#KOMUNIKASI TERBAIK ADALAH MEMBERI#
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;...
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” ( HR.Al-Bukhari dan Muslim ).
Sudah agak lama saya tidak mengemaskini.
Baiklah, saya mencuba untuk menjadualkan artikel 'memberi' sebagai inspirasi yang kita dapat sehari-hari di dalam ruang lingkup pentas kehidupan.
Hari ini, saya menonton video ini. Kisah ini begitu dekat dengan hati.
Kisah seorang budak lelaki yang mencuri ubat buat ibunya yang sedang sakit.
Mencuri itu perbuatan yang salah. Mencari ubat untuk ibunya yang sakit, itu perbuatan yang mulia.
Sudah pasti, beliau mencuri kerana ketiadaan wang akibat kemiskinan.
Sang peniaga dapat merasakan sesuatu yang tidak kena. Sedikit sumbangan dihulurkan bagi menyelesaikan konflik yang berlaku.
Keikhlasan itu adalah satu perasaan yang dapat dirasai oleh sang penerima daripada yang memberi.
Ianya tidak terucap. Cukup dengan sebuah pandangan yang penuh pengertian.
Kita tidak pernah tahu dengan siapa kita bakal menabur budi dan dengan siapa pula kita bakal menerima budi.
Kita tidak pernah akan tahu bilakah kita akan berada di atas, dan bilakah pula kita akan berada di bawah.
Siapakah orang yang akan menghulurkan bantuan di saat tangan kita terkapai-kapai meminta pertolongan?
Siapa pula yang bakal kita bantu hari ini?
Hidup ini tidak pernah keseorangan. Kehidupan itu sendiri saling melengkapi antara satu dengan yang lain.
Berbahagialah kepada yang hidup dengan memberi.
Ianya satu perlaburan yang tidak terlihat hasilnya, namun bakal melengkapi sebuah keperluan di episode kehidupan yang mendatang.
Memberi adalah Komunikasi yang Terbaik
Kisah diawali oleh seorang pencuri cilik, yang mencuri obat untuk ibunya yang sakit, dari sebuah apotek. Mungkin pencuri cilik ini sudah beberapa kali mengambil obat dari apotek tersebut, karena ketiadaan uang untuk membeli obat. Hingga suatu saat ia ketahuan, dan sang pemilik apotek mengejarnya hingga mengomelinya.
Seorang tukang sup yang kebetulan berada di dekat mereka mencoba untuk melerai dan bertanya kepada Ibu pemiliki apotek yang terlihat marah-marah itu. Ketika mengetahui bahwa pencuri cilik itu mencuri obat untuk Ibunya yang sedang sakit, ia berbaik hati membayarkan harga obat yang dicuri oleh anak laki-laki itu. Tidak hanya itu, tukang sup itu pun masih memberikan sebungkus sup untuk anak laki-laki itu.
Pencuri cilik itu hampir tak percaya memandang kebaikan hati si tukang sup itu. Akhirnya ia berlalu dengan membawa obat dan sebungkus sup sayuran untuk diberikan kepada Ibunya.
30 tahun berlalu. Si tukang sup masih tetap berjualan di tempat yang sama. Ia masih selalu memberi makan kepada pengemis yang mampir ke warungnya. Hingga suatu hari, ternyata si tukang sup yang sudah menua itu jatuh pingsan, bahkan koma. Anak perempuannya yang selalu membantunya membawa sang ayah ke rumah sakit.
Untuk mengobati ayahnya yang koma di rumah sakit, ia harus membayar biaya yang cukup besar. Bagaimana ia harus membayar biaya rumah sakit itu? Pekerjaannya sebagai penjual sup terhenti karena ayahnya koma. Ia menemui dokter untuk membicarakan masalah pengobatan, akhirnya ia memutuskan untuk menjual warung sup itu demi biaya berobat sang ayah.
Suatu hari ketika ia tertidur dan terjaga di dekat ranjang sang ayah di rumah sakit yang sudah dioperasi atas penyakitnya, ia melihat sebuah surat tagihan rumah sakit. Dalam tagihan tersebut tertulis angka 0. Hanya saja ada pesan di bawahnya, bahwa semua biaya tersebut sudah dibayar lunas 30 tahun lalu. Bahkan tertulis, “sudah dibayar dengan 3 obat penahan sakit (painkiller) dan satu bungkus sup.”
Anak perempuan tukang sup itu mulai mengingat apa yang pernah terjadi 30 tahun yang lalu.
Demikianlah dalam kehidupan kita. Memberi, bahkan dari kekurangan kita, setidaknya akan kita terima kembali apa yang sudah kita berikan kepada orang lain. Kebaikan yang kita berikan akan dikembalikan, entah dalam bentuk apa pun, tapi tidak pada esok, lusa, atau tahun depan. Akan tiba pada waktunya.
Semoga Bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk kita semua....aamiin yaa allah.
Dinukil : Dari Kisah Kisah Sehari
Jalan Sunyi
Jangan pernah menghujatBahkan kpd seorang pelacur sekalipun
Sebab kita tdk pernah tahu jalan hidup
yg pernah mrk lewat
dan yg kelak akan mrk jalani
Boleh jadi mrklah yg akhirnya masuk surga
Oleh krn keikhlasan yg mrk tunjukan
Dan pengampunan Allah yg mrk terimakan
Jangan pernah menghujat
Bahkan kepada pencopet sekalipun
Boleh jadi uang yg diambil drmu
Adalah uang yg sehrsnya kamu santunkan
untuk anak2 mereka
Jangan pernah menghujat
Kpd mereka-mereka para mustadafin
Krn boleh jadi kelemahan yg tengah mrk jalani
Adalah jalan tasawuf yg tdk pernah kalian pahami
Sebab tugas manusia adl untuk beribadah
Kepada Allah
Dg caranya masing-masing
Dg ikhlas
Tanpa suudzon kpd Robbi
Maka, tempatkanlah diri pd posisimu
masing-masing
Sebab manusia diciptakan dlm keseimbangan
Satu dan yg lain saling berkelindan
Dan saling membutuhkan
"Dukung dan Doakanlah bukan malah Menghujat mereka yg sedang Berhijrah dan telah Berhijrah"
Islam mengajarkan kita untuk menjaga lisan dengan ucapan yang baik. Namun, sering kali manusia tergoda untuk membicarakan orang lain, merendahkan, hingga memfitnah orang lain sehingga dapat merusak kerukunan.
Allah berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 19, "Siapapun gemar menceritakan atau menyebarluaskan kejelekan saudara Muslim kepada orang lain diancam dengan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat."
Apalagi jika cerita yang digosipkan itu merupakan berita bohong, tidak sesuai fakta atau hanya berdasarkan prasangka, jelas lebih besar dosanya.
Rasulullah mengajarkan kita untuk hidup rukun dengan sesama umat Islam. Diriwayatkan dalam Hadis Tirmidzi, Rasulullah bersabda, "Orang Islam itu saudara bagi orang Islam lain, jangan saling mengkhianati, jangan saling membohongi, dan jangan saling merendahkan, setiap Muslim atas Muslim yang lain itu haram rahasianya, hartanya dan darahnya, taqwa itu ada disini (dalam hati) cukup seseorang dikatakan jelek jika memandang rendah saudaranya Muslim."
Allah juga menggambarkan perilaku orang yang suka menggunjing dan membicarakan orang lain dalam Surat Hujurat Ayat 12, "Wahai orang-orang beriman jauhilah banyaknya prasangka sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, janganlah kalian mencari-cari kesalahan, jangan menggunjing sebagian terhadap sebagian, apakah engkau senang jika makan daging bangkai saudaranya? Maka kalian membencinya, dan takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima taubat dan Maha penyayang.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;...
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” ( HR.Al-Bukhari dan Muslim ).
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata,
”Seseorang mati karena tersandung lidahnya
Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya
Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya
Sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.”
”Seseorang mati karena tersandung lidahnya
Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya
Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya
Sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar