Kamis, 22 Februari 2018

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)


KISAH PERSAHABATAN LILIN KECIL DAN KOREK API


Disebuah rumah mungil dipinggir hutan, tinggal sebatang lilin kecil. Ketika hari menjelang malam pemilik rumah tersebut menyalakan lilin kecil itu. Tiba-tiba datang angin besar menerobos masuk ke jendela rumah itu. Wusshh! Si Lilin Kecil ini merasakan apinya telah padam. “Aduh, aku harus segera mencari cahaya, hari sudah semakin gelap”, kata Lilin Kecil dengan panik.

Si Lilin Kecil lalu keluar dari rumah itu dan berteriak kepada Paman Matahari, “Paman, bolehkah aku meminta sedikit cahayamu?”

“O o! Mana mungkin Nak, jarak kita kan terlalu jauh! Lagipula Paman harus segera pulang, karena malam akan tiba. Daah”, kata Paman Matahari dengan terburu-buru.

Hari sudah beranjak malam, si Lilin Kecil terus berjalan mencari cahaya. Tiba-tiba dia melihat kilatan lampu mobil, dengan terburu-buru dia mengejar cahaya lampu mobil itu.

“Tunggu! Tunggu! Lampu mobil, tolonglah aku!”, teriak Lilin Kecil sambil berlari-lari.

“Aduh!”, jerit Lilin Kecil, rupanya dia berlari dengan menggebu-gebu sehingga tidak melihat jalan dan menabrak tiang listrik.

“Lilin Kecil hati-hatilah kalau berjalan,” kata Paman Tiang Listrik.

“Oh, maafkan saya, sebenarnya saya hanya ingin meminta sedikit cahaya, tetapi tidak ada yang menghiraukan saya,” kata Lilin Kecil tertunduk sedih.

“Sudahlah jangan bersedih hati,” kata Paman Tiang Listrik. “Paman punya teman kecil bernama Lampu Meja. Dia tinggal diseberang jalan itu. Cobalah menemuinya, mungkin dia bisa membantu masalahmu.”

Seketika itu wajah Lilin Kecil berubah gembira, setelah mengucapkan terima kasih kepada Paman Tiang Listrik. Lilin kecil pergi menemui si Lampu Meja.

“Cobalah masukkan sumbumu kedalam saklar itu, saya mendapatkan cahaya juga berasal dari sana”, saran si Lampu Meja. Si Lilin Kecil itu dengan tidak sabar menancapkan sumbunya kedalam saklar tersebut. Tetapi kok tidak terjadi reaksi apa-apa ya. Berulang kali dicobanya, namun tetap tidak berhasil. De-ngan hati kecewa siLilin Kecil meninggalkan tempat itu.

Si Lilin Kecil pulang dengan menundukkan kepala dan langkah gontai. Dia merasa benar-benar putus asa. Ketika pikirannya sedang berkecamuk sedih, tiba-tiba dia mendengar jeritan mengaduh. Oh, rupanya si Lilin Kecil lagi-lagi menabrak sesuatu.

“Aduh! Maafkan saya Korek Api, saya tidak melihatmu karena saya sibuk memikirkan kemana lagi mencari cahaya,” kata Lilin Kecil.

“Oh, kamu sedang mencari cahaya? Cepatlah julurkan sumbumu kesini, aku punya cahaya,” kata si Korek Api.

“Waah, benarkah? Baiklah kalau begitu”, kata si Lilin Kecil penuh semangat.

“Aduh Korek Api, Engkau baik hati sekali mau membantuku. Maukah engkau menjadi temanku?”

“Aku senang menjadi temanmu, Lilin Kecil. Ttt…tapi aku akan segera mati”, kata Korek Api dengan lemas.

“Tidak, tidak, aku tidak mau begini! Janganlah mati,” kata Lilin Kecil sambil menangis tersedu-sedu.

“Jjj…jangan sedih Lilin Kecil. Meskipun aku sudah tiada, tetapi cahayaku senantiasa berada di tubuhmu.”

Dan akhirnya si Korek Api itu benar-benar telah mati, namun cahaya Lilin Kecil telah menerangi rumah mungil itu sepanjang malam.

RENUNGAN:
Lilin Kecil ini menggambarkan sebuah perjuangan dan ketulusan hati demi penerangan disekelilingnya, sedangkan si Korek api menggambarkan sebuah pengorbanan sampai akhir hayatnya juga demi orang lain.

Persahabatan antara Lilin Kecil dan Korek Api walaupun sekejap, namun kerukunan dan ketulusan mereka telah memberikan manfaat yang besar kepada lingkungan sekitar.


KISAH ULAR DAN GERGAJI : AKIBAT AMARAH YANG TIDAK DIKUASAI

Seekor ular memasuki gudang tempat kerja seorang tukang kayu di malam hari. Kebiasaan si tukang kayu adalah membiarkan sebagian peralatan kerjanya berserakan & tidak merapihkannya.

Nah ketika ular itu masuk kesana, secara kebetulan ia merayap di atas gergaji. Tajamnya mata gergaji menyebabkan perut ular terluka. Ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.

Serangan yang bertubi-tubi menyebabkan luka parah di bagian mulutnya. Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya utk mengalahkan musuhnya. Ia pun lalu membelit dengan kuat gergaji itu.

Belitan yang menyebabkan tubuhnya terluka amat parah, akhirnya ia pun mati binasa. Di pagi hari si tukang kayu menemukan bangkai ular tsb di sebelahgergaji kesayangannya.

Sahabat...

Kadangkala di saat marah, kita ingin melukai orang lain. Setelah semua berlalu, kita baru menyadari bahwa yang terluka lebih parah sebenarnya adalah diri kita sendiri.

Banyaknya perkataan yang terucap & tindakan yang dilakukan saat amarah menguasai, sebanyak itu pula kita melukai diri kita sendiri.

"Tidak ada musuh yang tidak dapat di taklukkan oleh cinta kasih".

Tidak ada permusuhan yang tidak dapat dimaafkan oleh ketulusan.

Tidak ada kesulitan yang tidak dapat dipecahkan oleh ketekunan. 

"Tidak ada batu keras yang tidak dapat di pecahkan oleh kesabaran". 

Semuanya itu haruslah berasal dari diri kita.
Dendam, benci, curiga/pikiran negative apapun itu, sebenarnya bagaikan ular yang membelit gergaji, yg bisa terus menerus muncul dalam pikiran kita, menusuk & membakar batin kita sendiri.

Latihlah setiap saat utk memaafkan, mampu dengan cepat melepaskan & membuang sampah pengotor batin dan pikiran kita.
Marilah kita jaga persahabatan kita untuk selamanya.





'' Kisah Teladan Penuh Hikmah ''

"Kisah-Kisah Teladan Islami Penuh Hikmah"

1 pertanyaan 3 jawaban


B I S M I L L A H . . .


Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang
alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas
mempunyai murid yang tidak sedikit. Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang
hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas
mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga
orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan
pertanyaan yang sama.


Orang itu pertama mulai
bertanya,


“Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan
dosa2 besar atau orang yang mengerjakan dosa2
kecil?”


“Orang yang mengerjakan dosa2 kecil.”


jawab Abu Nawas.


“Mengapa ?” kata orang pertama.


“Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan.” kata Abu
Nawas.


Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.


Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama.


Red s/d diatas.


“Orang yang tidak mengerjakan keduanya”. Jawab
Abu Nawas. “Mengapa?” kata orang kedua.
“Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak
memerlukan pengampunan dari Tuhan”. kata Abu
Nawas.
Orang kedua langsung bisa mencerna dan memahami
jawaban Abu Nawas tersebut. Orang ketiga pun bertanya dengan pertanyaan yang
sama seperti diatas. Abu Nawas lalu menjawab;
“Orang yang mengerjakan dosa2 besar”.
“Mengapa?” kata orang ketiga.
“Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya
sebanding dengan besarnya dosa hamba itu”. jawab Abu Nawas.


Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas
bertanya.
“ Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda ?”. “ Manusia itu dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak, dan tingkatan hati”. “Apakah tingkatan mata itu?” tanya murid Abu
Nawas. “ Anak kecil yang melihat bintang dilangit, ia mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya
menggunakan mata”. “Apakah tingkatan otak?” tanya murid Abu Nawas. “ Orang pandai yang melihat bintang, ia mengatakan bintang itu besar karena ia memiliki pengetahuan.”
jawab Abu Nawas. “Lalu apakah tingkatan hati itu?” tanya murid Abu
Nawas. “ Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. Ia tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun
tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang
mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar,
melainkan dengan ke Maha Besaran Allah.” kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa
pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban
Yang berbeda. Ia bertanya lagi. “ Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?” “ Mungkin?” jawab Abu Nawas. “Bagaimana caranya?” tanya murid Abu Nawas ingin
tahu. “ Dengan merayuNya melalui pujian dan doa.” kata Abu Nawas. “Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru.” pinta murid
Abu Nawas. “Doa itu adalah: Ilahi lastu lil firdausi ahla, wala aqwa ‘alan naril
jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka
ghafiruz dzanbil ‘azhimi. Artinya : “Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap
panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku
serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya
Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.” 
Sumber: Berbagi dan Belajar Islam yang Sebenarnya.


Kisah Sedekah Yang Salah Alamat

Suatuk ketika Rasulullah Saw., seperti yang kerap beliau lakukan, berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi, Madinah. Selepas berbagi sapa dengan mereka, beliau berkata kepada mereka,“Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri, ‘Malam ini aku akanbersedekah!’ Dan benar, malam itu juga diamemberikan sedekah kepada seorang perempuan yang tak dikenalnya. Ternyata, perempuan itu seorang pezina. Sehingga, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai.“Akhirnya, kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang demikian, pria itu bergumam, ‘Ya Allah! Segala puji hanya bagi-Mu.Ternyata, sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina.Karena itu, aku akan bersedekah lagi!’“Maka, pria itu kemudian mencari seseorang yang menurutnya layak menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah itu, tanpa diketahuinya, adalah orang kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan khalayak ramai, lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu.“Mendengar kabar yang demikian, pria itu pun bergumam,’Ya Allah! Segala puji hanyabagi-Mu. Ternyata, sedekahku itu jatuh ke tangan orang kaya. Karena itu, aku akan bersedekah lagi!’Maka, dia kemudian, dengan cermat, mencari seseorang yang menurutnya layakmenerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa diketahuinya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu menjadi perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria yang bersedekah itu.Mendengar kabar demikian, pria itu pun mengeluh, ‘Ya Allah! Segala puji ha¬nya bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pencuri!’Pria itu kemudian didatangi (malaikat utusan Allah) yang berkata, “Sedekahmu telah diterima Allah. Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina karena menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti mencuri selepas menerima sedekah itu.”(Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muslim dan Abu Hurairah dalam Teladan indah Rasullulah dalam ibadah, Ahmad Rofi ‘Usmani)Bersedekahlah Setiap Hari“Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat.Salah satu di antara keduanya berdoa:“Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq”,sedangkan yang satu lagi berdo’a“Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)”(HR Bukhary 5/270)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

   Pengertian Manusia sebagai Makhluk Sosial Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan sesama, tidak dapat hidup sendi...