Jumat, 31 Januari 2020

Ilmu yang Bermanfaat Bukan Sekedar Dihafalkan


Tidak sedikit dari kita yang menuntut ilmu namun kadang tidak bermanfaat bagi si pemiliknya. Padahal ilmu yang disebut ilmu adalah jika bermanfaat dan bukan ilmu yang sekedar dihafalkan.  Yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu syar’i atau ilmu agama yang diamalkan oleh si pemiliknya.
Imam Syafi’i memiliki nasehat berharga di mana beliau berkata,
Ilmu adalah yang bermanfaat dan bukan hanya dihafalkan” (Siyar A’lamin Nubala, 10: 89).
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang semakin membuat seseorang mengenal Rabbnya.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bukan dicari untuk membanggakan diri dan sombong. Sehingga ketika orang di bawahnya menyampaikan suatu ilmu, ia pun menerima jika itu adalah kebenaran.
Ilmu yang bermanfaat membuat seseorang tidak gila dunia, tidak mencari popularitas dan tidak ingin dirinya tenar.
Ilmu yang bermanfaat tidak menjadikan seseorang sombong di hadapan yang lain dan tidak sampai membodoh-bodohi yang lain. Jika ada yang menyelisihi ajaran Rasul, maka ia mengkritiknya karena Allah, bukan marah  karena selain Allah atau bukan karena ingin meninggikan derajatnya.
Ilmu yang bermanfaat membuat seseorang suuzhonpada dirinya sendiri (artinya: merasa dirinya penuh kekurangan) dan husnuzhon (berprasangka baik) pada orang-orang yang berilmu sebelumnya (para salaf). Ia selalu berprasangka bahwa yang lebih salaf darinya lebih utama.
Kita saat ini telah hidup di zaman yang lebih banyak orator daripada alim yang banyak ilmu.
Ibnu Mas’ud berkata, “Kalian hidup di zaman yang terdapat banyak ulama dan sedikit yang pintar berkoar-koar. Dan nanti setelah kalian akan ditemui zaman yang sedikit ulama namun lebih banyak orang yang pintar berkoar-koar.”
Siapa yang lebih banyak ilmunya dan sedikit bicaranya, maka itulah yang terpuji. Dan jika sebaliknya, maka dialah yang tercela.
Al Auza’i berkata, “Yang disebut ilmu adalah yang datang dari para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan selain itu maka bukanlah ilmu.” (Diringkas dari tulisan Ibnu Rajab Al Hambali dalam risalah “Fadhlu ‘Ilmis Salaf ‘ala ‘Ilmi Kholaf
Oleh karena itu, kita diajarkan ketika shalat Shubuh saat hendak salam membaca do’a,
[Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a wa rizqon thoyyibaa wa ‘amalan mutaqobbalaa] “Ya Allah, aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thoyyib dan amalan yang diterima” (HR. Ibnu Majah no. 925, shahih)
Kita memohon kepada Allah Ta’ala, semoga Allah menganugerahkan kita ilmu yang bermanfaat dan kita berlindung pada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas dan dari do’a yang tidak dikabulkan. Ya Allah, kami berlindung kepadamu agar dijauhkan dari keempat hal tadi.

Ulama Terdahulu, Ilmu Ditulis Lalu Dihafal Lalu Dihapus

IMAM MALIK menyampaikan bahwa Ibnu Syihab Az Zuhri tidak memiliki catatan apapun, kecuali mengenai nasab kaumnya.
Kemudian Imam Malik pun berkata,”Kaumnya pada waktu itu tidak menulis, namun mereka menghafalnya. Jika dari mereka menulis sesuatu, maka mereka menulisnya untuk dihafal, setelah selesai menghafal maka mereka menghapusnya.”
Demikian pula Abu Burdah menyampaikan, bahwa suatu saat itu Abu Musa menyampaikan hadits kepadanya dan ia pun menulisnya. Abu Musa pun berkata,”Apakah kalian menulis apa yang kalian dengar dariku?” Maka Abu Burdah dan pera penuntut ilmu lainnya menjawab,”Ya!”
Abu Musa pun meminta mereka untuk menyerahkan tulisan tersebut, kemudian ia meminta untuk diambilkan air lalu ia pun mencucinya, kemudian berkata,”Hafalkan apa yang kalian dengar dariku, sebagaimana kami menghafalnya.” (Jami’ Bayan Al Ilmi wa Fadhlihi, 2/276,284)

#Non Stop Berilmu, Menuntut Ilmu Tanpa Kenal Waktu dan Usia# .

Perjalanan hidup Nabi Muhammad Saw sebagai seorang nabi yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis) mengajarkan hikmah yang begitu banyak terhadap umat Islam. Dalam sebuah sabdanya, Rasulullah SAW mewajibkan umat Islam untuk menuntut ilmu, mulai dari buaian ibu hingga memasuki liang lahat.

Dari sosok Beliau Saw, seakan Allah SWT hendak mengajarkan bahwa ketika seseorang tidak bisa membaca dan menulis, maka hal itu  bukan kendala  dalam  menuntut ilmu. Betapa banyak orang yang terlahir dengan kondisi fisik yang terbatas, sepanjang ada kemauanmaka ia tetap bisa belajar. Dengan kesempurnaan panca indera, justru akan menggenapi rasa syukur kepada-Nya supaya lebih maksimal dalam menimba ilmu. Sebagaimana diingatkan dalam surah  Al Isra’ ayat 36, “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.”
Hakekat ilmu adalah apa yang berhasil dihafalkan (Ibnul Jauzi), bukan semata-mata yang ditulis dalam kertas, terketik di laptop dan lainnya. Mari belajar dari Wahyu Allah Ta’ala yang  turun dengan cara diperdengarkan atau dibacakan oleh Malaikat Jibril kepada Muhammad Saw. Menjadi pelajaran pertama bagi umat, bahwa ayat  Al Qur’an turun  bukan dalam bentuk tertulis. Tulisan adalah symbol dan salah satu metode pembelajaran, yang akan memudahkan manusia menyerap ilmu melalui media tulisan.  Dalam hal ini terkandung perintah Allah SWT agar hamba-Nya gemar dan berlomba-lomba menghafalkan. Mari kita perhatikan bahwa setelah ayat Al Qur’an dibacakan selanjutnya  untuk dihafalkan, baru muncul perintah untuk menuliskan. Dengan harapan agar bisa dibacakan kembali kepada seluruh umat manusia di seluruh penjuru dunia. Dengan menghafalkan, Ia berharap  agar pesan-Nya melekat dalam ingatan dan hati, agar mudah diingat-ingat dan dilaksanakan. Demikianlah al Qur’an menjadi lebih mudah sebagai bahan peringatan dan kabar gembira.
Kebiasaan menghafal di zaman Nabi Saw berlanjut menjadi  tradisi turun-temurun yang terlihat  pada sikap dan perilaku ulama dalam menuntut ilmu. Mereka rela mengorbankan jiwa, raga, harta dan waktu dalam kehidupan agar mampu menghafal al Qur’an, Hadits dan berbagai disiplin ilmu. Saat kematian Imam Ahmad bin Hambal ditemukan 12,5 pikul unta kitab yang beliau hafal. Imam Bukhori telah hafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits tidak shohih.  Ibnu Taimiyah telah membuat begitu banyak karya tulis dengan mengandalkan hafalannya ketika ia berada dalam penjara.
Dalam jiwa ulama tertanam kecintaan yang luar biasa terhadap ilmu dan mereka sangat bergairah untuk menyambut penghargaan Allah Ta’ala terhadap manusia yang beriman dan berilmu, sesuai firman-Nya dalam Surah Al Mujadilah ayat 11 “…niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha telilti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Bagaimana mereka bersikap terhadap harta agar bisa digunakan secara maksimal dalam menuntut ilmu dan menyiapkan ilmu, tempat, waktu bagi para penuntut ilmu dan berusaha untuk  bisa mewariskan illmu. Ibnul Jauzi telah mempelajari lebih dari 20.000 jilid buku, namun ia mengaku cita-citanya belum tercapai.
Mereka siapkan waktu terbaik untuk menghafal dan mengulang-ulang hafalan, yakni sebelum tidur di malam hari, di tengah malam, di waktu sahur dan pagi hari. Kisah kecil Ibnu Taimiyah yang mengelak saat diajak bertamasya setengah hari oleh sejumlah keluarganya, di tengah kebanggaan mereka menceritakan kesenangan sepulang dari tamasya, ia justru berkomentar “kalian tidak mendapatkan tambahan apa-apa, sementara aku dalam waktu kepergian kalian telah menghafal satu jilid kitab Jannah an Nadzhir wa Jannah al manazhir.” Tercatat Al Hasan bin Abu Bakar An Naisaburi yang menganjurkan mengulang hafalan sebanyak 50 kali. Imaduddin, murid Imam al Haramain yang paling cerdas setelah al Ghazali, mengulang ilmu agar hafal sebanyak 70 kali. Abu Ishaq Asy Syirazi biasa mengulang pelajaran yang ia dapatkan sebanyak 100 kali.
Kesungguhan ulama’ dalam mencintai ilmu tampak pula dalam penerapan mereka akan pola hidup sehat, untuk menjaga fitalitas tubuh. Mereka menyiapkan makanan terbaik agar menjaga kesehatan fisik dan mengkonsumsi makanan yang dapat menguatkan hafalan, seperti yang dilakukan oleh Ali ra yang menganjurkan makan buah delima yang manis. Ibnu Abbas ra menganjurkan mencukur bagian belakang kepala untuk menambah kuatnya hafalan. Sementara Az Zuhri senang mengonsumsi madu dan kismis karena baik untuk membantu hafalan. Di sisin lain,  al Ju’abi menyarankan konsumsi kue susu dalam menguatkan hafalan.
Betapa ulama terdahulu telah mempersembahkan hidup mereka untuk menuntut ilmu tanpa kenal waktu dan usia. Ya Allah….terasa sekali ketertinggalan kami  dalam berilmu dan sungguh hati ini pilu. Semoga paparan singkat ini membangkitkan semangat hidup kami dan generasi sesudah kami untuk menghafalkan Al Qur’an, Hadis Rasul Saw dan semua ilmu. Amin.


Penyakit Lupa dalam Menuntut Ilmu


Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Ali Syaikh ditanya, “Saya seorang yang mempunyai keinginan untuk menuntut ilmu dan ingin memberi manfaat kepada orang lain. Akan tetapi problem yang dihadapi adalah selalu lupa dan tidak teringat sedikitpun dalam pikiran saya akan ilmu yang saya dengar. Apakah nasehat Syaikh kepada saya ? Semoga subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan antum ya Syaikh.
Jawaban
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, manusia berbeda-beda dalam menuntut ilmu, tidak setiap penuntut ilmu menghafal ilmu yang telah ia dengarkan. Akan tetapi (ia tentu) hafal sedikit dari ilmu yang ia dengar. Ilmu itu diperoleh sedikit demi sedikit. Jika terus menerus diulang maka akan hafal. Saya menasehati agar berusaha dan bersungguh-sungguh menghafal Al-Qur’an. Karena menghafal itu adalah suatu tabiat, dengan menghafal dan mengulang-ulangi, maka hafalan akan terus bertambah dan akan semakin kuat.
Barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan dapati bahwa dengan menghafal Al-Qur’an akan memulai jalan untuk membuka “daya hafalannya”. Jika penanya belum hafal Al-Qur’an, hendaklah menghafal Al-Qur’an. Oleh karena itu sejumlah ulama pada masa lalu tatkala seorang penuntut ilmu masuk ke masjid ingin berguru dan menuntut ilmu kepada para syaikh setiap hari, sedangkan ia belum hafal Al-Qur’an, maka para syaikh tersebut berkata kepadanya,”Hafalkan Al-Qur’an terlebih dahulu! Setelah hafal kembalilah kepada kami! (yang demikian itu) karena menghafal Al-Qur’an akan membukakan “kekuatan untuk mengingat”.
Oleh karena seseorang yang telah mencoba menghafal Al-Qur’an, misalnya ia menghafal 10 juz, butuh waktu 8 jam untuk menghafalkannya. Ia pun harus mengulangnya kala itu. Akan tetapi setelah pada 20 juz yang terakhir, akan mudah dan mudah (sekali), hingga barangkali ia hafal 3/8 dari ½ juz dalam waktu antara maghrib dan isya atau sesudah subuh. Ini adalah suatu kenyataan, karena daya ingat akan terus bertambah jika selalu dilatih dan dipraktekkan. Oleh karena itu saya menasehatinya agar menghafal Al-Qur’an dan sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, karena ilmu akan bertambah dengan izin Allah Jalla Jalaluhu dan hafalan akan datang insya Allah.
[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 02 Dzulqo’dah 1423/Januari 2003. Diterbitkan : Ma’had Ali Al-Irsyad Jl Sultan Iskandar Muda 45 Surabaya]

Cerita Inspirasi

Hal. 1

Kisah Inspirasi ( Kisah islami ) 


#Kisah Perjalanan Semar Badranaya dan Grojogan Sewu Rangga Seta#  

(Benang Merah Sabdo Palon, Uga Wangsit Siliwangi, Ramalan Joyoboyo, Kalki Avatar, Jesus the Messiah, Imam Mahdi, Satrio Piningit-Ratu Adil dan cerita-cerita tentang Akhir Jaman).
Tafsir Kebangkitan Sundaland Nusantara di Tanah Jawi sesuai Uga Wangsit Siliwangi.
Untuk Mengetahui Sabdo Palon sejenak Kita akan membahas Grojogan Sewu terlebih dahulu.
Grojogan Sewu yang selama ini terkenal sebagai salah satu air terjun yang indah di Kecamatan Tawang Mangu Solo-Jawa tengah ternyata juga menjadi nama salah tokoh namanya Grojogan Sewu (Nama gelar) karena memang tempat itu menjadi lokasi Tapa Bratanya dalam rangka mencapai Ilmu Kesempurnaan.
Grojogan Sewu adalah seorang sais dokar, kisah awalnya dimulai ketika beliau berkenalan dengang seorang pengembara bernama “Rangga Seta” yang menumpangi dokarnya. Melihat pengembara itu menggunakan pakaian jubah & sorban di kepala yang berbeda dengan adat Jawa maka beliau bertanya kepada pengembara itu.

Dari mana anda berasal? Rangga Seta tidak menjawab dari mana ia berasal tetapi menjawab pertanyaan tersebut dengan “Saya Saudara Kamu, karena semua manusia bersaudara anak keturunan Adam”.
Mendengar jawaban tersebut Grojogan Sewu tersentuh karena orang yang baru dikenalnya menganggap saudara sekaligus penasaran dan kembali bertanya Siapa Adam? Adam adalah Nenek Moyang Saya, Anda dan semua Manusia. Mendengar jawaban seperti itu Grojogan Sewu semakin tertarik lebih Jauh dan meminta Rangga Seta untuk bersedia mengajarkan Ilmu Pengetahuan Kepadanya. Rangga Seta balik bertanya kepada Grojogan Sewu mengapa anda Ingin Belajar? “Karena saya ingin cerdas ingin pandai,” jawab Grojogan Sewu.
“Memang manusia harus pandai harus mau berpikir karena itu perintah Ilahi.”, tegas Rangga Seta. Melihat niat belajar dan sikap yang ingin tahu dan memang terlihat bakat kecerdasan dari Grojogan Sewu, maka Rangga Seta pun bersedia mengajarkan kepada Grojogan Sewu. Proses belajar pun dimulai dengan materi “Aji Kalimasada”.
Karena memang bakat kecerdasan dan niat yang bersungguh-sungguh maka proses belajar Grojogan Sewu pun berjalan dengan cepat. Pada Saat pelajaran ujian terakhir Grojogan Sewu di perintahkan untuk semedi di suatu tempat oleh Rangga Seta. Grojogan Sewu bertanya di manakah tempat semedi itu? Kemudian Rangga Seta mengarahkan tangannya menunjuk kesuatu tempat maka terlihatlah air terjun dari kejauhan, bersemedilah kamu di sana, di balik air terjun itu ada Goa, dan Goa itulah tempatnya.
Mendengar perintah dari Rangga Seta lalu Grojogan Sewu pun menyanggupinya. Perintah semedi ini sekaligus perpisahan antara Grojogan Sewu dengan Rangga Seta. Pada Saat itu Rangga Seta mengatakan suatu saat kita akan bertemu lagi dan beliau berpesan Jadilah Insan yang bermanfaat dan tegakkanlah keadilan.
Setelah perpisahan tersebut Grojogan Sewu kembali menoleh kearah di mana letak air terjun itu, namun air terjun itu tidak terlihat, dan Grojogan Sewu pun akhirnya menelusuri ke arah yang tadi ditunjukkan oleh Sang Guru.
Kisahj proses pencarian lokasi semedi yang dilakukan Grojogan Sewu ini sama halnya dengan Prabu Kian Santang ketika diperintahkan oleh Syaidina Ali untuk mencari sebuah bukit, yang akhirnya tiba di wilayah BUkit Godog Garut. Setelah semedi Grojogan Sewu selesai,  maka paripurnalah “Aji Kalimasada”-nya.

Selain berguru kepada Rangga Seta, Grojogan Sewu pun belajar kepada Semar Badranaya dan, dari Semar Badranaya inilah beliau di berikan “Cemeti Amarasuli” yang bentuknya seperti gagang tongkat kurang lebih panjangnya 30 cm, jika senjata ini di gunakan maka akan terlihat cahaya atau menyala seperti pedang maupun cemeti (persis seperti pedang langit di Film mandarin “Tio Buki” yang diperankan oleh Jet Lee, atau Pedang pada Gambar Kalki Avatar).
Lalu siapakah Grojogan Sewu?
Grojogan Sewu adalah pembimbing raja-raja Nusantara dan para Wali, karena beliau diberikan semacam wewenang/mandat Dari Semar Badranaya untuk mengajarkan Hikmah dan Ilmu Kesempurnaan kepada para raja-raja & para wali di Nusantara, bahkan sampai masa sekarang ini.
Siapakah yang pernah belajar kepada beliau?

Hampir semua raja-raja nusantara dibimbing oleh beliau, dan salah satunya adalah Raja Brawijaya yang menghilang (moksa) di Puncak Gn. Lawu dan Prabu Siliwangi Raja Pajajaran, yang Tilem Ngahiyang (Fana fillah).

Nah dari sinilah tampak benang merah mengapa kisah Sabdo Palon dan Uga Wangsit Siliwangi seperti pinang dibelah dunia, ibarat kunci dengan gembok nya.
Apa hubungannya Kisaah Grojogan Sewu dengan Sabdo Palon?
GROJOGAN SEWU = SABDO PALON = NOYO GENGGONG
Grojogan Sewu adalah gelar seorang insan yang mampu mengajarkan Ilmu, mengucurkan ilmu, laksana air yang mengucur, Grojogan Sewu =  Seorang yang mengucurkan ilmu atau orang berilmu (menguasai ajaran/mumpuni/Pintu ilmu pengetahuan/ Bab al-Ilmi) sehingga dia mendapatkan mandat/wewenang untuk mendidik para raja Nusantara maupun para Wali.
Setiap ucapan Grojogan Sewu atau ketika Dia mencurahkan ilmu para muridnya, ucapan Grojogan Sewu itu di sebut Sabdo.
Ucapan Grojogan Sewu = Sabdo.
Lalu Palon nya apa? Palon artinya Filosopi (mengandung hikmah yang dalam) bahasanya.
Jadi pada saat Grojogan Sewu memberikan materi/pengajaran atau segala ucapan/sabdo yang mengandung hikmah yang amat dalam, para raja Nusantara maupun para wali menjulukinya ucapan Grojogan Sewu ini dengan Sabdo Palon.
Ucapan yang keluar dari Grojogan Sewu adalah Sabdo Palon (Sabda yang mengandung hikmah). Ucapan Grojogan Sewu = Sabdo Palon. Nah sekarang tinggal Noyo Genggong-nya.
Setiap Grojogan Sewu mengeluarkan sabda-sabdanya di hadapan raja-raja nusantara itu dilantunkan seperti tembang atau syair yang merdu, ada intonasinya dan di iringi oleh gerakan tubuh maupun tangannya (gaya mengajar multiple intelligent). Jadi nuansa pengajarannya itu enak didengar dan dilihat, sehingga mudah dingat dan dipahami.
Jadi “Noyo Genggong” itu adalah gaya mengajarnya Grojogan Sewu ketika mengucapkan sabdanya seperti melantunkan tembang dan dengan diiringi gerakan anggota tubuh, (pendekatan seni budaya).  Kurang lebih seperti gaya Konghucu ketika memberikan pengajaran.
Jadi kurang lebih ringkasannya seperti ini.

Grojogan Sewu = Orang yang menguasai/memiliki ilmu/berpandangan luas/bijak, memiliki Kunci Ilmu, dan mampu mencurahkan ilmu (Predikat Guru Besar/Syaidina Syech/Tuan Guru/Para Hyang).
Sabdo Palon = Ucapan/sabda yang penuh hikmah dari Grojogan Sewu.
Noyo Genggong = Gaya mengajar Grojogan Sewu. Selain subtansi materi yang di sampaikan penuh hikmah (Sabdo Palon) penyampaiannya pun enak didengar dan mudah dipahami, karena dikemas seperti tembang dan diiringi penguatan oleh gerakan-gerakan anggota tubuh.
Jadi, Sabdo Palon + Noyo Genggong = Grojogan Sewu.
Grojogan Sewu mempunyai Senjata Cemeti Amarasuli seperti yang Saya jelaskan di awal dari Kisah Semar Badranaya.
Grojogan Sewu juga memiliki Aji Kalimasada dari Rangga Seta.
Grojogan Sewu juga mengajarkan ilmu-ilmunya atau membimbing Raja Brawijaya yang menghilang moksa di Gunung Lawu. Beliau juga mengajarkan kepada Prabu Siliwangi yang membuat Wangsit, dan Prabu Siliwangi (ke-6: Prabu Suryakancana) pun menghilang seperti Raja Brawijaya V.
Grojogan Sewu = Guru dari Raja Brawijaya
Grojogan Sewu = Guru dari Prabu Siliwangi
Grojogan Sewu adalah gelar dari Syaidina Ali bin Abi Thalib (Rangga Seta /Penunggang Kuda Putih) yang juga bergelar Pintu Kota Ilmu. (“Ana Madinatul Ilm wa Aliyun Babbuha“, Hadits Nabi Muhammad Rasulullah SAW)
Kedua Raja tersebut dibimbing oleh Grojogan Sewu, kedua raja tersebut meninggalkan cerita atau kisah kepada generasi yang akan datang (akhir jaman) dan pesannya pun sama.

Nah sekarang Siapakah Sejatinya Rangga Seta?
Siapakah Sejatinya Semar Badranaya?

Untuk mengetahui benang merah antara Hadist tentang  Imam Mahdi, Cerita Uga Wangsit Siliwangi, Sabdo Palon, Jongko Joyoboyo, Kalki Avatar. Saya mencoba untuk membuat Silsilah ilmu terlebih dahulu dan kata kunci dari semua ciri dari cerita-cerita tersebut.
Silsilah Ilmu dan Kata Kunci.

Rangga Seta = Guru  dari Syech Grojogan Sewu. Syech Grojogan Sewu = Guru dari Raja Brawijaya Majapahit dan Prabu Siliwangi Pajajaran Raja Brawijaya V (yang Moksa, menghilang di Gunung Lawu.)
Prabu Siliwangi = Menghilang di bagian Selatan Kerajaan Pajajaran.
Lalakon Raja Brawijaya = Meninggalkan Cerita tentang Sabdo Palon.
Lalakon Prabu Siliwangi = Meninggalkan Cerita Uga Wangsit Siliwangi.

Cerita Sabdo Palon:

Kelak dia (Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon Noyo Genggong) akan kembali mengasuh Pemimpin Nusantara. Cerita Uga Wangsit Siliwangi = Temui Ki Santang karena kelak dari keturunan-keturunan yang pergi ke Barat-lah yang akan mengingatkan saudara-saudara sedaerah dan yang sependirian.
Lalakon Brawijaya mempunyai tokoh kunci yaitu Sabdo Palon Naya Genggong (Syech Grojogan Sewu).
Lalakon Prabu Siliwangi mempunyai tokoh kunci Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang).

Tokoh Kunci 1: Syech Gojogan Sewu/Sabdo Palon Noyo Genggong Belajar kepada Rangga Seta, dan diperintahkan mencari Goa di belakang Air Terjun untuk bersemedhi, yang kelak air terjun itu bernama Grojogan Sewu.
Tokoh Kunci 2: Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang [Abad 14 M], atau Rakean Sancang [abad ke 7 M], yamg belajar kepada Syaidina Ali Bin Abi Thalib, dan diperintahkan untuk mencari tempat untuk berdzikir dan bertafakur, yang akhirnya Ki Santang menemukan sebuah bukit yang di daerah Garut dan diberi Nama “Bukit Godog Suci”. “Godog” berarti “Proses pematangan ilmu”, Godog Ilmu/mengasah Ilmu, sedangkan Suci dinisbatkan kepada Nama Ki Santang sendiri (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang)
Tokoh 1: Grojogan Sewu merujuk kepada Rangga Seta.
Tokoh 2: Ki Santang merujuk kepada Syaidina Ali Bin Abi Thalib.
Di Majapahit ada Syech Grojogan Sewu. Di Pajajaran ada Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang. Rangga Seta belajar kepada Semar Badranaya. Syaidina Ali belajar kepada Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan. Semar Badranaya = selalu ada di setiap Jaman sampai saat ini, mengasuh, kalimat “menitis”, itu bukan sukma yang menitis tapi ilmu, yang membimbing dan ilmunya yang diturunkan atau dititiskan. Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan = selalu ada di setiap jaman, mengasuh, membimbing sama seperti Semar Badranaya.

SABDO PALON BUKAN SEMAR

Penjabaran dari kata kunci di atas.
Kisah Sabdo Palon & Uga Wangsit Siliwangi tentang Pemimpin Nusantara di Akhir Jaman adalah Ciri dari Waskitanya Raja Brawijaya V dan Prabu Siliwangi VI. Kewaskitaan tersebut diajarkan oleh Syech Grojogan Sewu. Syech Grojogan Sewu diajar oleh Rangga Seta. Rangga Seta diajar oleh Semar Badranaya.
Cerita Sabdo Palon dan Uga Wangsit Siliwangi adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Satu naskah skenario dengan sumber yang sama walaupun dari tempat yang berbeda yaitu Majapahit dan Pajajaran. Kedua kisah itu bak gayung bersambut, seperti Madu dengan Manisnya, seperti kata pepatah “asam di gunung daram di laut akhirnya bertemu juga” yang berujung kepada dua tokoh Rangga Seta dan Semar Badranaya. Secara genealogis Prabu Siliwangi VI di Kemaharajaan Pajajaran dan Prabu Brawijaya V di Kemarajaan Purihita (Majapahit), sebenarnya juga masih saudara sepupu, satu keturunan dari Prabu Jaya Darma bin Prabu Darmasiksa dari kerajaan Sunda Galuh (cikal bakal Pakuan Pajajaran dan Majapahit).
Siapakah Rangga Seta yang memiliki Kuda Putih Dan Pedang Itu?

Siapakah Semar Badranaya?
Rangga Seta = Syaidina Ali Bin Abi Thalib
Semar Badranaya = Nabi Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan

Rangga Seta yang mengajarkan kepada Syech Grojogan Sewu sejatinya adalah Syaidina Ali Bin Abi Thalib.
Mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan para pengikutnya yang pergi ke Barat untuk menemui Ki Santang, padahal konon katanya hilangnya Prabu Siliwangi karena terdesak oleh Ki Santang. Kenapa di kejar-kejar oleh Ki Santang tapi malah memerintahkan para pengikutnya yang pergi ke barat untuk menemui Ki Santang?? tidak masuk akal bukan??. (Menurut saya, Ahmad Y. Samantho, cerita pemaksaan agama Islam oleh Kean Santang kepada Bapaknya Prabu Siliwangi III (Sri Baduga Maharaja/ Raden Pamanah Rasa),adalah mitps yang sengaja diciptakan kolonial Belanda untuk kepentingan Devide et Impera-nya kepada Bangsa Nusantara.
Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi ke arat Barat untuk menemui Ki Santang seperti petikan uga berikut ini “Kalian yang di sebelah barat! Carilah oleh kalian Ki Santang! Sebab nanti, keturunan kalian yang akan mengingatkan saudara kalian dan orang lain. Ke saudara sedaerah, ke saudara yang datang sependirian dan semua yang baik hatinya”…
Prabu Siliwangi dibimbing oleh Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyo Genggong, dan Syech Grojogan Sewu dididik oleh Rangga Seta/Syaidina Ali.

Prabu Kean Santang juga dididik oleh Syaidina Ali bin Abi Thalib (Rangga Seta) di tanah Arab. Prabu Siliwangi dan Prabu Kian Santang (atau Rakean Sancang ?) satu silsilah ilmu, hanya bedanya Prabu Siliwangi belajar melalui Syech Grojogan Sewu sedangkan Prabu Kian Santang belajar langsung kepada Syaidina Ali. Untuk itu mengapa Prabu Siliwangi memerintahkan kepada pengikutnya yang pergi kebarat untuk menemui Ki Santang. Kalau kata pepatah “Saguru Saelmu Ulah Nganganggu”, apalagi beliau punya hubungan anak dan ayah mana mungkin berseteru, sudah se-ilmu, seguru, sekeluarga.
Benarlah menurut Prabu Siliwangi dalam petikan uga nya “Suatu saat nanti keturunan kita akan ada yang sadar, tapi sadar seperti terbangun dari mimpi. Dari yang hilang dulu semakin banyak yang terbongkar….”
Rangga Seta (Syaidina Ali) 7 kali mengelilingi Dunia, karena hasrat belajarnya yang tinggi. Sahabat sekaligus saudara dari Muhammad SAW ini merantau ke Nusantara karena beliaupun mengikuti Jejak Gurunya Semar Badranaya. Di Nusantara selain mengajarkan ilmu kesejatian kepada Grojogan Sewu, dia pun belajar tentang pengobatan herbal (jamu-jamuan) karena di Nusantara kaya akan tumbuhan obat dan melengkapi hasil belajarnya Rangga Seta/ Syaidina Ali di China yaitu metode totok belajar di China. Ke Nusantara rangkaian “tuntutlah Ilmu ke negeri china”, di China belajar Ilmu Totok (mirip akupuntur) di Nusantara belajar ramuan herbal.
Bukankah Ramalan Agung abad 21 mengatakan nanti pengobatan akan kembali Ke alam dan Spiritual? Siapakan yang membawanya?
Dialah “Budak Angon” dan “Pemuda Berjanggut” yang diasuh oleh Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyo Genggong dan Ki Santang (Syech Sunan Rohmat Suci Prabu Kian Santang) dan di belakangnya didampingi oleh Rangga Seta/Syaidina Ali Bin Abi Thalib Pemilik Kuda Putih dan Pedang (Simbol Kalki Avatar), serta didampingi Guru Besar Semar Badranaya/Nabiyullah Khidir Alaihi Salam Abi Abas Balya Bin Malkan (Gurunya Para Nabi).
Budak Angon, dan Pemuda Berjanggut adalah ujung dari semua kisah tentang akhir jaman di Nusantara ini, dialah tokoh kembar di akhir Jaman Laksana Nabi Musa Dan Nabi Harun. Siapakah yang mengajarkan Musa Dan Harun? Nabiyullah Khidir Bukan?
Hubungan Uga Wangsit Siliwangi, Kisah Sabdo Palon, Avatar dan Hadist Rosulullah Muhammad SAW.
Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut menguasai 4 unsur (Api, Angin, Air dan Tanah) karena hakikatnya semua penciptaan itu berasal dari 4 unsur. Mengapa dia dapat menguasai 4 unsur itu? Karena ia-lah Pancernya, menemukan sejati dirinya. (“Sedulur papat, kelimo pancer.”)
Hakikatnya Api adalah Cahaya Merah, Angin adalah Cahaya Kuning, Air adalah Cahaya Putih, Tanah adalah Cahaya Hitam.
Merah hakikatnya Syaidina Abu Bakar, Kuning adalah Syaidina Umar, Putih adalah Syaidina Usman Dan Hitam adalah Syaidina Ali.
Hadist Tentang Akhir Zaman Menuju Kebangkitan Indonesia.
Sabda Nabi SAW.
“Akan datang dari Sulbi ini (Syaidina Ali Bin Abi Thalib) seorang Pemuda yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu meyakini yang demikian itu, hendaklah kamu turut menyertai Pemuda dari Bani Tamim itu. Sesungguhnya Dia datang dari sebelah Timur, dan dialah pemegang panji-panji Al-Mahdi”. (At-Tabrani)
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Aku pun bertanya, “Mengapakah kami melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?” Beliau menjawab, “Kami ahlul bait telah Allah SWT pilih untuk kami akhirat lebih utama dari dunia. Kaum kerabatku (Ahlul Bayt-ku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalku kelak, sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan. Sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa di antara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salju. Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.” (riwayat Abu Daud, Al Hakim At Tarmidzi, Ibnu Majjah, lbnu Hibban, Abu Nu’aim, lbnu ‘Asakir, Ibnu‘Adli, Adh Dhahabi, Abu Asy Syeikh)
Panji-Panji Hitam dari Timur bukan Bendera yang disablon yang beredar seperti saat ini, panji Hitam itu menjelaskan satu kaum yang belajar kepada Syaidina Ali bin Abi Thalib, yang di sebarkan oleh Budak Angon dan Pemuda Berjanggut. Karena hakikat warna Hitam adalah Syaidina Ali, Hitam juga hakikat bumi, Budak Angon dan Pemuda Berjanggut adalah Pancer Bumi, Khalifah fil Ardhi.
Mengapa Rasulullah mengatakan Sulbinya Ali Bin Abi Thalib? Kenapa tidak yang lain?
Mengapa Uga Wangsit Siliwangi mengatakan temui Ki Santang kepada para pengikutnya yang pergi ke Barat? Mengapa Prabus Siliwangi tidak mengatakan kepada yang pergi ke Barat untuk menemui anak-anak nya yang lain selain Ki Santang?
Itulah yang saya uraikan sebelumnya, Uga Wangsit Siliwangi, Kisah Sabdo Palon dan Hadist Rosululloh adalah satu kesatuan Skenario Jagat. Kisah ini bukan rekayasa, di luar jangkauan karangan manusia, karena kisah ini terjadi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Inilah bukti kekuasaan Tuhan YME, bahwa Tuhan ingin menegaskan bahwa Ratu Adil ini dari Nusantara untuk Dunia.
Mungkin saja Syayidina Imam Ali bin Abi Thalib KW tak hanya sekedar secara intelektual dan spiritual pernah hadir di Nusantara (Sundaland-Tanah Jawi), tapi juga hadir dalam (dengan) seluruh kemanusiaan-ilahiyahnya. Wallahu alam bi shawab.
Kembali Ke kekuatan 4 Unsur (Api, Angin, Air dan Tanah) yang katanya jurus Kalki Avatar.
Hakikat Cahaya Merah = Unsur Api = Syaidina Abu Bakar = Huruf Alif
Hakikat Cahaya Kuning = Unsur Angin = Syaidina Umar = Huruf Lam Awal
Hakikat Cahaya Putih = Unsur Air = Syaidina Usman = Huruf Lam Akhir Hakikat Cahaya Hitam = Unsur Tanah = Syaidina Ali = Huruf Ha

Dari mana asal dari cahaya 4 rupa itu?

Dari Johar Awal inilah bibit semua ciptaan/materi termasuk Ruang Dan Waktu. Tasjid yang menjadi Pancernya.
Yang menguasainya Budak Angon dan Pemuda Berjanggut kepada 4 unsur tadi karena beliau sudah menemukan Tasjid Muhammad (Sajatining Syahadat) di dalam dirinya, Mengenal dirinya, Mengenal Tuhan-Nya. Ma’rifat, mengetahui awal dan akhir, mulih ka jati mulang ka asal.
Budak Angon dan Pemuda Berjanggut sudah menjadi pancer/pusat, tidak TERBATAS ruang dan waktu, apa yang ingin terkabul,
Hadits:
Dari Abdullah, Nabi S.A.W bersabda:
“Jika umur dunia tinggal sehari saja niscaya ALLAH SWT akan memanjangkan hari itu hingga bangkit padanya seorang lelaki dari keturunanku atau dari kaum keluargaku, yang namanya seperti namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesaksamaan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezaliman dan kekejaman”. (Hadits Riwayat Abu Daud dan Tarmizi)
Muhammad = Sifat yang terpuji
Abdullah = Hamba Allah
Singkatnya Budak Angon dan Pemuda berjanggut adalah Insan Kamil ,orang yang telah mengetahui hakikat dirinya, mengetahui Tasjid di dalam dirinya. Menjadi hamba Allah yang terpuji. Karena sudah mengetahui Sejatinya Syahadat dalam dirinya.
Menjadi pancer akan menebarkan rahmat ke delapan arah mata angin.
Bukankah lambang Majapahit siwha di tengah dan ada 8 batu merah delima di kedelapan arah.

Berdasarkan filosofi Aksara Jawa
DA» Dumadining dzat kang tanpa winangenan: (menerima hidup apa adanya.)
LA» Lir handaya paseban jati. ( mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi .)
PA» Papan kang tanpa kiblat . (Hakekat Allah yang ada di segala arah.)
NA» Nur candra, gaib candra, warsitaning candara. (pengharapan manusia hanya selalu ke sinar/cahaya Illahi.)
DA = 6, LA = 10, PA = 11, NA = 2 (urutan aksara jawa)
6+10+11+2 = 29, 2+9 = 11, 1+1 = 2
Mustika  MERAH DELIMA = MARAHA DALAMA
MA» Madep mantep manembah mring Ilahi. (mantap dalam menyembah Ilahi.)
RA» Rasaingsun handulusih. (rasa cinta sejati muncul daricinta kasih nurani.)
HA» Hana hurip wening suci. (adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci)
DA» Dumadining dzat kang tanpa winangenan: (menerima hidup apa adanya.)
LA» Lir handaya paseban jati. ( mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi .)
MA» Madep mantep manembah mring Ilahi. (mantap dalam menyembah Ilahi.)
(MA = 16, RA = 4, HA = 1, DA= 6, LA = 10, MA = 16) (urutan aksara jawa)
16+4+1+6+10+16 = 53, 5+3 = 8
Delapan/DALAPANA = 2
Merah Delima/MARAHA DALAMA = 8
2 = Simbol Dzat & Sifat
8 = Malaikat Penjaga Arsy
Dalam al-Qur’an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force, yang menjunjung ‘Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan ‘Arsy, yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat Kiamat “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka” (al-Haqqah 69 : 17).
Delapan Merah Delima dalam Lambang Majapahit adalah menceritakan bahwa Gambar Shiwa adalah Lambang Pancer dalam diri manusia, sama seperti lambang bintang dalam dada Garuda Pancasila, dalam konsep Sunda adalah INGSUN yang menguasai 4 unsur tadi, merah delima di segala penjuru adalah kemana pun kamu menghadap harus mantap dalam menyembah ilahi (Madep mantep manembah mring Ilahi).
Pesan tersirat lambang delapan merah delima di mana Gambar Shiwa sebagai pusatnya menandakan mengenal Tuhan bisa Perjalanan Ke dalam (inner journey) atau Perjalanan luar.
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. QS. al-Baqarah 2: 155)
Ke manapun kita melihat di situ Ada Tuhan, Ada Dzat dan Sifat-Nya, ke mana pun Kita melihat disitu Ada Arsy-Nya, Ada Singgasana-Nya.
Barang Siapa manusia yang mengenal dirinya Dia Akan mengenal  Tuhan-Nya baik Dzat-Nya, Sifat-Nya, Asma-Nya, Af’al-Nya (Ciptaannya/Perbuatannya/Kuasanya)
Budak Angon dan Pemuda Berjanggut senyata sejatinya adalah Aji Kalimasada/Dua Kalimat Syahadat, Senjata yang dapat menghancurkan gunung, yang dapat mensejahterakan ke penjuru alam, yang dapat memuliakan manusia tanpa membeda-bedakan agama, ras, maupun golongan, dua itu yang menjadikan dirinya dicintai semua orang bahkan seluruh mahluk, karena dua itulah yang menjadikannya welas asih, yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit baik dzohir maupun batin.
2 (Dua) itu ketentuan, saling berpasangan, hukum penciptaan. 2 (Dua) itulah yang di ajarkan oleh Rangga Seta/Syaidina Ali kepada Syech Grojogan Sewu/Sabdo Palon/Noyon Genggong Dan Prabu Kian Santang. 2 itulah yang di ajarkan Semar Badranaya/Nabi Khidir AS.
Kalimat Syahadat adalah Kun Fayakun,Awal dan Akhir Alam semesta, dibuka dengan Syahadat ditutup oleh Syahadat, Kalimat Yang Menjadikan.
Itulah Sejatinya Aji Kalimasada, Sakti Mandraguna Tanpa Ajimat, Sabda-nya Sabda mukti (Saucap Nyata Saciduh Metu) apa yang diinginkan terkabul, karena dari Aji Kalimasada itu akan menjadi 2 kembali yaitu Rahman & Rahim (welas asih), Rahman dan Rahiim itulah Given dari Tuhan-Nya.
Manusia yang mendapatkan Rohman Dan Rohim Dari Tuhan-Nya lah yang Akan memimpin Dunia ini Dan mewarisinya.
Sejatinya bukan Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut yang Merubah Dunia, Tapi Tuhan YME-lah yang Menghendakinya, Tuhan YME-lah yang telah memilih Budak Angon Dan Pemuda Berjanggut yang memimpinnya.
Ini adalah lalakon Jagat, Tuhan-lah Maha Sutradaranya. perbedaan adalah ketentuan, karena perbedaan itulah cerita menjadi menarik, perbedaan bukan untuk bermusuhan, perbedaan adalah untuk supaya manusia mengenal Pencipta-Nya. Karena kebenaran adalah Tuhan Yang Memilikinya.
Wallahu’alam
Sabda Nabi SAW.
“Akan datang dari Sulbi ini (Syaidina Ali Bin Abi Thalib) seorang Pemuda yang akan memenuhi bumi ini dengan keadilan. Maka apabila kamu meyakini yang demikian itu, hendaklah kamu turut menyertai Pemuda dari Bani Tamim itu. Sesungguhnya Dia datang dari sebelah Timur, dan dialah pemegang panji-panji Al-Mahdi”. (At-Tabrani).


KATA BIJAK

#Semar#
1. Urip iku Urup
Hidup itu merupakan nyala jiwa. Hidup itu hendaklah selalu memberikan mamfaat bagi setiap manusia disekitar kita.
2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara
Wajib hukumnya berusaha memberikan keselamatan, kebahagian, dan kesejahteraan serta membuang jauh sifat angkara murka, serakah dan tamak.
3. Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti
Semua sifat picik, keras hati dan angkara murka, cuma bisa dikalahkan dengan sikap yang bijaksana, lembut hati dan sabar.
4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha
Berjuanglah tanpa membawa massa, menanglah tanpa harus merendahkan dan mempermalukan, berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan, dan keturunan, kaya tanpa harus didasari hal-hal yang bersifat materi
5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan
Jangan mudah sakit hati saat musibah dan hasutan menimpamu, jangan sedih jika kehilangan sesuatu.
6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetn, aja aleman
Jangan mudah takjub, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut dengan suatu hal, jangan manja.
7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman
Jangan pernah terobsesi dengan kedudukan, materi, dan kepuasan yang bersifat duniawi.
8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka
Jangan pernah merasa paling pintar agar tidak salah arah. Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho
Jangan mudah terpesona dengan hal-hal yang bersifat mewah, cantik dan indah. Jangan pernah ragu dalam suatu hal, agar tetap selalu semangat.
10. Aja adigang, adigung, adiguna
Jangan suka pamer kekuasaan, kekayaan, dan kemampuan



Senin, 27 Januari 2020

#BALASLAH KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN#


Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Q.S. Fushshilat [41]: 34-35).
Sehubungan dengan ayat tersebut, Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma mengatakan, “Allah memerintahkan kepada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang berbuat jahil, dan memaafkan ketika ada orang yang berbbuat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan syaitan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.”
Ibnu Katsir juga mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.”
Begitulah, ayat ini berkaitan dengan akhlak seorang Muslim, yang harus menghiasi dirinya dengan berbagai sifat-sifat terpuji (mahmudah).
Kandungan Ayat
Pada ayat tersebut Allah menyebut dengan “Walaa tastawi al-hasanah wa las sayyi`ah (dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan).
Menurut al-Raghib al-Asfahani, secara bahasa kata al-hasanah digunakan untuk menyebut semua kenikmatan menyenangkan yang diperoleh manusia, baik pada diri, badan, maupun kondisinya.
Sedangkan al-syayyi`ah berarti sebaliknya. Dalam ayat ini juga ditegaskan bahwa keduanya laa tastawi (tidak sama).
Imam Asy-Syaukani menyebutkan, al-hasanah yang dimaksud adalah kebaikan yang diridhai Allah dan diberikannya pahala. Sebaliknya, asy-syayyi`ah adalah kejahatan yang dibenci Allah dan diberikan hukuman atasnya
Fakhruddin al-Razi menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan al-hasanah (kebaikan) di sini adalah dakwah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajak kepada agama yang haq, sabar terhadap kebodohan orang-orang kafir, tidak melakukan pembalasan, dan  tidak berpaling kepada mereka.
Kemudian Allah menyebut, idfa’ bi al-lati hiya ahsan (tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik). Diterangkan oleh Imam Asy- Syaukani, pengertian dari ayat ini adalah: Tolaklah keburukan jika datang kepadamu dengan pembalasan yang lebih baik, yakni membalas keburukan dengan kebaikan, dosa dengan maaf, serta kemarahan dengan kesabaran.
Kelak manfaatnya adalah, seperti urian ujung ayat, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia).
Dikatakan oleh Ibnu Katsir, “Apabila kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu, maka kebaikan itu akan menuntun dia untuk mencintai dan condong kepadamu hingga dia berubah seolah-olah sahabat dekatmu karena kasih sayang dan kebaikannya”.
Abdurrahman As-Sa’di menjelaskan, apabila ada orang yang melakukan keburukan kepadamu, khususnya orang-orang yang memiliki hak yang besar terhadapmu, seperti kerabat, sahabat, dan semacamnya, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Maka, balaslah dengan kebaikan.
Jika memutuskan silaturahim, maka sambunglah; jika menzalimimu, maafkanlah; jika membincangkan keburukanmu, baik di depanmu atau di belakangmu, jangan dibalas, namun maafkan dan perlakukanlah dengan perkataan yang lembut. Jika memutuskan hubungan dengan kamu dan tidak menyapamu, maka perbaikilah perkataanmu terhadapnya dan berikanlah salam. Jika kamu membalas keburukan dengan kebaikan, akan menghasilkan faedah yang besar.
Anugerah bagi yang Sabar
Setelah diterangkan tentang perintah membalas keburukan dengan kebaikan beserta faedahnya, kemudian Allah mengakhir dengan: wamaa yulaqqaahaa illaa al-ladziina shabaruu (sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang yang sabar).
Menurut al-Asfahani, al-shabr di sini berarti menahan diri dalam kesusahan. Seperti juga dikatakan Imam Ath-Thabari, tidak diberikan sifat mau membalas keburukan dengan kebaikan itu kecuali orang-orang yang sabar.
Demikianlah, maka tindakan membalas kebaikan dengan kebaikan merupakan akhlak terpuji yang diperintahkan. Seperti Allah seburkan juga pada ayat lain:
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”. (Q.S. Ar-Rahman [55]: 60).
Ayat pada surat Fushshilat tadi memerintahkan lebih dari itu. Yakni membalas keburukan dengan kebaikan. Tindakan ini bisa memberikan manfaat besar, baik orang yang membalas atau orang yang dibalas. Di antara kegunaannya, sebagaimana diungkap ayat ini adalah dapat mengantarkan kepada orang yang memusuhi menjadi kawan dekat.
Ketika Al-Bashri Digunjing
Praktik membalas kejahatan dengan kebaikan, antara lain pernah dilakukan oleh Imam Hasan Al-Bashri. Ketika suatu saat pembantunya menyampaikan bahwa seseorang telah menggunjing dan menjelek-jelekkan namanya. Mendengar hal tersebut, Hasan Al-Bashri kemudian meminta pembantunya tadi untuk menghadiahkan kurma kepada orang yang menjelek-jelekkannya tersebut.
Pembantu berkata, “Wahai Imaam, bukankah dia telah menjelekkan engkau di hadapan orang banyak. Tapi mengapa engkau malah menghadiahinya kurma?” Sang Imaam pun menjawab, “Bukankah sudah sepantasnya aku memberikan hadiah bagi orang yang telah memberikan kesempatan pahala dari Allah buatku?”.
Begitulah, Hasan Al-Bashri sedang memberikan pelajaran berharga bukan hanya buat pembantunya, tetapi kita semua. Agar tetap menjadi pribadi yang tenang dan menenangkan. Bukan pribadi yang gelisah dan penuh amarah. Tenang bukan berarti tidak mampu, tenang bukan berarti kalah, tenang bukan berarti lambat. Tenang adalah seni menyampaikan kritikan dengan bahasa yang lembut, tenang adalah penyampaian fakta keras dengan cara yang santun, tenang adalah penolakan berat dengan cara yang ringan.
Itu pulalah yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam ketika penduduk Thaif melemparinya dengan batu. Beliau malah berdoa, “Allahummahdii qawmii fainnahum laa ya’lamuun” (Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku ini, karena sesungguhnya mereka tidak tahu apa-apa).
Film Shalahuddin al-Ayyubi (YouTube)
Kebaikan Shalahuddin al-Ayyubi
Begitu pula telkdan kebaikan yang telah dilakukan oleh Panglima Islam Shalahuddin Al-Ayyubi, Sang Pembebas Al-Aqsha Palestina dari cengekeraman Salibis.
Yaitu, setelah 88 tahun Al-Quds dikuasai serdadu Perang Salib, Palestina akhirnya kembali ke pangkuan umat Islam,  tahun 1187 atau setelah tiga bulan berjibaku dalam pertempuran Hittin.
Pembebasan Al-Quds yang dilakukan pasukan Islam di bawah komando Shalahuddin sungguh amat berbeda, ketika tentara Perang Salib mendudukinya pada 1099. Shalahuddin menepati janjinya. Jenderal dan panglima perang tentara Islam itu membebaskan Al-Quds menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi.
Tak ada balas dendam dan pembantaian, penaklukan berlangsung seperti yang diajarkan Al-Quran. Padahal, sebelumnya ketika 40 ribu tentara Perang Salib yang dipimpin Peter The Hermit menyerbu tanah suci Palestina, mereka datang dengan dirasuki fanatisme agama yang membabi buta.  Kala itu seluruh kota Al-Quds banjir darah dan bangkai manusia. Suasana penuh dendam dan amarah, terjadi pula ketika pasukan Perang Salib menguasainya.
Pada tahun 1194, Richard Si Hati Singa, juga memerintahkan untuk menghukum mati 3.000 umat Islam, yang kebanyakan di antaranya wanita-wanita dan anak-anak, secara tak berkeadilan.
Semua itu sungguh jauh berbeda dengan ketika Shalahuddin datang membebaskan Al-Quds.
Bahkan seorang Penulis ternama dari Barat, Karen Amstrong dalam bukunya Perang Suci menggambarkan, saat Shalahuddin dan pasukan Islam membebaskan Palestina, tak ada satu orang warga Kristen pun yang dibunuh. Tak apa pula perampasan harta benda.
”Jumlah tebusan pun disengaja sangat rendah. Bahkan, Shalahuddin menangis tersedu-sedu karena keadaan mengenaskan akibat keluarga-keluarga yang hancur terpecah-belah. Dan ia pun membebaskan banyak dari mereka, sesuai imbauan Al-Qur’an,” papar Amstrong.
Keadilan Shalahuddin pun membuat umat Nasrani yang tinggal di Al-Quds kala itu berdecak kagum. Seorang tua penganut Kristen pun bertanya kepada Shalahuddin. ”Mengapa Tuan tidak membalas dendam terhadap musuh-musuh Tuan?”
Shalahuddin menjawab, ”Islam bukanlah agama pendendam, bahkan sangat mencegah dari melakukan perkara di luar perikemanusiaan. Islam menyuruh umatnya menepati janji, memaafkan kesalahan orang lain yang meminta maaf dan melupakan kekejaman musuh ketika berkuasa walaupun ketika musuh berkuasa, umat Islam ditindas.”
Mendengar jawaban itu, bergetarlah hati orang tua itu. Ia pun kemudian berkata, ”Sungguh indah agama Tuan! Maka di akhir hayatku ini, bagaimana untuk aku memeluk agama Tuan?” Salahuddin pun berkata, ”Anda cukup mengucapkan dua kalimah syahadah.”
Anugerah Kebaikan
Memang bukan perkara yang mudah untuk menahan marah dengan tetap berbuat ramah. Apalagi kemudian membalasnya dengan hal yang sebaliknya. Tidak semua orang memang mampu melakukannya, kecuali yang diberi kesabaran dan anugerah kebaikan.
Itu pulalah yang menjadi salah satu hikmah disyariatkannya puasa, nilai pengendalian diri. Seperti disebutkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah tentang keutamaan puasa, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengingatkan, yang artinya: “Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak bertengkar, maka katakanlah, “Saya sedang berpuasa. Saya sedang berpuasa. Saya sedang berpuasa”. (H.R. Bukhari).
Mulut yang senantiasa mengucapkan kata-kata indah bukan kata-kata kotor, kata-kata yang menyejukkan bukan yang menyakiti, kata-kata yang menenangkan bukan yang menggelisahkan, kata-kata yang memaafkan bukan yang mendendam, kata-kata yang memuliakan bukan yang menghinakan.
Begitulah, maka menjadi terasa indah ayat, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar”. (Q.S. Fushshilat [41]: 34-35).

#Sejarah#
12 Prinsip Hidup Islami Ala Kiai Semar Badranaya
Dalam sebuah kesempatan, Kiai MbelingEmha Ainun Nadjib pernah menegaskan bahwa tokoh sentral dalam panakawan yakni Semar, sebagaimana yang selama ini terlanjur dikenal banyak orang. Dan karena Semar bukan badut melainkan justru gagasan tentang Nabi Muhammad, maka dia bukanlah sosok yang layak dijadikan bahan tertawaan, melainkan sebaliknya mesti dijadikan panutan, terutama oleh manusia Muslim Jawa.
Jika kita telusuri, baik dari cerita tutur turun-temurun maupun transkrip kuno, manusia Jawa percaya bahwa Semar adalah kakek moyang pertama atau perwujudan dari manusis Jawa yang pertama. Dialah sosok yang mengemban “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi  atau Tuhan Yang Maha Esa, untuk terus hadir dengan keberadaannya pada setiap saat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yang dia kehendaki.
Konon salah satu di antara sekian makna nama Semar adalah haseming samar-samar. Disebut demikian karena Semar dianggap samar wujudnya; dia berwajah laki-laki, tapi perawakannya seperti perempuan dengan perut dan dada besar. Rambutnya putih dengan kerutan di wajah,  menandakan dia sudah lanjut usia, namun sebaliknya, rambutnya juga berbentuk kuncung seperti umumnya ciri khas anak-anak. Bibir Semar tampak tersenyum, tapi matanya menandakan tangis. Pakaiannya sarung kawung khas para abdi, tapi di setiap saat krusial para Ksatria Pandawa, justru dari lisannya ditunggupitutur tingkat tinggi berupa solusi.
Selain samar wujudnya, kadang samar pula pitutur dan piwulang Kiai Semar. Konon hanya manusia berakal atau mereka yang mau berpikir menggunakan akalnya lah yang akan mampu memahami, baik secara tersirat maupun tersurat setiap tuntunan yang disampaikan, baik melalui ucapan maupun tindakannya.
Di satu sisi, para mistikus Jawa menyebut Semar sebagai lambang gelap gulita, lambang misteri, lambang ketidaktahuan mutlak, yakni ketidaktahuan kita mengenai Tuhan. Namun di sisi lain, tokoh yang di kalangan para dalang juga dikenal dengan nama Kiai Lurah Semar Badranaya atau Nur Naya ini, dipercaya sebagai pemilik cahaya tuntunan khas seorang penuntun dan pemimpin, yang berkelayakan menjalankan tugas menuntun manusia dengan cahaya ilmunya, ke jalan yang benar, sesuai kehendak Tuhan.
Di antara sekian banyak tuntunan yang diajarkan Kiai Semar, berikut ini 12 prinsip hidup yang setidaknya dapat kita kaji dan ambil manfaatnya bagi kehidupan kita sebagai manusia Jawa, sekaligus umat Islam di Indonesia.
Pertama: Eling lan bekti marang Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung maksud bahwa manusia yang sadar akan dirinya hendaknya selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan bagi dirinya untuk hidup dan berkarya di alam yang indah ini.
Kedua: Percoyo lan bekti marang Utusane Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini mengandung makna bahwa manusia sudah seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan ajarannya masing-masing, karena sudah pasti bahwa semua konsep para Utusan Allah tersebut adalah anjuran pada kebaikan.
Ketiga: Setyo marang Khalifatullah lan Penggede Negoro. 
Prinsip ini berarti bahwa setiap manusia yang tinggal di suatu wilayah, maka sudah selayaknya bahkan berkewajiban untuk menghormati dan mengikuti semua peraturan yang dikeluarkan oleh para pemimpinnya yang baik, benar dan bijaksana.
Keempat: Bekti marang Bhumi Nusantoro.
Prinsip ini menekankan agar setiap manusia yang tinggal dan hidup di bumi Nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan memperlakukan bumi Nusantara ini dengan baik, sebab bumi inilah yang telah memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
Kelima: Bekti marang Wong Tuwo.
Prinsip ini mengingatkan setiap manusia bahwa dirinya tidak serta-merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantaraan Ibu dan Bapaknya. Maka hendaknya hormatilah, muliakanlah keduanya yang telah memelihara dan membesarkan kita dengan kasih sayang dan pengorbanan tulusnya.
Keenam: Bekti marang Sedulur Tuwo.
Prinsip ini mengajak kita agar senantiasa sadar diri untuk menghormati saudara yang lebih tua dari sisi umur dan lebih mengerti daripada kita dari sisi ilmu, pengetahuan dan kemampuannya.
Ketujuh: Tresno marang kabeh Kawulo Mudo.
Prinsip ini mengajari kita agar selalu menyayangi mereka yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan pengetahuan kita kepada mereka, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
Kedelapan: Tresno marang Sepepadaning Manungso.
Prinsip ini mengajarkan satu pemahaman substansial bahwa sejatinya semua manusia itu sama, meski berbeda warna kulit, bahasa, budaya dan agamanya. Maka sudah selayaknya kita hormati sesama manusia dengan kesadaran bahwa mereka semua memiliki harkat dan martabat yang sama sebagaimana halnya kita juga.
Kesembilan: Tresno marang Sepepadaning Urip.
Prinsip ini menuntun kita agar tak hanya menghormati sesama manusia, melainkan juga semua makhluk ciptaan-Nya. Sebab semua makhluk yang diciptakan Allah adalah makhluk yang keberadaannya maujud karena kehendak Allah yang Kuasa. Maka dengan menghormati semua ciptaan Allah, sama artinya kita telah menghargai dan menghormati Allah sebagai penciptanya.
Kesepuluh: Hormat marang Kabeh Agomo.
Prinsip ini menekankan sikap toleransi, dalam artian hendaknya kita hormati semua agama atau aliran kepercayaan yang ada, dan otomatis termasuk juga para penganutnya.
Kesebelas: Percoyo marang Hukum Alam.
Prinsip ini menggugah kesadaran kita bahwa selain menurunkan kehidupan, Allah juga telah menurunkan Hukum Alam sebagai hukum sebab-akibat. Maka disini berlaku kaidah alamiah bahwa barang siapa yang menanam maka dia pula yang akan menuai hasilnya. Siapa yang berbuat kebaikan, pasti akan berbuah kebaikan, sebaliknya bagi mereka yang berbuat jahat, sudah pasti akan tertimpa laknat. Inilah yang dalam kepercayaan manusia Jawa kadang disebut sebagai Hukum Karma.
Keduabelas: Percoyo marang Kepribaden Dhewe tan Owah Gingsir.
Prinsip ini menanamkan keinsyafan bahwa setiap manusia ini pada dasarnya rapuh dan hatinya berubah-ubah, maka hendaklah setiap diri kita menyadarinya agar dapat menempatkan diri di hadapan Allah dan selalu mendapat perlindungan dan rahmat-Nya dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.
***
Itulah 12 prinsip hidup yang diajarkan oleh Kiai Semar Badra Naya kepada manusia Jawa yang hidup di bumi Nusantara. Keduabelas prinsip hidup dan ajaran adiluhung yang kesemuanya dapat dirangkum ke dalam tiga konsep hubungan universal, yakni hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan seluruh alam semesta ciptaan-Nya.
Dengan lebih memahami 12 prinsip hidup sebagaimana telah diuraikan di atas, semoga kita semua, baik sebagai manusia Jawa, manusia Indonesia, maupun manusia beragama yang hidup di bumi Nusantara, pada akhirnya dapat saling menghormati satu sama lain, karena kita sadar bahwa begitulah hendaknya kita bersikap dalam hidup. Hidup secara baik dan benar, yang didasari penghormatan, kepatuhan dan ketaatan kita kepada Sang Pemberi Hidup.

1. Urip iku Urup. Hidup itu merupakan nyala jiwa. 

Menjalani hidup itu hendaknya dapat memberi manfaat bagi setiap orang yang ada disekitar kita.

2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara. 

Harus dan wajib hukumnya mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak dalam diri.

3. Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti.

Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, sabar dan tawakal.

4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha. 

Berjuang tanpa perlu membawa pasukan, menang tanpa merendahkan/mempermalukan lawan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan. Kaya hati (tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi)

5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan. 

Jangan gampang sekali sakit hati manakala musibah/hasutan datang menimpa diri. Jangan sedih jika sedang kehilangan sesuatu (ikhlaskan saja).

6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetn, aja aleman.

Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah sekali menyesal jika melakukan sesuatu, jangan mudah terkejut , dan jangan pernah manja (kolokan)

7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman.

Jangan pernah terpesona dengan kedudukan jabatan, materi, dan kepuasan didunia ini (ingat itu).

8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka. 

Jangan merasa paling pintar agar kamu tidak salah dalam arah, jangan pernah berbuat curang jika kalian tidak mau celaka.

9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho. 

Jangan pernah terhasut/tergiur pada hal-hal yang nampak mewah, cantik, dan keindahan. Jangan pernah berpikir semua gampang/plin-plan agar nanti tidak kendur niat dan semangat diri kita.

10. Aja adigang, adigung, adiguna.

Jangan sok berkuasa, sok kaya, sok punya segalanya, sok raja. (intinya jangan pamer kekuasaan)

Itulah 10 Kata bijak yang sering diucapkan oleh tokoh wayang fenomenal yaitu kyai semar, dapat kamu aplikasikan dikehidupan sehari-hari karena memang kata-katanya sangat bermanfaat bagi diri kita dikemudian hari.

Semoga bermanfaat....

Benarkah Semar Tajalli Jawa dari Nur Muhammad?

Benarkah Semar Tajalli Jawa Nur MuhammadIslamIndonesia.id—Benarkah Semar Tajalli Jawa dari Nur Muhammad?
Semar merupakan pendakwah jalan kebaikan dan kebenaran sebagaimana yang tersebut dalam tembang Lir-ilir. Dalam Riwayat Sunan Kalijaga, tembang ini konon diciptakan oleh Sunan Ampel atau Raden Rahmat. Di dalam tembang ini terdapat makna religius yang disampaikan lewat syair-syairnya.
“Lir-ilir, lir-ilir, tandure wis sumilir, tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar. Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro. Dodot iro, dodot iro, kumitir bedah ing pinggir, dondomana jlumatana, kanggo seba mengko sore. Mumpung jembar kalangane, mumpung padhang rembulane, yo surako, surak hayo.”
Makna yang tersirat dalam syair-syair tembang Lir-ilir di atas adalah ajakan untuk menjalankan rukun Islam dan berbuat kebajikan. Artinya, terdapat nasihat untuk menjadi Muslim yang baik.
Pada bait pertama, syair Lir-ilir diulang-ulang agar orang-orang yang belum masuk Islam terbangun dan tersadar menuju pemikiran yang lebih segar. Benih-benih iman yang yang sudah tumbuh diharapkan dapat dirawat dengan baik. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim mempunyai perilaku mulia atau laku utomo seperti sopan santun, suka menolong, dan menyenangkan hati orang lain.
Pada bait kedua, mengandung makna bahwa seorang Muslim hendaknya memiliki jiwa yang kuat, pemberani, tanpa kenal lelah, dan tak mudah putus asa, sehingga akan membentuk pribadi yang sabar dan pantang menyerah dalam menggapai cita-cita mulia. Seorang Muslim sejati harus mampu melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh agama. Tujuannya agar menjadi manusia yang berbudi, berakhlak mulia, disayang orang banyak, dan suka menolong tanpa pamrih.
Syair dalam bait ketiga mengajarkan agar setiap Muslim melakukan taubat yang sesungguhnya (taubatan nasuha). Artinya, bersedia memperbaiki kesalahannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Perbuatan yang sudah diperbaiki tujuannya sebagai bekal di kehidupan akhirat nanti, karena kehidupan di dunia hanyalah sementara. Maka diperlukanlah shalat, zakat, puasa, haji, sedekah, dan lain sebagainya sebagai bekal bagi mereka untuk kehidupan di akhirat.
Terakhir, Lir-ilir ditutup dengan ajakan untuk segera memperbaiki diri, segeralah berbuat kebaikan dan melaksanakan kewajiban yang telah diperintahkan. Waktu yang ada jangan disia-siakan tanpa guna dan berlalu begitu saja tanpa hasil.
Kenapa demikian? Karena segala kewajiban yang dilaksanakan dengan baik dan sempurna akan mendapatkan balasan yang baik pula di kehidupan akhirat nanti. Oleh karena itu, berbahagialah orang-orang yang mampu melaksanakan segala kewajiban dengan baik.
Intinya, tembang Lir-ilir dapat menjadi pedoman bagi setiap Muslim untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Jelaslah sudah bahwa tokoh Semar yang digagas oleh Wali Sanga, dengan perwatakan sebagaimana tergambarkan dalam tembang Lir-ilir, mempunyai misi untuk menyampaikan dakwah tentang ajaran agama Islam.
Akhirnya, apabila seseorang dapat meresapi perwatakan dari Semar sebagai sosok Muslim, maka dia akan mengatakan bahwa Semar dapat merepresentasikan karakter kepribadian Muslim ideal, yang merupakan tajalliatau pengejawantahan Nur Muhammad dalam versi Jawa.
Benarkah demikian? Wallahu ‘a’lam..
Lir-ilir, lir-ilir
Tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.
Tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar.
Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.
Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi.
Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.
Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro.
Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.
Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir.
Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore.
Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane.
Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.
Yo surako surak hiyo.
Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25).

Dengan Penuh rasa Cinta dan Kasih Sayang, Para leluhur orang jawa memberikan wejangan-wejangan, pelajaran-pelajaran dan nilai-nilai spiritual dan budaya yang berharga dalam hidup dengan perantaraan teladan dan kata kata bijak yang merupakan suatu isi atau inti atas apa yang telah mereka dapatkan dari berbagai pengalaman hidup mereka itu, kepada generasi berikutnya.


Tujuan dari diberikannya wejangan dan pitutur dari para sesepuh jawa tersebut tidak lain adalah agar keturunan mereka itu kiranya bisa terhindar dari setiap kekeliruan, keburukan dan kesengsaraan sebagaimana yang dulu mereka alami.


Harapan para leluhur orang Jawa dengan memberikan banyak pelajaran dan wejangan melalui pitutur jawa, kata kata mutiara, serta pepatah dan ajaran bijak kepada keturunan mereka itu hanyalah agar anak cucu mereka dapat menjalani hidup dengan nilai dan kualitas yang lebih baik dibanding kehidupan mereka.


 

Nasehat-Nasehat para Leluhur itu di tuturkan turun temurun dari generasi ke generasi, terutama lagi bagi orang-orang yang hingga kini meyakini aliran kejawen dalam bertata laku dan berkehidupan, yang biasa mereka dapatkan dalam bentuk wejangan wejangan bijak dari kitab leluhur maupun belajar dari kearifan kearifan budaya lokal lainnya.


 Kalimat nasehat dan kata kata bijak Jawa yang sarat akan pelajaran pelajaran hidup tersebut  dalam kebudayaan Jawa tidaklah disebarkan melalui media lisan semata, namun juga melalui media Tertulis, namun sayang sekali tulisan-tulisan tersebut kini hanyalah tersisa sedikit saja, Sebagaimana yang kita lihat pada prasasti-prasasti dan serat-serat lontar yang mungkin sudah dalam keadaan yang kurang terawat.


www.info-sipaijo.blogspot.com
Kanjeng Sunan Kalijaga

Selain karena kitab kitab dan catatan jawa kuno tersebut telah banyak yang dimusnahkan juga oleh bangsa penjajah dan benda benda bersejarah nenek moyang orang jawa ini banyak yang mereka bawa ke negeri asal mereka sebagai salah satu strategi agar bangsa bangsa Nusantara kehilangan jati diri dan menjadi bangsa yang kekurangan rasa percaya diri karena seolah tidak memiliki prestasi dalam peradannya serta tidak tahu akan nilai nilai luhur  bangsa nenek moyangnya.


Karenanya, dengan mempelajari kembali nilai nilai filosofis dan pelajaran pelajaran hidup dari para leluhur kita dari generasi ke generasi maka warisan budaya jawa yang baik dan bijak dari para sesepuh jawa juga akan terus terjaga dan lestari.


 Nilai nilai budaya yang baik tersebut sangatlah  bagus untuk dijadikan renungan, pedoman hidup yang bagus pula untuk dicontoh dan diteladani, khususnya bagi orang jawa sendiri.


Dengan kandungan maknanya yang sangat mendalam dan berharga itu seyogyanya warisan leluhur yang baik-baik dapat kita di genggam erat dan lestarikan dan lebih kita sempurnakan lagi agar lebih baik untuk dijadikan suatu falsafah hidup yang penting untuk diwariskan hingga kepada anak cucu kita sehingga tidak sampai diklaim oleh bangsa lain yang juga mencintai dan juga mengagumi kebudayaan bangsa kita.

 

  Karenanya pada postingan artikel kali ini saya ingin sajikan beberapa kutipan kata kata mutiara bijak dari nenek moyangnya orang Jawa, sengaja saya sertakan juga artinya secara harfiah dan juga pengertiannya atau maknanya secara bahasa agar pembaca yang belum paham atau belum mengerti bahasa jawa juga bisa mendapatkan manfaat dari pitutur dan wejangan para leluhur dan sesepuh saudara saudara kita orang jawa ini. :)

 

  Sebab Kata Kata Mutiara dan Nasehat Bijak Jawa Kuno dari Para Leluhur Jawa, adalah juga salah satu dari pondasi Falsafah hidup bangsa Indonesia yang begitu indah dan sarat akan nilai dan makna kehidupan yang tinggi sekaligus mendalam, dan sangat berguna sebagai dasar pembangunan dan kemajuan bangsa.


Semoga artikel ini dapat menginspirasi kita semua sehingga bisa bermanfaat bagi kita dalam menjalani kehidupan kita sebagai manusia yang sedang berusaha menuju ke arah yang lebih baik, Selamat menikmati.. :) 



1. NGUNDHUH WOHING PAKARTI

(Menuai buah pekerti)


Pepatah Jawa kuno ini bermakna, setiap orang akan mendapatkan akibat dari perilakunya sendiri.


2. WITING TRESNO JALARAN SAKA KULINO

(Berawalnya cinta karena terbiasa)

Kata kata mutiara bijak jawa kuno ini sangat familiar bagi orang jawa, maknanya kurang lebih adalah, bahwa cinta biasanya akan datang jika kita telah terbiasa (dalam hal ini misalnya keberadaannya, terjalinnya komunikasi dan juga interaksi)

 

3. MEMAYU HAYUNING BAWONO, AMBRASTO DHUR ANGKORO.

(Percantik keindahan dunia, Berantaslah ke-angkaramurka-an).

Kata Mutiara Jawa kuno kali ini bermaksud memberi pesan kepada manusia agar ketika hidup di dunia hendaknya berusaha memperindah dunia ini dengan rasa cinta kasih kepada semesta, serta memberantas sifat angkara murka dan segala sifat tercela yang merusak dunia.

 

4. Ojo Gumunan, Ojo Getunan, Ojo Kagetan, Ojo Aleman


(Jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut, Jangan manja).

Makna Kata kata Bijak Jawa ini cukup jelas, 


+ Rajinlah menuntut ilmu agar wawasan semakin luas sehingga tidak mudah terheran-heran terhadap setiap gejala yang ada di kehidupan mayapada ini.


+ Giatlah berkarya dan bekerja dan pikirkan segala sesuatu dengan seksama agar nanti di masa depan tidak menjadi orang-orang yang menyesal.

+ Yang terakhir berusahalah dengan sekuat tenaga untuk menjadi orang yang kuat dan mandiri alias tidak manja.


5.Urip Iku Urup 

(Hidup itu Nyala)

Kata Bijak Jawa kuno yang satu ini juga cukup populer, maknanya adalah orang hidup sudah seharusnya menerangi atau memberi manfaat kepada setiap makhluk di sekitarnya.

 

6. Aja keminter mundhak keblinger, aja cidra mundhak cilaka

(Jangan sok pintar nanti tersesat, jangan berbuat curang nanti celaka)

Makna dari kata kata bijak jawa kuno ini mungkin sudah cukup jelas.. mari kita ingat kembali hukum karma/ hukum sebab akibat.. ;)


Lebih baik kita tidak berlaku sombong dan aniaya terhadap sesama sehingga Tuhan tidak murka dan menimpakan (kala) bencana kepada kita. 

7. Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho  


Kata bijak jawa ini artinya  :

(Menyerbu tanpa bala tentara, menang tanpa merendahkan, sakti tanpa ajian, merasa kaya tanpa banyak harta).


Sedangkan makna dari kata bijak jawa ini adalah..

+ Tetaplah menjadi pemberani dan berjuanglah sekalipun anda sendirian 


+ Menangkanlah pertarungan dengan kerendahatian tanpa merendahkan martabat orang lain


+ Jagalah wibawa dengan Kebijaksanaan walau tanpa jabatan/kedudukan 


+ Dan yang terakhir merasa cukup dan puas-lah akan karunia Tuhan sehingga anda akan tetap kaya sekalipun tanpa banyak memiliki harta. 


8.AJINING DIRI SOKO LATHI, AJINING ROGO SOKO BUSONO

(Kehormatan diri adalah dari lisan, Kehormatan raga adalah dari pakaiannya).

Arti dari Kata bijak jawa ini kurang lebih adalah Hendaknya setiap manusia memperhatikan apa yang diucapkan oleh lidahnya dan juga selalu memperhatikan perilakunya dalam pergaulan. 


Artikel lainnya : 

9. ING NGARSO SUNG TULODHO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI


(Di depan memberi teladan, di tengah membangun prakarsa {pelopor}, di belakang memberi semangat).


Pepatah Jawa kuno ini sudah pasti cukup familiar di telinga kita ya ? 

Ya, tentu saja, dari Peribahasa Jawa Kuno inilah ungkapan Tut Wuri Handayani ini diambil dan dijadikan sebagai Semboyan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 


10. MIKUL DHUWUR MENDHEM JERO


(Memikul tinggi-tinggi, memendam dalam-dalam)

 Pepatah bijak Jawa kuno yang satu ini adalah anjuran bagi seorang anak (atau dalam situasi tertentu adalah seorang murid) untuk dapat menjunjung kehormatan dan memuliakan orang tuanya (atau bisa juga diartikan sebagai guru) setinggi-tingginya serta sebisa mungkin untuk memaafkan dan memendam dalam-dalam segala aib dan kesalahan kedua orang tuanya.

11.BECIK KETHITIK ALA KETARA

(Kebaikan Terdeteksi, Kejahatan Kelihatan)

Hemat kata tapi sarat makna, pitutur bijak dari leluhur jawa kuno ini bermaksud memberitahukan bahwa setiap perbuatan kita semuanya suatu saat akan nampak juga.

Jadi perbuatan yang mana yang seharusnya kita perbanyak biar kita tidak malu bila suatu saat semuanya terbongkar? gampang jawabnya, susah mengerjakannya ya.. hehe 


12.Aja Rumongso Bisa, Nanging bisa'o Rumangsa

(Jangan Merasa Bisa, Namun Bisa-lah Merasakan)


Inti dari kata bijak jawa kuno kali ini adalah Jangan sombong dan hendaknya kita selalu tahu diri.. dan intinya lagi kata kata bijak jawa satu ini benar benar susah untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan tepat. :p :D


13. Ojo Dumeh

(Jangan Sombong dulu / Jangan Merasa Menang Dulu)


Pepatah bijak leluhur jawa kuno yang cukup populer ini menerangkan bahwa ; 

Sebaiknya dalam setiap keadaan kita tetap waspada, dan berupaya sebisa mungkin jangan sampai lengah karena merasa sudah lebih unggul dari lawan kita selagi pertempuran belum benar-benar usai.

Hal ini terutama juga pertempuran kita dengan nafsu diri kita sendiri yang selalu menggelincirkan kita dari kebaikan dan kebenaran, karenanya jangan merasa sudah menang dahulu, jangan merasa baik dahulu sebelum kita yakin bahwa perjuangan kita dalam hidup ini memang benar-benar telah selesai, 

Singkat kata, waspadai musuh hingga jelas pertarungannya benar benar telah usai atau waspadalah terhadap jebakan syetan hingga hembusan nafas kita yang terakhir :)

 

14. Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe

(Senyap dalam pamrih, ramai dalam pekerjaan)

Falsafah Hidup Orang Jawa Kuno ini menggambarkan seseorang yang selalu lenyap dalam perebutan / pembagian penghargaan serta pujian, namun mereka selalu hadir dan bersemangat dalam bekerja, bahkan seringkali sangat senyap dan  senantiasa bekerja keras dalam kesunyian. (mungkin mirip kerjanya para ninja, agen rahasia atau para tentara elit khusus gitu ya)

Kalau Istilah jaman sekarang, mereka itu adalah orang yang selalu giat dan ikhlas dalam bekerja tanpa butuh akan popularitas dan pamrih. orang begitu luar biasa langka jaman sekarang ya gan..  :)


Semoga bermanfaat...

PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

   Pengertian Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan sesama, tidak dapat hidup sendi...