam di Indonesia.
Pertama: Eling lan bekti marang Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung maksud bahwa manusia yang sadar akan dirinya hendaknya selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan bagi dirinya untuk hidup dan berkarya di alam yang indah ini.
Kedua: Percoyo lan bekti marang Utusane Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia sudah seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan ajarannya masing-masing, karena sudah pasti bahwa semua konsep para Utusan Allah tersebut adalah anjuran pada kebaikan.
Ketiga: Setyo marang Khalifatullah lan Penggede Negoro. 
Prinsip ini berarti bahwa setiap manusia yang tinggal di suatu wilayah, maka sudah selayaknya bahkan berkewajiban untuk menghormati dan mengikuti semua peraturan yang dikeluarkan oleh para pemimpinnya yang baik, benar dan bijaksana.
Keempat: Bekti marang Bhumi Nusantoro.
Prinsip ini menekankan agar setiap manusia yang tinggal dan hidup di bumi Nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan memperlakukan bumi Nusantara ini dengan baik, sebab bumi inilah yang telah memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
Kelima: Bekti marang Wong Tuwo.
Prinsip ini mengingatkan setiap manusia bahwa dirinya tidak serta-merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantaraan Ibu dan Bapaknya. Maka hendaknya hormatilah, muliakanlah keduanya yang telah memelihara dan membesarkan kita dengan kasih sayang dan pengorbanan tulusnya.
Keenam: Bekti marang Sedulur Tuwo.
Prinsip ini mengajak kita agar senantiasa sadar diri untuk menghormati saudara yang lebih tua dari sisi umur dan lebih mengerti daripada kita dari sisi ilmu, pengetahuan dan kemampuannya.
Ketujuh: Tresno marang kabeh Kawulo Mudo.
Prinsip ini mengajari kita agar selalu menyayangi mereka yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan pengetahuan kita kepada mereka, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
Kedelapan: Tresno marang Sepepadaning Manungso.
Prinsip ini mengajarkan satu pemahaman substansial bahwa sejatinya semua manusia itu sama, meski berbeda warna kulit, bahasa, budaya dan agamanya. Maka sudah selayaknya kita hormati sesama manusia dengan kesadaran bahwa mereka semua memiliki harkat dan martabat yang sama sebagaimana halnya kita juga.
Kesembilan: Tresno marang Sepepadaning Urip.
Prinsip ini menuntun kita agar tak hanya menghormati sesama manusia, melainkan juga semua makhluk ciptaan-Nya. Sebab semua makhluk yang diciptakan Allah adalah makhluk yang keberadaannya maujud karena kehendak Allah yang Kuasa. Maka dengan menghormati semua ciptaan Allah, sama artinya kita telah menghargai dan menghormati Allah sebagai penciptanya.
Kesepuluh: Hormat marang Kabeh Agomo.
Prinsip ini menekankan sikap toleransi, dalam artian hendaknya kita hormati semua agama atau aliran kepercayaan yang ada, dan otomatis termasuk juga para penganutnya.
Kesebelas: Percoyo marang Hukum Alam.
Prinsip ini menggugah kesadaran kita bahwa selain menurunkan kehidupan, Allah juga telah menurunkan Hukum Alam sebagai hukum sebab-akibat. Maka disini berlaku kaidah alamiah bahwa barang siapa yang menanam maka dia pula yang akan menuai hasilnya. Siapa yang berbuat kebaikan, pasti akan berbuah kebaikan, sebaliknya bagi mereka yang berbuat jahat, sudah pasti akan tertimpa laknat. Inilah yang dalam kepercayaan manusia Jawa kadang disebut sebagai Hukum Karma.
Keduabelas: Percoyo marang Kepribaden Dhewe tan Owah Gingsir.
Prinsip ini menanamkan keinsyafan bahwa setiap manusia ini pada dasarnya rapuh dan hatinya berubah-ubah, maka hendaklah setiap diri kita menyadarinya agar dapat menempatkan diri di hadapan Allah dan selalu mendapat perlindungan dan rahmat-Nya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
***
Itulah 12 prinsip hidup yang diajarkan oleh Kiai Semar Badra Naya kepada manusia Jawa yang hidup di bumi Nusantara. Keduabelas prinsip hidup dan ajaran adiluhung yang kesemuanya dapat dirangkum ke dalam tiga konsep hubungan universal, yakni hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan seluruh alam semesta ciptaan-Nya.
Dengan lebih memahami 12 prinsip hidup sebagaimana telah diuraikan di atas, semoga kita semua, baik sebagai manusia Jawa, manusia Indonesia, maupun manusia beragama yang hidup di bumi Nusantara, pada akhirnya dapat saling menghormati satu sama lain, karena kita sadar bahwa begitulah hendaknya kita bersikap dalam hidup. Hidup secara baik dan benar, yang didasari penghormatan, kepatuhan dan ketaatan kita kepada Sang Pemberi Hidup.

1. Urip iku Urup. Hidup itu merupakan nyala jiwa. 

Menjalani hidup itu hendaknya dapat memberi manfaat bagi setiap orang yang ada disekitar kita.

2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara. 

Harus dan wajib hukumnya mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak dalam diri.

3. Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti.

Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, sabar dan tawakal.

4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha. 

Berjuang tanpa perlu membawa pasukan, menang tanpa merendahkan/mempermalukan lawan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan. Kaya hati (tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi)

5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan. 

Jangan gampang sekali sakit hati manakala musibah/hasutan datang menimpa diri. Jangan sedih jika sedang kehilangan sesuatu (ikhlaskan saja).

6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetn, aja aleman.

Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah sekali menyesal jika melakukan sesuatu, jangan mudah terkejut , dan jangan pernah manja (kolokan)

7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman.

Jangan pernah terpesona dengan kedudukan jabatan, materi, dan kepuasan didunia ini (ingat itu).

8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka. 

Jangan merasa paling pintar agar kamu tidak salah dalam arah, jangan pernah berbuat curang jika kalian tidak mau celaka.

9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho. 

Jangan pernah terhasut/tergiur pada hal-hal yang nampak mewah, cantik, dan keindahan. Jangan pernah berpikir semua gampang/plin-plan agar nanti tidak kendur niat dan semangat diri kita.

10. Aja adigang, adigung, adiguna.

Jangan sok berkuasa, sok kaya, sok punya segalanya, sok raja. (intinya jangan pamer kekuasaan)

Itulah 10 Kata bijak yang sering diucapkan oleh tokoh wayang fenomenal yaitu kyai semar, dapat kamu aplikasikan dikehidupan sehari-hari karena memang kata-katanya sangat bermanfaat bagi diri kita dikemudian hari.

Semoga bermanfaat....

Benarkah Semar Tajalli Jawa dari Nur Muhammad?

Benarkah Semar Tajalli Jawa Nur MuhammadIslamIndonesia.id—Benarkah Semar Tajalli Jawa dari Nur Muhammad?
Semar merupakan pendakwah jalan kebaikan dan kebenaran sebagaimana yang tersebut dalam tembang Lir-ilir. Dalam Riwayat Sunan Kalijaga, tembang ini konon diciptakan oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Di dalam tembang ini terdapat makna religius yang disampaikan lewat syair-syairnya.
“Lir-ilir, lir-ilir, tandure wis sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar. Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro. Dodot iro, dodot iro, kumitir bedah ing pinggir, dondomana jlumatana, kanggo seba mengko sore. Mumpung jembar kalangane, mumpung padhang rembulane, yo surako, surak hayo.”
Makna yang tersirat dalam syair-syair tembang Lir-ilir di atas adalah ajakan untuk menjalankan rukun Islam dan berbuat kebajikan. Artinya, terdapat nasihat untuk menjadi Muslim yang baik.
Pada bait pertama, syair Lir-ilir diulang-ulang agar orang-orang yang belum masuk Islam terbangun dan tersadar menuju pemikiran yang lebih segar. Benih-benih iman yang yang sudah tumbuh diharapkan dapat dirawat dengan baik. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim mempunyai perilaku mulia atau laku utomo seperti sopan santun, suka menolong, dan menyenangkan hati orang lain.
Pada bait kedua, mengandung makna bahwa seorang Muslim hendaknya memiliki jiwa yang kuat, pemberani, tanpa kenal lelah, dan tak mudah putus asa, sehingga akan membentuk pribadi yang sabar dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita mulia. Seorang Muslim sejati harus mampu melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh agama. Tujuannya agar menjadi manusia yang berbudi, berakhlak mulia, disayang orang banyak, dan suka menolong tanpa pamrih.
Syair dalam bait ketiga mengajarkan agar setiap Muslim melakukan taubat yang sesungguhnya (taubatan nasuha). Artinya, bersedia memperbaiki kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Perbuatan yang sudah diperbaiki tujuannya sebagai bekal di kehidupan akhirat nanti, karena kehidupan di dunia hanyalah sementara. Maka diperlukanlah shalat, zakat, puasa, haji, sedekah, dan lain sebagainya sebagai bekal bagi mereka untuk kehidupan di akhirat.
Terakhir, Lir-ilir ditutup dengan ajakan untuk segera memperbaiki diri, segeralah berbuat kebaikan dan melaksanakan kewajiban yang telah diperintahkan. Waktu yang ada jangan disia-siakan tanpa guna dan berlalu begitu saja tanpa hasil.
Kenapa demikian? Karena segala kewajiban yang dilaksanakan dengan baik dan sempurna akan mendapatkan balasan yang baik pula di kehidupan akhirat nanti. Oleh karena itu, berbahagialah orang-orang yang mampu melaksanakan segala kewajiban dengan baik.
Intinya, tembang Lir-ilir dapat menjadi pedoman bagi setiap Muslim untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Jelaslah sudah bahwa tokoh Semar yang digagas oleh Wali Sanga, dengan perwatakan sebagaimana tergambarkan dalam tembang Lir-ilir, mempunyai misi untuk menyampaikan dakwah tentang ajaran agama Islam.
Akhirnya, apabila seseorang dapat meresapi perwatakan dari Semar sebagai sosok Muslim, maka dia akan mengatakan bahwa Semar dapat merepresentasikan karakter kepribadian Muslim ideal, yang merupakan tajalliatau pengejawantahan Nur Muhammad dalam versi Jawa.
Benarkah demikian? Wallahu ‘a’lam..
Lir-ilir, lir-ilir
Tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
Tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.
Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.
Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir.
Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.
Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.
Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo.
Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25).

Dengan Penuh rasa Cinta dan Kasih Sayang, Para leluhur orang jawa memberikan wejangan-wejangan, pelajaran-pelajaran dan nilai-nilai spiritual dan budaya yang berharga dalam hidup dengan perantaraan teladan dan kata kata bijak yang merupakan suatu isi atau inti atas apa yang telah mereka dapatkan dari berbagai pengalaman hidup mereka itu, kepada generasi berikutnya.


Tujuan dari diberikannya wejangan dan pitutur dari para sesepuh jawa tersebut tidak lain adalah agar keturunan mereka itu kiranya bisa terhindar dari setiap kekeliruan, keburukan dan kesengsaraan sebagaimana yang dulu mereka alami.


Harapan para leluhur orang Jawa dengan memberikan banyak pelajaran dan wejangan melalui pitutur jawa, kata kata mutiara, serta pepatah dan ajaran bijak kepada keturunan mereka itu hanyalah agar anak cucu mereka dapat menjalani hidup dengan nilai dan kualitas yang lebih baik dibanding kehidupan mereka.


 

Nasehat-Nasehat para Leluhur itu di tuturkan turun temurun dari generasi ke generasi, terutama lagi bagi orang-orang yang hingga kini meyakini aliran kejawen dalam bertata laku dan berkehidupan, yang biasa mereka dapatkan dalam bentuk wejangan wejangan bijak dari kitab leluhur maupun belajar dari kearifan kearifan budaya lokal lainnya.


 Kalimat nasehat dan kata kata bijak Jawa yang sarat akan pelajaran pelajaran hidup tersebut  dalam kebudayaan Jawa tidaklah disebarkan melalui media lisan semata, namun juga melalui media Tertulis, namun sayang sekali tulisan-tulisan tersebut kini hanyalah tersisa sedikit saja, Sebagaimana yang kita lihat pada prasasti-prasasti dan serat-serat lontar yang mungkin sudah dalam keadaan yang kurang terawat.


www.info-sipaijo.blogspot.com
Kanjeng Sunan Kalijaga

Selain karena kitab kitab dan catatan jawa kuno tersebut telah banyak yang dimusnahkan juga oleh bangsa penjajah dan benda benda bersejarah nenek moyang orang jawa ini banyak yang mereka bawa ke negeri asal mereka sebagai salah satu strategi agar bangsa bangsa Nusantara kehilangan jati diri dan menjadi bangsa yang kekurangan rasa percaya diri karena seolah tidak memiliki prestasi dalam peradannya serta tidak tahu akan nilai nilai luhur  bangsa nenek moyangnya.


Karenanya, dengan mempelajari kembali nilai nilai filosofis dan pelajaran pelajaran hidup dari para leluhur kita dari generasi ke generasi maka warisan budaya jawa yang baik dan bijak dari para sesepuh jawa juga akan terus terjaga dan lestari.


 Nilai nilai budaya yang baik tersebut sangatlah  bagus untuk dijadikan renungan, pedoman hidup yang bagus pula untuk dicontoh dan diteladani, khususnya bagi orang jawa sendiri.


Dengan kandungan maknanya yang sangat mendalam dan berharga itu seyogyanya warisan leluhur yang baik-baik dapat kita di genggam erat dan lestarikan dan lebih kita sempurnakan lagi agar lebih baik untuk dijadikan suatu falsafah hidup yang penting untuk diwariskan hingga kepada anak cucu kita sehingga tidak sampai diklaim oleh bangsa lain yang juga mencintai dan juga mengagumi kebudayaan bangsa kita.

 

  Karenanya pada postingan artikel kali ini saya ingin sajikan beberapa kutipan kata kata mutiara bijak dari nenek moyangnya orang Jawa, sengaja saya sertakan juga artinya secara harfiah dan juga pengertiannya atau maknanya secara bahasa agar pembaca yang belum paham atau belum mengerti bahasa jawa juga bisa mendapatkan manfaat dari pitutur dan wejangan para leluhur dan sesepuh saudara saudara kita orang jawa ini. :)

 

  Sebab Kata Kata Mutiara dan Nasehat Bijak Jawa Kuno dari Para Leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari pondasi Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan sarat akan nilai dan makna kehidupan yang tinggi sekaligus mendalam, dan sangat berguna sebagai dasar pembangunan dan kemajuan bangsa.


Semoga artikel ini dapat menginspirasi kita semua sehingga bisa bermanfaat bagi kita dalam menjalani kehidupan kita sebagai manusia yang sedang berusaha menuju ke arah yang lebih baik, Selamat menikmati.. :) 



1. NGUNDHUH WOHING PAKARTI

(Menuai buah pekerti)


Pepatah Jawa kuno ini bermakna, setiap orang akan mendapatkan akibat dari perilakunya sendiri.


2. WITING TRESNO JALARAN SAKA KULINO

(Berawalnya cinta karena terbiasa)

Kata kata mutiara bijak jawa kuno ini sangat familiar bagi orang jawa, maknanya kurang lebih adalah, bahwa cinta biasanya akan datang jika kita telah terbiasa (dalam hal ini misalnya keberadaannya, terjalinnya komunikasi dan juga interaksi)

 

3. MEMAYU HAYUNING BAWONO, AMBRASTO DHUR ANGKORO.

(Percantik keindahan dunia, Berantaslah ke-angkaramurka-an).

Kata Mutiara Jawa kuno kali ini bermaksud memberi pesan kepada manusia agar ketika hidup di dunia hendaknya berusaha memperindah dunia ini dengan rasa cinta kasih kepada semesta, serta memberantas sifat angkara murka dan segala sifat tercela yang merusak dunia.

 

4. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman


(Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut, Jangan manja).

Makna Kata kata Bijak Jawa ini cukup jelas, 


+ Rajinlah menuntut ilmu agar wawasan semakin luas sehingga tidak mudah terheran-heran terhadap setiap gejala yang ada di kehidupan mayapada ini.


+ Giatlah berkarya dan bekerja dan pikirkan segala sesuatu dengan seksama agar nanti di masa depan tidak menjadi orang-orang yang menyesal.

+ Yang terakhir berusahalah dengan sekuat tenaga untuk menjadi orang yang kuat dan mandiri alias tidak manja.


5.Urip Iku Urup 

(Hidup itu Nyala)

Kata Bijak Jawa kuno yang satu ini juga cukup populer, maknanya adalah orang hidup sudah seharusnya menerangi atau memberi manfaat kepada setiap makhluk di sekitarnya.

 

6. Aja keminter mundhak keblinger, aja cidra mundhak cilaka

(Jangan sok pintar nanti tersesat, jangan berbuat curang nanti celaka)

Makna dari kata kata bijak jawa kuno ini mungkin sudah cukup jelas.. mari kita ingat kembali hukum karma/ hukum sebab akibat.. ;)


Lebih baik kita tidak berlaku sombong dan aniaya terhadap sesama sehingga Tuhan tidak murka dan menimpakan (kala) bencana kepada kita. 

7. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho  


Kata bijak jawa ini artinya  :

(Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa ajian, merasa kaya tanpa banyak harta).


Sedangkan makna dari kata bijak jawa ini adalah..

+ Tetaplah menjadi pemberani dan berjuanglah sekalipun anda sendirian 


+ Menangkanlah pertarungan dengan kerendahatian tanpa merendahkan martabat orang lain


+ Jagalah wibawa dengan Kebijaksanaan walau tanpa jabatan/kedudukan 


+ Dan yang terakhir merasa cukup dan puas-lah akan karunia Tuhan sehingga anda akan tetap kaya sekalipun tanpa banyak memiliki harta. 


8.AJINING DIRI SOKO LATHI, AJINING ROGO SOKO BUSONO

(Kehormatan diri adalah dari lisan, Kehormatan raga adalah dari pakaiannya).

Arti dari Kata bijak jawa ini kurang lebih adalah Hendaknya setiap manusia memperhatikan apa yang diucapkan oleh lidahnya dan juga selalu memperhatikan perilakunya dalam pergaulan. 


Artikel lainnya : 

9. ING NGARSO SUNG TULODHO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI


(Di depan memberi teladan, di tengah membangun prakarsa {pelopor}, di belakang memberi semangat).


Pepatah Jawa kuno ini sudah pasti cukup familiar di telinga kita ya ? 

Ya, tentu saja, dari Peribahasa Jawa Kuno inilah ungkapan Tut Wuri Handayani ini diambil dan dijadikan sebagai Semboyan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 


10. MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO


(Memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam)

 Pepatah bijak Jawa kuno yang satu ini adalah anjuran bagi seorang anak (atau dalam situasi tertentu adalah seorang murid) untuk dapat menjunjung kehormatan dan memuliakan orang tuanya (atau bisa juga diartikan sebagai guru) setinggi-tingginya serta sebisa mungkin untuk memaafkan dan memendam dalam-dalam segala aib dan kesalahan kedua orang tuanya.

11.BECIK KETHITIK ALA KETARA

(Kebaikan Terdeteksi, Kejahatan Kelihatan)

Hemat kata tapi sarat makna, pitutur bijak dari leluhur jawa kuno ini bermaksud memberitahukan bahwa setiap perbuatan kita semuanya suatu saat akan nampak juga.

Jadi perbuatan yang mana yang seharusnya kita perbanyak biar kita tidak malu bila suatu saat semuanya terbongkar? gampang jawabnya, susah mengerjakannya ya.. hehe 


12.Aja Rumongso Bisa, Nanging bisa'o Rumangsa

(Jangan Merasa Bisa, Namun Bisa-lah Merasakan)


Inti dari kata bijak jawa kuno kali ini adalah Jangan sombong dan hendaknya kita selalu tahu diri.. dan intinya lagi kata kata bijak jawa satu ini benar benar susah untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan tepat. :p :D


13. Ojo Dumeh

(Jangan Sombong dulu / Jangan Merasa Menang Dulu)


Pepatah bijak leluhur jawa kuno yang cukup populer ini menerangkan bahwa ; 

Sebaiknya dalam setiap keadaan kita tetap waspada, dan berupaya sebisa mungkin jangan sampai lengah karena merasa sudah lebih unggul dari lawan kita selagi pertempuran belum benar-benar usai.

Hal ini terutama juga pertempuran kita dengan nafsu diri kita sendiri yang selalu menggelincirkan kita dari kebaikan dan kebenaran, karenanya jangan merasa sudah menang dahulu, jangan merasa baik dahulu sebelum kita yakin bahwa perjuangan kita dalam hidup ini memang benar-benar telah selesai, 

Singkat kata, waspadai musuh hingga jelas pertarungannya benar benar telah usai atau waspadalah terhadap jebakan syetan hingga hembusan nafas kita yang terakhir :)

 

14. Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe

(Senyap dalam pamrih, ramai dalam pekerjaan)

Falsafah Hidup Orang Jawa Kuno ini menggambarkan seseorang yang selalu lenyap dalam perebutan / pembagian penghargaan serta pujian, namun mereka selalu hadir dan bersemangat dalam bekerja, bahkan seringkali sangat senyap dan  senantiasa bekerja keras dalam kesunyian. (mungkin mirip kerjanya para ninja, agen rahasia atau para tentara elit khusus gitu ya)

Kalau Istilah jaman sekarang, mereka itu adalah orang yang selalu giat dan ikhlas dalam bekerja tanpa butuh akan popularitas dan pamrih. orang begitu luar biasa langka jaman sekarang ya gan..  :)


Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

   Pengertian Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan sesama, tidak dapat hidup sendi...